34. Pertarungan

575 50 5
                                    

Arman bangkit dari kursi kayu tak jauh dari posisi Trisha yang terduduk di lantai, ketika anak buahnya membawa tamu undangan Arman dengan mendorongnya masuk ke dalam ruangan.

"Kak!" pekik Trisha. Tatapan kakak-adik ini bertemu.

"Tris, kamu baik-baik aja?" tanyanya khawatir.

Trisha menggangguk lengkap dengan mata berkaca-kaca.

"Selamat datang, Tristan." Arman menyambut.

Tatapan Tristan menyorot tajam ke arah Arman. "Lepasin adikku!"

"Ouw ... santai aja dulu. Nggak usah buru-buru." Arman menyulut sebatang rokok di sela-sela jari. "Gimana kabarmu sekarang? Sepertinya kamu udah kembali ke kehidupan normalmu?" ucap Arman setelah menyemburkan asap putih ke udara. Arman tersenyum sinis. "Dan melupakan masa lalumu yang kelam."

"Jangan bertele-tele, sebenarnya apa maumu!"

Arman tersenyum sesaat kemudian mengganti mimik wajah serius secara drastis. "Menghabisimu!"

Trisha terperanjat.

Tristan masih menatap tajam ke arah Arman. Dengan jumlah anak buah yang dimiliki pria tambun itu, menghabisi Tristan bukan perkara sulit.

"Lepasin adikku dulu. Biarkan dia pulang dengan selamat, setelah itu silakan kalau kamu mau menghabisiku."

"Enggak! Kak, jangan ngomong kayak gitu, please ...." Trisha terisak.

"Di mana Kinan?" Arman langsung pada inti pembicaraan.

Tidak ada jawaban.

"Di mana Kinan!" Arman menaikkan nada biacaranya.

"Aku nggak tahu," sahut Tristan datar.

Arman mendekat, menarik kasar kerah kemeja Tristan dengan kedua tangannya. "Jawab! Atau aku akan melukai adikmu!"

"Berani menyentuh adikku, kamu juga akan aku abisi."

Arman tertawa remeh sebelum pada akhirnya menyerang Tristan dengan satu pukulan.

"Jangan!" teriak Trisha. Gadis itu tidak tega melihat kakaknya disakiti langsung di depan matanya. "Apa ditolak Kinan untuk kedua kalinya itu juga kesalahan kakakku?" protesnya yang sukses membuat Arman menoleh begitupun dengan Tristan. Dalam sekejap ruangan menjadi hening. "Aku tahu, penolakan Kinan untuk kedua kalinya itu yang membuatmu murka. Kamu cuma nggak tahu harus melampiaskan kekesalanmu itu pada siapa? Kamu menjadikan kakakku seolah-olah orang yang harus membayar rasa sakit hati kamu."

Arman tertegun mendengarkan setiap kalimat yang keluar dari mulut Trisha.

"Bukannya kamu juga mengambil kesempatan dalam situasi Kinan pada saat itu? Menawarkan pertanggungjawaban pada Kinan, yang kamu tahu dia nggak punya pilihan, dan kamu berharap bisa memilikinya dengan mudah."

"DIAM!"

Trisha tersentak dan langsung menutup mulut ketika Arman menghardiknya.

Ucapan Trisha barusan seperti sangat melukai ego diri Arman. Pria tambun itu mendekat ke arah Trisha dengan tatapan tajam menusuk. Trisha merasa ngeri saat Arman mengayun langkah mendekatinya. Apa yang akan pria tambun itu lakukan?

Trisha terdongak ketika Arman menyentuh kasar dagunya. "Diam kamu gadis manis." Arman menjeda. "Atau aku akan menyumpal mulutmu!" teriaknya di ujung kalimat seketika membuat Trisha memejam ketakutan. "Kamu nggak tahu apa-apa, jadi diamlah kalau kamu mau selamat!" Arman melepas dagu Trisha dengan kasar. Gadis itu lagi-lagi hanya bisa terisak.

Arman bangkit, menoleh pada target. Tristan hanya bisa terdiam dari tempatnya berdiri, tatapannya sesekali tertuju ke arah Trisha yang menangis setelah berusaha membelanya. Arman meraih kursi kayu tak jauh darinya. Tristan tahu apa yang sebentar lagi ia dapat, pria itu mundur selangkah ketika Arman  mengayun kursi kayu ke arahnya. Sekali-dua kali ia berhasil menghindar sampai pada akhirnya ia harus melakukan perlawanan dengan menahan kursi kayu itu ketika diayun tepat di atas kepalanya.

Jagat Raya Trisha (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang