"Untuk tidak larut dalam kecewa, kagum harus sewajarnya.
— Raga Aditama
°
°
°[BAGIAN LIMA TIGA]
"Ada apa?" tanya Aletta dingin, ketika Raga mengajaknya untuk berbicara empat mata di rooftop.
"Lo kenapa masih sekolah?" tanya Raga tak kalah dingin.
"Suka-suka gue dan bukan urusan lo."
Raga menggenggam tangan Aletta, mengecupnya beberapa kali. Dulu, jika diperlakukan seperti ini maka Aletta akan luluh.
"Gue minta tolong sama lo. Lo balik ke Singapore aja, Ta. Jangan ganggu gue yang udah bahagia sama Aira. Kalau bisa lo jangan munculin batang hidung lo lagi."
PLAKKKK! Satu tamparan keras berhasil mendarat sempurna di pipi mulus Raga.
"Enak banget lo ngomong, Ga. Setelah kemarin sore lo rusak gue, terus sekarang lo nyuruh gue buat balik ke Singapore? Ngotak plis," Aletta terduduk lesu di kursi rooftop. Ia mengacak rambutnya frustasi, air matanya perlahan mulai jatuh satu persatu. Tak menyangka bahwa kejadian kemarin akan merusak masa depannya.
Ini seperti dejavu bagi Raga. Bedanya, yang sedang menangis di kursi itu adalah istrinya, Aira. Kala itu Aira cemburu pada Diana. Sifat sensi istrinya ternyata bawaan bayi yang ada diperutnya, ia tersenyum jika mengingat kejadian itu.
Tangisan Aletta semakin kencang, bahunya naik turun. Tangannya ia gunakan untuk menutup wajah.
Raga tak berniat memeluknya. Entah kenapa, dalam dirinya tak ada rasa empati sedikitpun untuk Aletta.
"Lo kenapa nangis?"
"Gara-gara lo, brengsek, gue jadi kayak gini!"
Raga mengusap rambut Aletta. "Kalo gue brengsek kenapa lo susah-susah ke sini buat ngejar cinta gue, Ta?"
Aletta mendongak, wajahnya banjir air mata. Ia menghempas kasar tangan Raga dari kepalanya, "gue pengen dapetin cinta lo, tapi bukan dengan nyerahin diri gue ke elo, Ga."
"Gue nggak pernah ngelakuin itu. Gue berani bersumpah. Gue emang brengsek, tapi gue bukan cowok yang celup sana celup sini, Ta."
"LO NGGAK SADAR! LO ITU MABUK! APA LO NGGAK DENGER TERIAKAN GUE KEMARIN? LO PAKSA GUE, GA. GUE JERIT-JERIT KESAKITAN AJA LO NGGAK MAU BERHENTI. APA LO MAU LIAT ULAH LO KEMARIN TERHADAP TUBUH GUE? PERLU GUE TUNJUKKIN SEKARANG BIAR LO PUAS?!" napas Aletta terengah-engah, sulit meyakinkan Raga bahwa kemarin dia telah merebut paksa harta berharganya.
Aletta hendak membuka kancing seragamnya, namun lebih dulu Raga mendekapnya. "Oke, oke. Gue percaya sama lo. Sekarang lo mau apa? Bakal gue turutin. Tapi tolong, setelah ini jangan ngusik rumah tangga gue sama Aira."
"Gue mau jadi pacar lo. Kita jalanin hubungan ini diam-diam. Jangan sampai istri lo tau. Bisa?"
※※※
Aira menunggu Raga di taman sekolah. Tak sabar dengan keputusan yang akan disampaikan suaminya.
"Sayang."
Aira menoleh ke arah suara dengan senyum mengembang. "Gimana, Ga? Udah?"
Raga mencium pucuk kepala istrinya, "udah sayang, aman."
KAMU SEDANG MEMBACA
RAGA: BADBOY IS A GOOD HUSBAND
Teen Fiction"Satu ciuman satu batang rokok deh, gimana?" "Boleh, siapa takut!" [SEGERA TERBIT & PART MASIH LENGKAP] ______________________ Ini bukan cerita tentang sepasang kekasih yang saling mencintai. Bukan juga tentang kehidupan bahagia pasangan suami istri...