2. Rindu dan Sebuah Pertemuan

1.5K 132 7
                                    


"Bikin malu aja!" ucap Admaja dengan intonasi meninggi. "Kamu benar-benar mencoreng citra baik keluarga kita, Tristan."

Tristan hanya menunduk.

"Skandalmu dibicarakan di mana-mana. Pria macam apa kamu ini? Kenapa kamu lari dari apa yang seharusnya menjadi tanggung jawabmu!"

"Aku hanya dijebak, Pa. Wanita macam dia akan melakukan segala cara untuk bisa bersanding denganku. Untuk bisa menjadi bagian dari keluarga Admaja, bahkan dengan cara murahan seperti ini."

Ada jeda sejenak melingkupi.

"Nikahi dia, Tristan," putus Admaja lirih.

"Enggak!"

"Tristan!"

"Aku nggak mau, Pa. Aku cuma mau  menikah dengan wanita yang aku cintai."

"Persetan dengan cinta, Tristan! Kamu sudah menghamilinya." Amarah dan kecewa membaur dalam kalimat Admaja.

"Enggak akan," tolak Tristan lirih, tetap pada keputusannya.

"Papa tidak pernah mendidikmu menjadi pria berengsek seperti ini, Tristan." Suara Admaja bergetar.

"Maaf," sahut Tristan singkat.

"Pergi!"

Tristan tercekat. Berusaha mencerna satu kata dari papanya yang bernada menghardik itu.

Trisha yang masih mengenakan seragam putih abu-abu menguping dari balik pintu kemudian tersentak, saat tiba-tiba pintu dibuka kasar oleh Tristan. Pandangan kakak-beradik ini bertemu. "Kak?" lirihnya.

Pria yang Trisha panggil dengan sebutan 'kak' itu terlihat menghela napas sekali, kemudian berlalu begitu saja dari hadapannya.

Trisha mengerjap, masih terpaku sesaat pada bingkai foto yang menggantung di dinding. Ia mengingat betul kejadian hari itu.

"Miouw ...."

Arah pandang Trisha kemudian berpindah saat Snowy sudah bergelayut manja di kakinya.

"Hei! Kucing nakal," guraunya kemudian mengangkat Snowy ke dalam gendongan, Trisha memainkan salah satu tangan Snowy sambil berlalu. Menyisakan bingkai foto berukuran besar yang sempat membuatnya hening tadi.

Gadis penyuka seni itu kembali ke dalam kamarnya dengan Snowy yang masih berada dalam dekapan. Ia masih punya banyak waktu untuk bercengkerama dengan kucing kesayangannya, sebelum berangkat kuliah.

Pintu balkon kamar disibak hingga terbuka lebar. Hangat matahari menerobos masuk. Udara pagi ini masih segar. Gadis berambut hitam legam sepunggung itu, terlihat menghirup napas dalam-dalam lalu mengembuskanya perlahan, ia memejam sambil tersenyum. Saat matanya mulai dibuka kembali, ia menyipit oleh sinar matahari yang menyiluakan.

Pandangannya kemudian menyapu hamparan hijau padang golf di hadapan, lagi-lagi itu menarik ingatannya pada seseorang yang sudah lama pergi meninggalkan rumah.

"Begini, buka kedua kakimu seperti ini. Jarak kedua kakimu harus lebih lebar dari bahu. Pegang stik golf dengan kuat dan buat gerakan mengayun ke belakang sampai melewati kepala, ini disebut teknik backswing. Setelah itu buat gerakan berlawanan arah dengan fokus menghantam bola, ini disebut teknik downswing."

Jagat Raya Trisha (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang