Hari yang di tunggu-tunggu oleh Tisa akhirnya datang setelah melewati berbagai proses panjang, dimulai dari menulis skirpsi, konsultasi dengan dosen pembimbing, revisi puluhan kali dan sidang. Yap, hari ini adalah hari kelulusan Tisa.
Meski sedari Tisa tersenyum, sebenarnya ia murung. Semua terasa hampa karena absennya Tama tanpa kabar, padahal laki-laki itu sudah berjanji untuk hadir pada hari kelulusannya.
Wajahnya langsung cerah ketika melihat Mama dan Papa Andaru beserta Dayla berjalan menuju kearahnya di tengah kerumunan. Tisa mencari-cari keberadaan Tama disekitar, tapi hasilnya nihil. Tama tidak ikut.
"Congratulations, ya, Tisa! Akhirnya lulus juga. Tinggal tunggu Tama lamar, nih," gurau Mama Andaru sambil terkekeh.
"Selamat atas kelulusannya Tisa," ucap Papa Andaru kemudian menepuk-nepuk bahu Tisa.
"Terima kasih, Ma, Pa," balas Tisa tersenyum. Baru berniat bertanya mengenai Tama, Mama dan Papa Andaru langsung menyapa Ayah dan Bundanya.
Pelukan dadakan dari Dayla membuat Tisa sedikit terkejut. Dayla berseru, "Congrats Tisa karena sudah melewati enam bulan terumit dalam hidupmu! Sekarang udah lega kan?"
"Iya, Kak. Terima kasih. Ngomong-ngomong Kakak tau Kak Tama ada dimana? Nggak ada kabar dari pagi," tanya Tisa dengan raut wajah sedih.
"Wah, aku kurang tau deh. Mungkin ada meeting dadakan kali?" ujar Dayla tidak yakin.
"Eh, kita foto dulu dong." Tisa mengangguk lemas, dia merasa sedikit kecewa. Tapi Tisa berusaha wajar. Tama sekarang pemimpin perusahaan besar, pasti sangat sibuk.
Dayla sudah membawa orang yang akan memotret mereka berdua. Tisa hanya tersenyum manis sambil memegang buket bunga kecil, sedangkan Dayla lebih sering berganti gaya. Setelah kira-kira lima kali jepretan, fotografer itu menujukkan hasil potretnya.
Foto pertama hasilnya lumayan, begitupula dengan foto kedua. Di foto ketiga, terdapat sosok yang Tisa paling inginkan saat ini. Sontak Tisa berbalik dengan semangat dan menemukan Tama memegang buket bunga berukuran jumbo ditangan kiri dan tangan kanan terbuka lebar. Tisa langsung memeluk Tama erat. Senang karena Tama menepati janjinya
"Congratulations sayang," bisik Tama lalu mengecup kening Tisa.
"Terima kasih, Kak," kata Tisa, masih memeluk Tama, dia mengadahkan wajahnya untuk melihat Tama, "aku pikir kamu nggak akan datang."
"Nggak mungkin aku melewatkan salah satu hari pentingmu." Mereka menarik diri dari satu sama lain. Tisa menerima sodoran buket bunga berukuran jumbo dari Tama dengan senang.
"Wah, gede banget. Makasih Kak!" Tisa menghirup aroma dari berbagai jenis bunga di dalam buket tersebut.
"Aku masih punya sesuatu untuk kamu." Gadis itu menaikkan kedua alisnya penasaran, senyum diwajahnya terus terpancar.
Suara sorak sorai terdengar bergemuruh, Tisa kehilangan kata-kata ketika Tama belutut satu kaki dan membuka kotak merah, berisikan cincin dengan berlian kecil di tengah. Kedua tangannya menutupi mulutnya. Berbagai emosi mengalir ke dalam perasaan Tisa. Senang, haru dan bahagia.
"Pritisa Prameswari, maukah kamu menjadi pendampingku seumur hidupmu?"
Ucapan Tama membuat perasaan Tisa semakin membucah. Butiran bening dari mata Tisa berhasil jatuh. Tidak ada kata yang dapat menggambarkan bertapa senangnya Tisa.
Tisa mengangguk sembari menghapus air matanya. Dengan senyuman terukir di wajahnya, Tisa menjawab, "Aku mau."
「Author note:
Satu chapter lagi menuju Latibule tamat!」Selasa, 26 Januari 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Latibule
Short Storylatibule (n.) a hiding place; a place of safety and comfort. [Book one of #CheesyCringeSeries] 2020 © teenymeow