21. Gadis Nakal

353K 34.9K 17.5K
                                    

"Cinta itu selalu tau siapa pemiliknya. Sejauh apa pun kamu pergi, bila memang sudah jodohnya pasti akan kembali. Sekuat apa pun kamu menghindar, aku sangat yakin bahwa jodoh tak akan pernah tertukar."

— Humaira Azzahra

°
°
°

[BAGIAN DUA SATU]


Dua gadis cantik sedang berjalan menuju perpustakaan sembari sesekali tertawa. Hingga langkah mereka terhenti karena panggilan dari seseorang.

"Vi, Beb, tunggu!"

Keduanya berbalik, menatap heran pria yang kini sedang mengatur napasnya. "Lo berdua daritadi dipanggil kenapa nggak mau berhenti sih huh huh huh—"

"Lo kenapa?"

Keenan menghela napas panjang, menatap Vio dan Bebby secara bergantian. "Aira mana?" tanya pria itu seraya tersenyum.

"Ngapain nanyain Aira?" tanya Vio penuh selidik.

"Aira lagi di ruang osis, Keenan," ujar Bebby enteng, yang langsung mendapat tatapan tajam dari Vio.

"Ngapain dia di sana?"

"Kok lo banyak tanya, sih, Nan?!"

Keenan mengusap dadanya, terkejut dengan bentakan Viola. la bertanya baik-baik padahal, kenapa gadis tomboy di hadapannya ini sensi sekali?

"Nggak apa-apa, sih, cuma kangen aja hehe," ujar Keenan menampilkan cengir kudanya.

Tampaknya Keenan sudah mulai berani bung!

"Dih, najis lo!" Viola mendorong dada bidang Keenan. Ia kurang menyukai pria itu. "Pergi sana, Nan!"

"Viola, lo apa-apaan, sih? Jangan kasar sama Keenan dong. Emang lo mau nanti dikasarin juga sama cowok? Enggak, kan? Lembut dikit kek jadi cewek. Kayaknya lo harus banyak belajar dari gue deh, Vi."

Vio memutar matanya malas, penyakit gatal Bebby kumat.

"Lo nggak tau aja, Beb. Aira itu udah jadi istri orang. Gue nggak yakin, kalo Keenan nggak tau apa-apa soal ini."

Vio malas meladeni, berlalu meninggalkan keduanya.

"Eh, lo mau kemana, Vi? Tungguin gue kali."

"Nan, gue nyusulin Vio dulu, ya. Kalo lo pengen tanya-tanya tentang Aira, bisa chat gue kok."

"Iya, Beb, thanks."

Seorang gadis cantik yang sedari tadi bersembunyi di balik pintu UKS, berusaha mati-matian menahan isak tangisnya. Pembicaraan yang dia dengar barusan cukup menyakitkan. Padahal disini dirinya lah yang salah, terlalu naif terhadap perasaannya sendiri.

Apa mencintai dalam diam harus sesakit ini?

Apa mempertahankan sebuah rasa, harus mengorbankan air mata terlebih dulu?

Kenapa dirinya merasa kehilangan, padahal belum jadian?

Kenapa dirinya merasa terasingkan, padahal sebelumnya mereka hanya sebatas kawan?

Jadi, apa dia harus menghentikan pelayarannya sampai di sini saja? Dia belum sampai pada tujuan, bahkan dia belum menemukan tempat berlabuh.

Perempuan kodratnya menunggu, bukan mengejar. Tapi mau sampai kapan terus-menerus menunggu? Mau sampai kapan dirinya dibodohi oleh perasaannya sendiri?

RAGA: BADBOY IS A GOOD HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang