Akhir pekan ini Tisa dan Tama tidak melakukan 'Homedate'. Tisa mengajak Tama untuk salah satu mall terbesar di ibukota. Mereka terus berjalan tanpa tujuan dengan kedua tangan terkait.
"Udah mau makan belum?" tanya Tama mendekatkan mulutnya ke telinga Tisa.
"Kamu udah lapar, ya?" tebak Tisa yang membuat Tama memamerkan deretan giginya.
"Hehehe. Ayo kita cari makan," kata Tisa sedetik sebelum ia melihat butik yang familiar dan ramai, "Eh, kita kesitu dulu, yuk."
Tanpa persetujuan Tama, tangannya sudah ditarik melangkah menuju butik bernama 'AuriFash'. Tama hanya bisa pasrah, berharap bisa cepat-cepat makan karena cacing-cacingnya sudah berdemo massal.
Begitu melewati pintu masuk, dapat tercium aroma lavender memenuhi seluruh sudut ruangan butik ini. Terlebih desainnya menggunakan tema vintage putih bikin para pengunjung betah berlama-lama disini.
Tisa sudah asik sendiri melihat-lihat berbagai jenis pakaian yang dipajang, sedangkan Tama masih setia berdiri disampingnya sambil memainkan rambut Tisa.
Rambut Tisa diputar-putar di selipian jari besar itu bukan tanpa alasan. Dari awal Tisa dan Tama menampakkan kaki di mall, seluruh pandangan sudah tertuju kepada mereka. Tama tidak mempermasalahkan hal itu. Namun, saat memasukki butik, Tama menjadi tidak nyaman ditatapi karena hampir seluruh pengunjung adalah perempuan.
"Tis, aku udah laper banget. Ayo makan," bujuk Tama seperti anak kecil. Tisa tersenyum geli mendengarnya.
"Yaudah. Ayo ma—"
"Tisa!" Ucapan Tisa dipotong oleh panggilan dari suara lembut dan kecil itu. Tama memutar bola matanya malas. Padahal mereka sudah hampir mau makan.
Tisa menoleh ke arah yang memanggilnya dan berseru ketika tahu siapa pemilik suara itu, "Ci Milka!"
Gadis betubuh mungil berbalut dress floral mendekati Tisa, memeluknya dan melakukan cepika-cepiki singkat. "Tadi aku pikir aku salah lihat, ternyata beneran kamu."
"Butik Cici lucu banget. Aesthetic gitu. Bajunya bagus-bagus banget lagi. Rasanya pengen aku bawa pulang ke rumah semua," puji Tisa semangat sambil menyapu pandangannya ke seluruh sudut butik.
Milka tertawa kecil dengan tangan kanan menutupi tawanya. "Terima kasih." ucap Milka kemudian melirik singkat ke arah Tama sambil terseyum ramah, "Ini pacarnya Tisa, ya?"
Gelengan Tama lantas menimbulkan kebingungan bagi Milka. Tama buru-buru mengimbuh, "Saya tunangannya Tisa."
Mata Milka langsung tertuju ke Tisa yang sudah senyum-senyum dari tadi. Tisa mengangkat tangan kanannya untuk menunjukkan cincin yang bertengger di jari manisnya.
"Wah, selamat atas pertunangannya!"
"Makasih," ucap Tisa dan Tama.
"Kamu kok nggak cerita-cerita, Tis?" tanya Milka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Latibule
Short Storylatibule (n.) a hiding place; a place of safety and comfort. [Book one of #CheesyCringeSeries] 2020 © teenymeow