"Akan ada saatnya yang mencintai akan terus dicintai, dan yang mengecewakan akan kembali dikecewakan."
— Humaira Azzahra
°
°
°[BAGIAN EMPAT SEMBILAN]
"Ck. Buruan balik, belum jadi pacar aja udah nyusahin lo."
Beruntungnya Kia malam ini, ia ditraktir makan oleh Keenan dengan porsi yang sangat banyak. Juga semua barang belanjaan Kia, Keenan yang membayarnya.
Jika Keenan terus-terusan seperti ini, sudah pasti Kia mau menerimanya sebagai pacar.
Semakin banyak uang yang dikeluarkan, semakin dirinya merasa dihargai. Bukan matre, bukan. Ini namanya realistis.
"Gue mau jadi pacar lo," ujar Kia setelah menelan suapan terakhir ayam bakarnya.
Keenan yang mendengar itu tak bisa menahan kedutan di bibirnya. "Serius lo?"
"Iya, serius. Tapi lo harus traktir gue makan, ngasih gue uang jajan tiap hari. Temenin gue kemana pun gue mau."
Keenan menatap kesal ke arahnya, "lo pikir gue–"
"Inget ya, Keen. Lo berhutang budi sama gue. Kalau bukan karena gue yang bawa kabur lo kesini, udah pasti lo disuntik sama suster gila jelmaan jablay barusan."
"Itu mulu yang lo bahas, bangke. Bosen gue dengernya."
"Oh iya, satu lagi. Lo nggak boleh ngomong kasar ke gue. Kalo lo ngomong kasar, gue pastiin lo bakal balik lagi jadi jomblo," ujar Kia seraya menggerogoti sisa daging yang menempel pada tulang ayam.
"Lo kayak nggak pernah makan aja, Ki."
"Emang. Lo jangan lupa ya, dari pagi gue yang nungguin lo di rumah sakit. Mana nggak dikasih makan pula. Anak orang mati kelaparan mampus lo."
Keenan menggelengkan kepalanya. Azkia yang ia kenal sewaktu SMP adalah Azkia yang cupu, selalu memakai kacamata juga seorang kutu buku. Azkia yang ia temui di taman pada malam itu adalah Azkia yang kalem dan tidak banyak bicara.
Tapi kenapa Azkia di hadapannya ini bertolak belakang dengan Azkia yang ia jabarkan tadi?
"Lo denger nggak, sih, gue ngomong apa, Keen? Kok malah bengong gitu?"
"Iya, denger. Yaudah cepet abisin, bawel banget lo. Tuh sampai belepotan kemana-mana. Makanya kalo makan itu yang bener, nggak usah sambil ngebacot." Keenan mengusap bibir Kia dengan ibu jarinya.
Kia berhenti mengunyah. Perutnya seketika bergetar, seperti ada kupu-kupu yang beterbangan di dalamnya.
Keenan mengulum senyumnya ketika melihat Kia terdiam. "Kenapa lo? Baper? Dih, baru dielus dikit udah baper."
Kia menggigit jempol Keenan yang masih menempel pada bibirnya.
"Aduhhh."
"Bacot, buruan bayar. Dagingnya udah habis nih, kalo lo masih diem di sini, gak menutup kemungkinan setelah ini daging lo yang gue makan."
Keenan bergidik ngeri, "doyan makan, tapi badan lo kurus gitu. Idih. Gak nafsu gue liatnya." Keenan pergi ke kasir untuk membayar semua makanan Kia.
Kia tersenyum melihat punggung tegap Keenan, "aku cinta banget sama kamu, Keen. Mungkin dengan cara ini Tuhan mempertemukan kita berdua. Semoga di sisa terakhir hidupku, aku bisa merasakan bagaimana rasanya dicintai oleh orang yang kita cinta."
![](https://img.wattpad.com/cover/247222641-288-k719527.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
RAGA: BADBOY IS A GOOD HUSBAND
Teen Fiction"Satu ciuman satu batang rokok deh, gimana?" "Boleh, siapa takut!" [SEGERA TERBIT & PART MASIH LENGKAP] ______________________ Ini bukan cerita tentang sepasang kekasih yang saling mencintai. Bukan juga tentang kehidupan bahagia pasangan suami istri...