13. Pergolakan Batin

402 45 4
                                    


Telapak tangan Trisha masih berada dalam genggaman Ervan. Mereka berjalan beriring tanpa suara. Ervan hanya terus menatap lurus ke depan, sementara Trisha sesekali menoleh, mendongak ke arah wajah datar penuh pesona itu. Ia kadang tidak mengerti dengan sikap Ervan yang sering membuatnya menerka-nerka, apakah pria itu juga menyukainya?

"Mama yakin dia juga menyukaimu. Mana mungkin ada cowok yang nggak suka sama anak gadis Mama yang cantik ini."

Sekilas Trisha mengingat kembali obrolan dengan mamanya tempo hari, juga permintaan mamanya untuk mengajak Ervan main ke rumah agar kedua orang tuanya mengenal Ervan. Namun, ia dan Ervan belum ada hubungan apa-apa, masih sebatas ini. Meski ia sudah mendapat lampu hijau jika mereka menjalin hubungan spesial kelak. Trisha tidak ingin terburu-buru, semuanya harus jelas terlebih dahulu.

"Van ...."

"Ya," sahutnya sambil menoleh.

"Aku boleh tanya sesuatu?"

"Apa?"

"Kamu ...." Gadis itu menggantung kalimat dan Ervan terus menatapinya.

"Apa kamu ... udah punya pacar?" Trisha mengigit bawah bibirnya, pertanyaan barusan mungkin terdengar lancang.

"Kelihatannya gimana?" Ervan menjawab pertanyaan dengan pertanyaan.

"Ervan, aku serius!"

"Belum," sahut Ervan singkat. "Kalau udah, aku nggak mungkin gandeng tangan kamu kayak ini."

Tatapan Trisha jatuh pada tangannya yang berada dalam genggaman Ervan, gadis itu menarik segaris senyum.

Benar juga.

"Kamu?" Ervan balik bertanya.

"Aku?" tanya Trisha, kemudian menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

"Tapi banyak yang ngantri, kan?"

"Nggak juga." Trisha tertawa kecil.

Ervan mengerjap, menyaksikan tawa itu, Ervan menyukainya. Trisha terlihat semakin cantik jika tertawa hingga menampilkan barisan giginya yang rapi.

Mereka hampir sampai di ujung gang di mana mobil Trisha terparkir di tepi jalan raya. Rasanya Trisha belum rela kesenangannya ini berakhir, ia masih ingin digenggam Ervan lebih lama lagi.

"Mana mobilmu?"

"Sebelah sana."

Langkah mereka kemudian terhenti tepat di dekat mobil sedan hitam mengkilat milik Trisha yang terparkir di tepi jalan raya. Ervan melepas genggamannya.

"Terima kasih banyak udah mampir jenguk aku, Tris."

"Sama-sama."

"Sampai ketemu lagi." Ervan menatapnya lembut.

"Ya, sampai ketemu lagi." Trisha tersenyum sambil menekan kunci mobilnya.

Ervan sigap membukakan pintu mobil untuk gadis itu setelah kuncinya terbuka. "Hati-hati, ya."

Trisha mengangguk, senyumnya makin cerah karena perlakuan manis pria yang disukainya itu. Tak lama kemudian, ia sudah duduk nyaman di atas kursi kemudi, membuka kaca jendela dan melambaikan tangan ke arah Ervan sebelum mobilnya benar-benar bergerak--menutup perjumpaan mereka kali ini.

Ervan masih berdiri di trotoar jalan, menatapi kepergian Trisha. Trisha pun demikian, menyempatkan menilik kaca spion dan mendapati Ervan belum beranjak. Dari kaca spion, Ervan tampak semakin lama semakin mengecil hingga hilang dari jangkauan. Trisha mengemudi sambil tersenyum penuh arti.

Setelah bergeming menatapi kepergian Trisha, Ervan beranjak, kembali menyusuri gang sempit menuju rumahnya. Entah mengapa kesepian kembali menyergap, berbeda sekali saat ia masih bersama Trisha beberapa saat yang lalu. Kehadiran gadis itu selalu bisa membuat hatinya menghangat.

Jagat Raya Trisha (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang