SATU

77 19 24
                                    

Jika kebanyakan murid setiap paginya akan masuk ke kelas dan mengisi jurnal absen harian sama halnya dengan Bintang, sudah menjadi hal wajib bagi seorang Bintang Putra Pradana untuk absen pagi, tapi bukan absen jurnal harian kelas melainkan absen sapaan pada pujaan hatinya Gracia Bulan Aviona. Ya walaupun tak pernah disambut baik oleh Bulan tapi tetap saja Bintang menjadikan itu hal yang tak boleh dilewatkan. Seperti pagi ini Bintang sudah anteng duduk di depan kelas Bulan bersama para sahabatnya Kevin, Tito dan Dafin.

“Pagi Bulan caparnya Bintang.” Bulan yang baru sampai hanya menatap jengah pada seseorang yang tengah menunjukan senyuman alaynya.

“Capar?? Kalo dikampung gue capar itu sayuran toge deh Tang.” Ujar Dafin yang notabenya orang Jawa yang konon katanya anak blasteran karena bapak sama emaknya beda RT

“Bukan itu bahlul, tapi calon pacar.”

“Dijawab atuh neng sapaannya bang Bintang diem-diem bae sariawan ya, bang Tito punya obat sariawan ampuhnya jangan ditanya lagi sekali pakai langsung sembuh behh mujarab lah pokoknya.” Ngelantur Tito yang selalu pakek embel-embel Abang dan Eneng.

“Diem lo.” Sentak Bulan yang langsung membuat Tito cikep yang langsung disambut gelak tawa dari Dafin, Kevin dan Vino. “Mampus lo hahaha...”

“Bulan---"

“Udah berapa kali gue bilang jangan panggil gue Bulan panggil gue Gracia, lo budek atau gimana sih? Dan gue nggak mau jadi pacar lo.”

“Yeh, kenapa sih Lan gue panggil lo Bulan kan cocok BB.”

“BB? Maksud lo berat badan Tang?” sahut Dafin heran kenapa sahabatnya ini gemar sekali menyingkat kalimatnya.

“Sembarangan lo BB tu singkatan Bulan Bintang. Kan cocok tuh kalo malam hari tiap ada Bulan pasti ada Bintang eaa. Ck kayaknya kita emang di takdirkan bersatu deh Lan.” Heboh Bintang sembari membayangkan indahnya hidup berdua dengan Bulan. Ingat membayangkan belum tentu kenyataan.

‘Bayangin aja dulu kenyataannyamasih kena macet.’ Batin Bintang sambil cengengesan tak jelas.

“Ngapain lo senyum-senyum enk gye liatnya. Ingat ya kutil badak justru itu gue makin ogah lo manggil gue Bulan karena gue ogah bersanding sama lo, satu lagi halu lo gak usah kebablasan deh Tang. Udah seribu kali gue bilang kalo gue.nggak.mau.jatuh.cinta apalagi sama lo makin ogah gue." ucapan Bulan menekan setiap kata di kalimat terakhir. Perdebatan mereka terhenti kala bel masuk berbunyi nyaring.

Kring Kring Kring..

“Sono balik ke kelas kalian, kalo sampai hitungan ke tiga lo berlima masih di sini gue pastiin lo semua sunat untuk ke dua kalinya!” mendengar ancaman Bulan yang seperti tidak main-main membuat kelima cowok itu bergidik ngeri dan ngacir dari depan kelas Bulan.

Bulan memasuki kelasnya dengan perasaan dongkol, merasakan panas dalam tubuhnya yang membara Bulan mengambil air di mejanya yang entah milik siapa dan langsung ia teguk hingga tandas.

“Gracia itu minuman gue kenapa lo habisin.” Suara melengking bak toa masjid milik Sherly sahabat Bulan dari orok.

“Kesel gue pagi-pagi udah ada aja yang ngerusak mood gue.”

“Ya nggak terus minuman gue yang lo embat kali, mana gue masih haus bu Lina bentar lagi masuk kelas.” Dumel Sherly yang tiada hentinya.

“Yaelah lo pelit amat sih sama gue entar gue ganti semua minuman di kantin buat lo.”

“Emang siapa yang ganggu lo dan tumben lo masuk kelas mepet bel masuk?” Tanya Liza, ya heran saja tak biasanya seorang Bulan masuk kelas setelah bel berbunyi. Walaupun Bulan sosok yang tomboy, suka bikin ulah, salah satu murid incaran pak Bambang tapi tetap saja dia tak pernah datang terlambat, kecuali dia sekalian bolos.

