TIGA

56 17 22
                                    

Menyakitkan, saat mata itu memancarkan sirat kesedihan namun bibir ini kelu hanya untuk menenangkan

Bintang Putra Pradana

****

Bel pulang sekolah telah berbunyi 10 menit yang lalu. Sebuah kebebasan untuk para siswa siswi SMA Antariksa yang sudah letih menghadapi berbagai rumus dan teori. Sama halnya dengan siswa kelas XI ini Kevin, Tito Sherly dan Liza rencananya mereka akan pergi nonton bersama. Tentu saja ini acara Liza dan Kevin dan yang lain hanya akan jadi Baygon. Sudah 10 menit mereka menunggu sahabat mereka yang belum menampakkan batang hidungnya. Selama 10 menit itu juga Sherly tak henti-henti menyumpah serapahi Bintang, Dafin dan Bulan.

"Ist kemana sih tuh orang lama banget dah. Vin temen lo kemana sih." Keluh Sherly sambil berjongkok di pinggir mobil Liza.

"Tadi bilangnya ada urusan di ruang guru. Terus si Gracia mana dia juga belom nongol juga."

"Tau tuh orang mana sih kagak tau apa ini panas banget muka gue yang mirip Lee Jae Wook udah kepanasan nih ntar kalo ketampanan gue berkurang gimana coba." Ucap Tito dramatis dengan muka sok imut membuat Sherly, Liza dan Kevin mual.

"Alay tau nggak, muka kayak karpet depan pintu sok ngaku mirip Lee Jae Wook." Tito mendelik tak suka menatap Sherly yang mengatainya mirip karpet depan pintu. Padahal mah iya.

"Pak Haji jual ayam penyet. Assalamualaikum para monyet." Dan kebodohan Dafin telah di mulai. Memang telah terputus urat malubocah ini, kasihan sekali yang menjadi saudaranya batin Bintang dan sayangnya itu saudara sepupunya.

"ayam tok dalang pada kabur.
Wa 'alaikumsalam ya ahli kubur." jawab Tito bersamaan dengan tawa menggelegar mereka menertawakan wajah kusut Dafin yang tak terima. Namun wajah Dafin langsung berbinar mengingat bahwa mereka akan pergi nonton, apalagi mengingat dia akan di traktir saudara tercintanya yaitu Bintang.

"Yaudah yok berangkat keburu telat ntar." Ujar Dafin semangat sampai berayun ditangan Tito dengan wajah berbinar seperti anak monyet minta gendong emaknya.

"nggak tau diri banget lo, udah bikin kita nunggu sekarang lo yang bacot mulu tunggu si Gracia noh belum dateng dia."

"Lah capar gue dimana kok belum dateng." Tanya Bintang mencari keberadaan pujaan hatinya yang tak nampak di indra penglihatannya. Mereka mencoba menghubungi Bulan namun sayang handphone sang empunya tidak aktif persis kayak hatinya yang nggak aktif-aktif untuk menerima pesan sayang Bintang selama ini eaa. Setelah 5 menit menunggu, seseorang yang telah mereka nantikan datang namun tidak sendiri melainkan bersama dua sahabat cowoknya Dito dan Vino. Melihat keakraban Bulan dengan Dito membuat Bintang tanpa sadar mengepalkan tangannya, apalagi Bintang tak sebodoh itu untuk tak menyadari tatapan Dito yang melebihi tatapan untuk seorang sahabat saja.

'Wah si sabun Detol mau jadi rival gue nih, muka kayak badut ngamen mau nyaingin Bintang orang terganteng seantero sekolah Antariksa.' Batin Bintang dengan senyum meremehkan.

"Cemburu mas." Ejek Dafin menaik turunkan alisnya.

"Bacot lo." Dafin hanya terkekeh mekihat sikao sepupunya ini

"Sher, Liz gue minta maaf gue nggak bisa ikut kalian gue lupa kalo udah ada janji sama Dito dan Vino." Ucap Bulan merasa tak enak dengan kedua sahabatnya, dia benar-benar lupa jika kemarin dia sudah janji dengan Dito dan Vino untuk kumpul ditempat tongkrong mereka untuk melatih bela diri adik kelas dan kakak kelas mereka atau tepatnya anak buah mereka. Meskipun masih kelas XI bukan berarti harus tundu dengan kakak kelas, itu kata Bulan.

MOON & STARS LOVE STORY (Proses Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang