31. Mantan Terindah

599 55 5
                                    


Trisha melangkah lesu ke dalam rumah dalam keadaan patah hati. Ini adalah patah hati pertamanya. Ia ingin segera mengunci diri di dalam kamar kemudian meneruskan tangisan.

"Dari mana kamu, Tris?" Suara Tristan tiba-tiba menginterupsi.

"Dari rumah Ervan," sahutnya datar.

"Apa? Kakak, kan udah bilang, jangan lagi--"

"Kami udah putus," potong Trisha cepat. "Itu, kan yang, Kakak mau?" Trisha beringsut masuk ke dalam kamarnya tanpa berkata apa-apa lagi.

Tristan terdiam, ia sempat memperhatikan mata sembab adiknya tadi. "Baguslah."

Tubuh Trisha sudah terhempas di atas ranjang. Jagat rayanya meredup. Gadis itu kembali menangis. Ia tidak pernah menyangka kalau kisah asmaranya dengan Ervan akan berakhir seperti ini.

Sementara di tempat terpisah, Ervan yang dalam keadaan baru saja putus cinta, tetap harus bekerja. Melayani pengunjung restoran dari meja ke meja, meskipun ia juga sedang tidak baik-baik saja.

Pria itu mengulir layar ponsel di sela-sela waktu break. Membuka galerinya yang penuh dengan foto-foto liburannya dengan Trisha belum lama ini. Satu per satu gambar ia geser sambil berpikir sedang apa gadis itu sekarang? Apakah ia masih saja menangis? Ervan meloloskan napas berat. Satu tangannya yang lain menjentik batang rokok, memutus abu di ujung batang, kemudian mengisapnya lagi dalam-dalam. Kepulan asap kembali menjarah udara sekitar.

"Kalau bisa waktu diputar, aku lebih memilih untuk enggak pernah bertemu denganmu, Van!"

Sederet kalimat penuh sesal itu keluar dari bibir mungil Trisha yang entah mengapa seperti menghujam tepat di dadanya.

Ervan tersenyum miris. Bagaimanapun, ia berterima kasih pada Arman. Kalau bukan berkat ide gilanya itu, mungkin ia tidak akan pernah bertemu dengan Trisha, bahkan sampai memilikinya walau hanya sesaat. Siapa Ervan? Gadis dari keluarga berada seperti Trisha tidak akan sedikit pun tertarik padanya, bahkan meliriknya pun tidak. Skenario Arman benar-benar membawanya pada momen berharga ini.

Fokus Ervan kembali pada layar, tampak foto berdua dirinya bersama Trisha dengan pose Ervan mengecup pipi gadis itu. Ervan terpaku, entah bagaimana hari-harinya setelah ini? Ia hanya ingin Trisha baik-baik saja walau mereka sudah tidak lagi bersama.

***

Ketukkan pintu kamar Trisha terdengar berulang-ulang dari luar. Gadis itu tidak mau keluar kamar sejak tiba kemarin. Semalam ia juga melewatkan makan malamnya bersama keluarga.

"Tris ... Trisha, ini aku Meysha," ucap Meysha dari balik pintu. "Trisha ... temani aku jalan-jalan, yuk."

Tidak aja jawaban. Pintu juga masih terkunci rapat.

"Tris ... Trisha ...." Meysha masih mencoba memanggil sambil mengetuk pintu.

Kali ini pintu dibuka pelan. Wajah lelah Trisha menyambut. Rambutnya juga acak-acakan. Ditambah matanya yang sedikit bengkak akibat terlalu sering menangis.

"Tris ... temani aku jalan-jalan, yuk. Aku mau nyari baju buat pertemuan dua keluarga kita nanti. Mau, ya? Sekalian kita bisa mengakrabkan diri." Meysha meraih kedua tangan Trisha penuh harap.

"Kenapa, Kak Meysha nggak ajak Kak Tristan aja?"

"Belanja sama laki-laki nggak seru, Tris. Lagian kakakmu lagi nggak bisa hari ini, ada yang harus dia urus. Please ... mau, ya?"

Jagat Raya Trisha (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang