39. Epilog : Takdir Selalu Menemukan Jalan

1.7K 77 21
                                    


Langkah bergegas Trisha praktis terhenti, ia terdiam menatap bingkai foto keluarga dalam nuansa formal yang menggantung di dinding. Trisha masih mengingat wajah frustrasi Tristan ketika calon istrinya--Meysha--memutuskan membatalkan rencana pernikahan mereka.

"Apa yang kamu katakan ke Meysha, Tris?"

Trisha hanya diam membuang pandangan ke arah lain.

"Sekarang kamu puas, kan? Kamu puas udah berhasil mempengaruhi Meysha? Bisa-bisanya kamu melakukan ini ke kakakmu sendiri!"

Kali ini Trisha menoleh. "Gimana dengan, Kakak? Apa yang udah, Kakak lakukan?"

Tristan menelan ludah kasar.

"Aku nggak akan maafin, Kakak sebelum Kakak meminta maaf ke Ervan. Kakak udah membuat hidupnya susah."

Trisha tertunduk. Sejak saat itu hubungan kakak-beradik ini renggang. Bagi Trisha, kakaknya pantas mendapatkan itu. Bagaimana Tristan bisa hidup bahagia, sementara ia penyebab hancurnya hidup orang lain.

"Tris." Suara Claudya menginterupsi. "Ayo, nanti kita terlambat."

"Iya, Mah." Trisha bergegas.

Hari ini Trisha dan kedua orang tuanya akan melakukan perjalanan udara guna menghadiri undangan pernikahan anak dari kakak tertua Admaja. Sepupu Trisha mengelar pesta pernikahannya besok. Gadis itu diminta menjadi bridesmaid. Bahkan, sepupunya bergurau kali saja Trisha bertemu jodoh di pernikahannya nanti. Groomsmen dari teman-teman calon suaminya juga tidak kalah keren. Trisha hanya tersenyum. Adakah yang bisa membuatnya berpaling dari Ervan?

Tepat hari ini, hari di mana pesta pernikahan sepupu Trisha digelar. Pesta resepsi pernikahan berkonsep out door yang berlangsung di sebuah hotel mewah dengan view menghadap pantai itu didukung dengan langit biru cerah, secerah wajah bahagia kedua mempelai.

Para tamu undangan sudah tampak hadir di lokasi, tidak terkecuali kedua orang tua Trisha yang sudah duduk tenang di meja bundar menikmati jalanya pesta. Sementara, Trisha dan para bridesmaid yang single sudah bersiap-siap mengikuti acara lempar bunga. Tadinya Trisha tidak tertarik berada di barisan para single yang akan berebut bunga dari pengantin wanita, tetapi mamanya menyuruh untuk bergabung. Tidak ada salahnya ikut merasakan eforia.

Trisha berdiri diantara bridesmaid single lain yang tampak antusias. Mungkin hanya Trisha yang berdiri di sana dengan perasaan biasa saja, gadis itu sungguh tidak minat. Ia tidak akan berusaha menangkap bunga. Untuk apa?

Hitungan mundur mulai terdengar dari pemandu acara, Trisha mengalihkan tatapan ke arah lain kemudian tertegun. Tepat saat yang lain berebut menangkap bunga, gadis itu justru hanya mematung. Jagat raya ini seolah berhenti berputar.

Trisha masih tidak percaya dengan apa yang tertangkap oleh kedua matanya. Dari jarak yang tidak terlalu jauh, seorang pria berpakaian putih dengan topi menjulang baru saja menaruh makanan di meja. Tatapan keduanya kini berserobok.

Apa ini nyata atau halusinasi?

Ketika satu langkah kaki Trisha terayun mendekat, gadis itu menubruk seorang tamu undangan hingga makanan di atas piring kecil yang dibawanya tumpah.

"Aduh gimana, sih?"

"Eem ... maaf, saya nggak sengaja." Refleks Trisha meminta maaf.

"Kalau jalan lihat-lihat, dong," gerutu wanita paruh baya di depannya.

"Sekali lagi maaf, Bu."

"Ya, sudah tidak apa-apa."

Trisha beringsut dengan perasaan tidak enak. Kemudian seseorang yang menyita perhatiannya tadi sudah tidak lagi berada di tempat. Trisha kehilangan jejak, tetapi gadis itu tidak akan berdiam diri begitu saja. Ia ingin memastikan apakah benar yang ia lihat barusan adalah ... Ervan?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 25 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jagat Raya Trisha (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang