Hari masih sore, namun jalanan ibu kota sudah penuh sesak. Balok besi besar mengantri panjang menunggu penghujung jalan. Beberapa sepeda motor menyalip celah-celah kosong.
Disalah satu balok besi itu, ada sepasang kekasih yang kelelahan akibat aktivitas mereka sepanjang hari. Tama yang baru saja pulang kerja langsung menjemput Tisa yang baru pulang kuliah.
Suara radio berdengung mengisi keheningan. Mereka sudah berbincang-bincang tadi sampai kehabisan topik. Jalanan macet membuat mereka semakin lelah.
"Kamu mau makan apa?" Tama membuka percakapan yang telah terputus beberapa menit lalu. Kebetulan perutnya sudah protes minta diisi.
"Terserah." Tisa tidak memalingkan pandangannya dari layar kotak digenggaman. Kata ambigu itu membuat Tama sakit kepala.
Sekarang Tama harus mengabsen nama makanan satu-persatu. Kalau beruntung, Tama bisa cepat-cepat makan. Skenario terburuk, Tama harus terus mengemudi sampai menemukan makanan yang Tisa mau.
"Mau sushi?" Absen pertama, makanan kesukaan Tisa.
Tisa terlihat berpikir sebentar, lalu menjawab, "minggu lalu udah makan sushi."
"Seafood?"
"Nggak pengen."
"Pizza? Burger? Mcd? Wendy's? KFC?"
"Jangan terlalu sering makan makanan cepat saji, nggak sehat!"
"Nasi goreng?"
"Tadi aku sarapan makan nasi goreng."
"Ramen?"
"Itu makan siang aku."
"Gultik?"
"Kejauhan."
"Dimsum?"
"Emangnya kamu kenyang makan itu?" Tisa mengalihkan pandangannya dari ponsel untuk menatap Tama. Dia tahu persis kalau porsi makan Tama lumayan banyak.
"Kalo masih lapar malemnya aku bisa masak indomie," jawab Tama, memajukan mobilnya sedikit. Sudah terlihat lampu merah serta jalan-jalan lain.
"Bukannya waktu nongkrong kemarin kakak udah makan indomie?" Tama menoleh kaget ke arah Tisa yang sedang menatapnya dengan tuntutan.
"Kamu tahu dari mana?" Tama tidak cerita mengenai makanan yang ia makan saat nongkrong bersama teman masa kuliahnya di cafe.
Awal-awal berpacaran dengan Tama, Tisa langsung mengambil kelas masak setelah ia datang ke apartemen Tama dan menemukan tiga dus indomie dengan varian rasa yang berbeda. Semenjak itu, Tama hanya diperbolehkan makan indomie dua minggu sekali.
"Dari story instagram Kak Jason." Tama manggut-manggut mengerti. Namun, ia masih bingung harus menyarankan makanan apalagi.
"Aku lagi pengen makan yang berkuah tapi kering." Itu semacam petunjuk. Petunjuk yang sama sekali tidak membantu! Malah membuat Tama semakin pusing. Makanan apa yang berkuah tapi kering?!
"Kita ke supermarket deh kak," celetuk Tisa yang membuat Tama senang bukan main. Tisa kembali melanjutkan, "aku lagi pengen ayam kecap. Kakak mau kan?"
Tama hanya mengangguk semangat. Sudah lama dia tidak mencicipi masakan Tisa. Lagipula, masakan Tisa sudah jauh lebih baik daripada saat pertama kali dia masak dan terus membaik.
「Author note:
Chapter pertama masih belum terlalu kelihatan uwunya. Chapter selanjutnya sudah dipastikan keuwuannya. Tunggu saja.」Senin, 23 November 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Latibule
Short Storylatibule (n.) a hiding place; a place of safety and comfort. [Book one of #CheesyCringeSeries] 2020 © teenymeow