“Yaelah Liz pakek ditanya siapa lagi kalo bukan Bintang kejora.” Sahut Sherly sok tahu padahal kan perkedel.

“Gimana nggak telat baru mau kelas udah di hadang si kutil badak.” Sungut Bulan mengingat cengiran khas milik Bintang yang Bulan rasa itu menjijikkan.

“Berarti lo tadi ngusir pasukan anak dugong dulu?” Tanya Sherly yang hanga diangguki Bulan. Tak lama bu Lina datang dengan tumpukan buku di tangannya.

“Pagi anak-anak.”

“PAGI BU.” Jawab murid sekelas serempak.

“Hari ini kita ulangan, siapkan kertas dan alat tulis kalian tarus tas di depan.” Suara riuh muris di kelas langsung menyambut ucapan Bu Lina.

“Sudah jangan berisik langsung kerjakan soalnya.”

“shut.. Gracia lo kok nggak bilang kalo hari ada ulangan.” Bisik Sherly pada Bulan yang ada di sampingnya.

“Heh monyet ragunan gue juga nggak tau kalo hari ini ulangan kan kalo beginian urusan si Liza.” Liza yang merasa namanya disebut menoleh kebelakang.

“Gue semalem udah bilang di grup chat tapi ketumpuk sama curhatan si Sherly soal cogan-cogannya.” Sherly hanya menunjukkan cengiran tak bersalahnya pada kedua sahabatnya yang menatap jengah dirinya. “ Ya maap atuh habis gue sedih banget mau ditinggal sam--Ammpp"

“Nggak usah di lanjut bosen gue dengernya.” Sherly hanya bisa mendelik saat Bulan menyumpal mulutnya dengan kertas kosong yang tak dihiraukan Bulan.

“Gracia, Sherly, Liza jangan berisik cepat kerjakan soal ulangannya dan jangan ada yang mencontek ingat sebentar lagi ujian semester.”

“Iya bu.” Jawab mereka serempak

Waktu tinggal 10 menit namun Sherly belum juga selesai mengerjakan bahkan dia sampai beristigfar melihat jawabannya masih banyak yang kosong.

“Gracia nyontek dong pliss.”  Gracia yang notabenya golongan orang berotak encer sudah menyelesaikan soalnya 20 menit yang lalu. Melihat Sherly yang menunjukkan wajah memelas Bulan hanya menoleh sesaat dan memberikan kertas ulangannya pada Sherly. Dengan gerakan kilat Sherly menyalin semua jawaban milik Bulan. Mata Sherly langsung berbinar melihat kertas jawabannya yang sudah penuh dengan coretan anak kucing hasil karyanya menyontek Bulan.

“Lo mah enak kagak belajar tapi otak tetap ber IQ tinggih lah gue boro-boro, 24 jam didepan buku tetap aja kagak pinter. Emang ya si Bintang kagak salah milih gebetan ya walaupun rada kayak macan betina galaknya.” Mata Bulan melotot mendengar ucapan Sherly terlebih anak ini membawa nama Bintang.

“Nggak usah banyak bacot deh lo, sekali lagi lo ngomongin Bintang gue tabok mulut lo pakek sepatu.”

“Jangan gitu dong Grac nanti kalo lo kemakan omongan lo sendiri terus lo jatuh cinta sama si Bintang baru tau rasa lo.”

PLAKK..

“Aduh Gracia kenapa mulut gue lo tabok kan jadi jongor nih mulut gue yang sexy.” Lebay Sherly membuat Bulan memutar bola mata malas

“Gue udah bilang jangan ngomongin Bintang mulu enek gue dengernya. Dan lagi gue nggak akan mau dan nggak akan pernah mau jatuh cinta sama si kutil badak.”

“GRACIA BULAN AVIONA, SHERLY AMANDA PUTRI JANGAN BERISIK INI KELAS BUKAN TEMPAT ARISAN.”

“Iya bu.” Jawab mereka serempak yang mendapat tawa dari Liza di depan keduanya. Dengan mata melotot Bulan dan Sherly seolah mengatakan ‘awas lo liza abis lo di tangan gue’.

MOON & STARS LOVE STORY (Proses Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang