"Logika menyuruhku untuk pergi, tapi apalah daya hati ini yang masih ingin bertahan dalam luka."
— Humaira Azzahra
°
°
°[BAGIAN SEMBILAN BELAS]
Raga sedang curi-curi pandang ke arah Aira. Ekor matanya terus saja memperhatikan apa yang sedang gadis itu lakukan. Jari-jarinya tak henti ia ketukkan pada setir mobil.
"Aira?"
Akhirnya Raga berani membuka suara. Ia benci suasana seperti ini, kekonyolan yang hampir saja ia lakukan berhasil membangun jarak diantara dirinya juga Aira. Mau tidak mau Raga harus kembali mengikis jarak diantara mereka. Entah apa alasannya, tapi Raga tidak ingin jika kejadian tadi pagi membuat Aira menjauhi dirinya.
Aira tak menjawab, ia memainkan ujung kerudungnya.
"Tatap mata gue kali, Ra." Raga tidak suka jika Aira tertunduk malu ketika sedang berbicara dengannya.
"Iya, Ga? Kenapa?"
Sudut bibir Raga terangkat sedikit. Wajah Aira terlihat sangat menggemaskan ketika sedang blushing seperti ini.
"Muka lo kenapa merah?"
"Hah? Oh ini... gerah hehe."
Di luar hujan, ac dalam mobil juga menyala. Gerah dari mananya? Pikir Raga.
"Ga, yang barusan—"
"Eh, udah lampu ijo. Sebentar." Raga kembali menjalankan mobilnya, untung saja lampu lalu lintas di depannya sudah berubah warna. Jika tidak, pasti Aira akan membahas kembali perihal di ruang osis tadi pagi.
"Ga, yang barusan—"
"Yang mana?"
Yang waktu kamu hampir cium aku!
"Yang masalah proposal tadi pagi gimana? Belum sempat aku print." Aira tidak seberani itu untuk mengeluarkan unek-uneknya pada Raga.
"Yaudah nggak apa-apa. Undur besok pagi aja. Besok kita berangkat lebih awal, ya. Jadi waktu apel bisa sekalian kita jelasin ke anak-anak."
"Oke."
"Ga, aku boleh nanya sesuatu ke kamu?"
"Turun, udah sampai."
Lagi dan lagi Raga tidak merespon ucapannya. Sungguh, Aira hanya ingin bertanya tentang Satria.
Masalah Bebby sudah selesai. Dengan bantuan Viola, Aira berhasil meyakinkan Bebby bahwa apa yang dilihatnya tadi pagi hanyalah sebuah kesalahpahaman. Untung saja tidak sampai terdengar ke telinga Kia, bisa gawat. Kia tidak mudah dibohongi.
Tok tok tok!
"Mau sampai kapan lo bengong di dalam mobil? Nggak mau turun lo? Gue kunci nih, ya."
※※※
Aira rasa dirinya harus memastikan kembali kejadian tadi pagi pada Raga. "Ga, soal Satria gimana?"
Raga yang sedang fokus dengan ponselnya hanya berdeham pelan sebagai jawaban.
"Ga, jawab dong."
"Apa, sih, Ra."
Aira merebut ponsel Raga, kemudian menyembunyikan benda pipih tersebut ke dalam saku baju tidurnya.
"Balikin nggak?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
RAGA: BADBOY IS A GOOD HUSBAND
Novela Juvenil"Satu ciuman satu batang rokok deh, gimana?" "Boleh, siapa takut!" [SEGERA TERBIT & PART MASIH LENGKAP] ______________________ Ini bukan cerita tentang sepasang kekasih yang saling mencintai. Bukan juga tentang kehidupan bahagia pasangan suami istri...