29. Bara Api Kembali Menyala

582 51 3
                                    


"Ervan?"

Dengan nampan kosong yang diapit di salah satu tangan, sosok waiters itu masih bergeming, belum menoleh ke sumber suara.

"Ervan ...," panggil Trisha sekali lagi.

Ervan tahu betul pemilik suara lembut itu. Ia mengatur napas sebelum memutar tubuh.

"Van ... kamu?"

Saat keduanya bertemu tatap, jagat raya ini seolah senyap.

Susah payah Ervan menghindarinya, tetapi kenapa jagat raya ini masih saja mempertemukannya dengan gadis ini sekarang? Waktu yang tidak tepat!

Ervan masih terpaku menatapi Trisha yang malam ini tampak berbeda. Gaun malam selutut warna marun yang dikenakannya itu begitu anggun. Rambut sepunggungnya disanggul ke atas dengan membiarkan anak rambutnya jatuh ke depan. Lalu, bibir tipis itu dipoles lipstik glossy yang membuat Ervan sempat-sempatnya berpikir, kalau ia sudah lama tidak memangutnya.

Sialan! Ini bukan saatnya memberi makan imajinasi liar. Pikirkan kalimat apa yang harus kamu katakan setelah begitu saja menghilang! maki Ervan dalam hati.

"Kamu kerja di sini?"

"Iya, dan aku sibuk sekarang," jawab Ervan singkat. Bisa-bisanya ia bersikap ketus seperti itu. Dengan tanpa berdosa Ervan bertolak--kembali ke dapur. Namun, Trisha mencegahnya.

"Jelaskan apa yang terjadi, Van? Kenapa kamu tiba-tiba nggak bisa dihubungi?"

Ervan menyadari selaput bening mulai menggenangi kedua bola mata Trisha.

"Aku mencemaskanmu, Van," lirihnya semakin membuat Ervan merutuki diri.

"Mas!" panggil salah satu pengunjung  dari mejanya.

Ervan membungkuk sopan ke arah pengunjung itu. "Aku nggak bisa lama-lama. Aku harus kembali bekerja," bisiknya pada Trisha kemudian beranjak begitu saja. Menyisakan Trisha yang masih bergeming.

Trisha tidak mengerti dengan sikap tak acuhnya itu. Ervan masih melayani pengunjung yang memanggilnya tadi. Trisha hanya terus menatapi kekasihnya dari tempatnya berdiri.

Ervan membungkuk sopan pada pengunjung, kemudian beranjak setelah selesai mengurus pesanan mereka. Tatapannya sekilas terarah pada Trisha sebelum membuang pandangan--kembali ke dapur.

Urusan di antara mereka memang belum selesai, tetapi Trisha tidak ingin mengacaukan pekerjaan Ervan. Bahkan, ia baru tahu kalau Ervan kerja di tempat ini sekarang.

Ervan meninju dinding toilet, kesal dengan tindakannya. Kesal pada pertemuan tidak tepat ini. Apalagi ia sempat melihat mata Trisha yang berkaca-kaca tadi. Ia tahu gadis itu berusaha mengendalikan perasaannya yang tidak keruan.

"Kok lama, Tris?" tanya Claudya.

"Iya, Mah, tadi antre." Trisha kembali ke mejanya ketika berhasil menguasai diri.

"Silakan," ucap waiters lain menaruh pesanan minuman di meja yang Trisha tempati.

Trisha melempar tatapan ke penjuru resto, mencari keberadaan Ervan. Kenapa bukan dia yang melayani mejanya?

"Jadi, kapan kalian berencana akan  menikah?" tanya Claudya yang tidak menyadari kegelisahan anak gadisnya.

"Secepatnya, Mah," sahut Tristan tanpa keraguan. "Secepatnya juga Mama dan Papa akan bertemu dengan orang tua Meysha."

Claudya mengangguk. "Sebagai orang tua, kami merestui niatan baik kalian."

Tristan tersenyum menoleh ke arah Meysha. Meysha membalas tatapan Tristan, raut wajahnya tampak semringah sekaligus lega.

Jagat Raya Trisha (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang