LIMA

34 13 48
                                    

Yang terlihat tak peduli bukan berarti benar-benar tak mengerti. Hanya saja mereka punya cara tersendiri untuk menunjukkan rasa pedulinya

~●Gracia Bulan Aviona●~

*****

Pagi ini seluruh kelas di SMA Antariksa sedang jam kosong karena semua guru tengah rapat dengan kepala sekolah untuk membahas perpisahan kelas XII. Di kelas Bulan semua penghuni tengah asik dengan kegiatan masing masing, ada yang bermain aplikasi di handphone dengan joget joget, ada yang mengadakan konser dadakan, duduk dipojok sambil mabar, dan ngerumpi ala cewek cewek.

Seperti Sherly dan Liza yang asik ghibah dengan siswi siswi lain, Bulan yang tak minat dengan hal seperti itu memilih menelungkupkan kepalanya diatas lipatan tangan untuk meluncur kealam mimpi. Semalam dia tidur cukup larut jam 02.00 dini, karena keasikan nongkrong dengan anak anak hingga lupa waktu, belum lagi sesampai dirumah terkena ceramah dari sang Ayah handa. Baru saja memasuki gerbang alam mimpi suara cowok kelas X membuat Bulan kembali tersadar.

"Gras....Gracia.." panggil murid kelas X itu yang sedang mengatur nafasnya.

"Bacot!!" Bentak Bulan pada adek kelas dan merangkap anak buahnya ini. Melihat gerak gerik adek kelasnya seperti ada masalah membuat Bulan merasa ada yang tidak beres.

"Digerbang belakang sekolah ada anak Brawijaya. Si Baron bawa hampir seluruh anak buahnya." Lapor adek kelas itu dengan napas ngos ngosan. Kayak habis lari maraton aja bang. Mendengar penuturan cowok itu membuat seisi kelas langsung senyap, mereka tahu hal ini akan memancing emosi Bulan.

"BERENGSEK!! Berani beraninya tu anak ke wilayah Antariksa." Wajah Bulan sudah memerah menandakan si empu tengah menahan amarah yang bergejolak.

"Lo kumpulin semua anak anak, suruh Dito dan Vino susul gue secepatnya." Adek kelas itu mengangguk dan langsung keluar mengumpulkan semua angggota gengnya.

"Raka, lo pastiin ke seluruh kelas jangan sampek ada yang keluar sekolah, apalagi ke gedung belakang pastiin semua aman." Perintah Bulan pada Raka salah satu teman kelas plus anak buahnya.

Bulan yang hendak lari keluar kelas ditahan Sherly dan Liza. Membuat Bulan menatap tajam keduanya yang tak bisa melihat kondisi yang kacau ini.

"Grac, lo mau kemana bahaya disana, inget lo cewek."

"Lo berdua diem disini pastiin jangan ada yang keluar apa lagi kebelakang gedung sekolah. Dan lo jangan remehin gue, emang gue cewek tapi gue masih sanggup untuk bunuh si Baron." Ucap Bulan dengan sorot mata tajam, Sherly yang merasa aura Bulan berbeda langsung melepas cekalan tangannya.

Bulan tidak langsung menuju gerbang belakang sekolah dia menghampiri kelas Bintang untuk meminta bantuan gengnya, Bulan sadar pasukannya akan kalah jumlah dengan pasukan Baron. Bulan langsung masuk ke kelas Bintang tanpa menggubris pandangan semua orang dia langsung menghampiri meja Bintang dkk.

Dafin yang menyadari kehadiran Bulan langsung mengkode Bintang lewat lirikan. Bintang yang paham maksud Dafin langsung menoleh dan menemukan Bulan.

"Eh, Bulan ada apa kang---" ucapan Bintang terpotong kala menyadari ekspresi Bulan yang amat serius.

"Gue butuh bantuan lo." Ujar Bulan to the point.

Bintang hanya menatap Bulan dengan satu alis terangkat menunggu kelanjutan ucapan Bulan.

"Gue butuh bantuan lo dan anak buah lo buat ngadepin anak Brawijaya, Baron bawa hampir seluruh anak buahnya digerbang belakang sekolah."
Semua orang di kelas terkejuttak terkecuali Bintang, Dafin, Kevin dan Tito. Bintang yang paham situasi langsung bergerak mengarahkan teman temannya.

MOON & STARS LOVE STORY (Proses Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang