33. Siblings

549 53 2
                                    


Suasana ruangan masih berjalan sebagaimana mestinya. Di saat yang lain belum menyadari bahaya yang mengintai Trisha, Claudya sudah lebih dulu merasakan ada yang tidak beres. Wanita paruh baya itu masih terus mencoba menghubungi putrinya dengan raut cemas.

Trisha berhasil keluar dari area hotel, dengan berjalan kaki perlahan sambil menarik ujung dress-nya yang menjuntai. Gadis itu kini berdiri tak jauh dari lokasi Hotel Samantha, mengulir layar ponsel kemudian mencoba menghubungi Ervan lewat sambungan telepon.

"Halo ... Ervan? Aku udah di depan hotel, kamu di mana?"

"Aku di belakangmu."

Trisha mengeryitkan dahi. Suara di seberang telepon membuatnya merasakan kejanggalan. Ketika ia menoleh tepat ke belakang, seseorang yang entah siapa dan dari mana, membekap mulutnya tiba-tiba. Sementara yang lain membantu menyeretnya masuk ke dalam mobil hitam yang terparkir di tepi jalan. Gadis itu sempat meronta, tetapi tenaganya tentu tidak sebanding dengan dua-tiga pria kekar berpakaian serba hitam yang kini tengah menyeretnya masuk ke dalam mobil. Bahkan, Trisha sudah terkapar lemah lebih dulu, akibat kerja obat bius.

"Tristan, adikmu belum juga kembali. Mama sudah menghubunginya, tapi enggak diangkat." Claudya mulai panik.

"Masih di toilet mungkin," sahut Trisha santai.

"Enggak! Perasaan mama nggak enak, bantu cari adikmu."

"Ada apa?" Admaja menyadari ada yang tidak beres.

Pihak keluarga Meysha pun turut menaruh atensi.

Tristan meraih ponselnya, mencoba menelepon Trisha sekali lagi. Namun, hasilnya nihil. Tristan segera bangkit. Pikiran buruk mulai mampir di benaknya.

"Mau ke mana?" Meysha sempat menghentikan langkah Tristan.

"Ikut aku, Meysha," titahnya.

Tanpa banyak bertanya, Meysha mengangguk sejurus menyusul langkah Tristan.

Suasana ruangan mendadak berubah jadi tegang.

"Tolong cari Trisha di dalam toilet, apakah dia masih di sana?"

Meysha menurut, pelan-pelan mengecek bilik toliet satu per satu, sambil memanggil nama Trisha.

"Nggak ada."

"Kamu yakin?"

"Hmm," sahut Meysha disertai anggukan.

Tristan berpikir sebentar. "CCTV? Ya! CCTV!"

Tristan bergerak cepat, kini ia dan Meysha sudah berada di ruang monitor Hotel Samantha. Di mana semua aktivitas di dalam Hotel  terekam oleh CCTV yang tersebar di tiap titik.

Seorang petugas hotel sedang duduk menggamati layar di depannya. Hal yang sama pun dilakukan oleh Tristan dan Meysha. Raut mereka harap-harap cemas ketika melihat rekaman CCTV yang menampilkan Trisha tengah berjalan di sepanjang koridor sebelum memasuki lift. Sepasang mata mereka terus mengekori pergerakan Trisha menuju lobi hotel.

"Trisha mau ke mana itu?" celetuk Meysha penasaran.

Tristan bergeming, matanya terus menatap nyalang pada layar.

Layar masih menampilkan Trisha yang kini sedang berdiri di tepi jalan. Gadis itu mengulir layar ponsel kemudian menempelkan ponselnya ke telinga. Tak berapa lama tiga pria berpakaian serba hitam mendekatinya.

Meysha terkejut sejurus dengan membekap mulutnya sendiri. Rahang Tristan mengeras.

"Trisha diculik?" Meysha menyimpulkan.

"Berengsek!" Tristan menyugar rambut dengan kasar.

"Kita harus lapor polisi, Tristan."

"Ya!" Baru saja Tristan sependapat dengan Meysha, ponselnya berdering. Di sana tampak nomer asing tengah mencoba terhubung dengannya. Tristan mengangkat telepon. "Halo?"

Jagat Raya Trisha (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang