"Hari-hari indahnya sudah lewat, sekarang yang tersisa hanya ada pilu yang terkurung bersama rindu."
— Humaira Azzahra
°
°
°[BAGIAN EMPAT ENAM]
Raga membuka matanya, pagi ini terasa hampa. Tidak ada yang membangunkannya untuk sholat subuh. Tidak ada senyuman manis yang menyambutnya di pagi hari. Dan, tidak ada lagi morning kiss seperti biasanya.
Raga masih bergelung diselimutnya, tak berniat untuk beranjak dari kasur. Bahkan, hanya untuk sekedar cuci muka saja ia enggan.
Pagi ini Raga malas sekali untuk bersekolah. Merasa percuma, karena istrinya pasti tidak masuk.
Penyemangat Raga kan Aira, jika Aira tidak ada, mana mungkin Raga bisa bersemangat.
"Gue sekolah nggak ya? Males banget asli."
"Tapi kalo gue nggak sekolah, jadi bego dong. Aira mana mau punya suami bego."
Raga melihat tampilan dirinya di depan cermin. "Sejauh ini ketampanan gue masih utuh, belum luntur sedikitpun. Gaya juga masih tetep oke. Tinggal perbaiki diri doang kan? Gampang lah."
Raga pergi mandi, bersiap-siap untuk bersekolah. Hampir saja ia melupakan sesuatu, sepulang dari sekolah nanti Raga dan para sahabatnya berniat akan menjenguk Keenan. Sekalian meminta maaf.
Sebenarnya Raga sangat malu jika harus berhadapan dengan Keenan lagi. Tapi tak apa, demi persahabatannya apa pun akan ia lakukan.
※※※
"Ga, Aira nggak sekolah?" tanya Bastian kemudian memasukkan sesendok batagor ke dalam mulutnya.
"Enggak, gue juga udah pisah ranjang sama dia."
Satria yang baru saja menelan bakso, langsung tersedak ketika mendengar ucapan Raga.
"Lo udah cerai dari Aira? Jadi duda dong lo?"
Raga menyeruput es kopi susunya dengan santai. "Pisah tempat tinggal doang. Bukan pisah dalam artian cerai, bego."
"Kok bisa?"
"Disuruh papa, dia marah besar sama gue."
Bastian geleng-geleng kepala, "Raga, Raga, tolol kok dipelihara. Aira perempuan baik-baik kayak gitu, lo malah nuduh dia selingkuh. Gak mikir lo ya?"
"Ganteng doang, otak nggak dipake," timpal Satria.
"Yaudah lah, lagian semuanya juga udah terjadi. Gue juga nyesel banget, lagian gue udah minta maaf sama Aira."
"Nggak semua hal di dunia ini bisa kembali seperti semula hanya dengan kata maaf. Gue rasa lo harus berubah, Ga."
"Lo tau kan? Cewek itu butuh pembuktian, bukan cuman omongan doang. Lo sekarang emang ngomong maaf, tapi kalo setelah ini lo ngelakuin hal yang sama gimana? Nggak ada yang bisa cegah selain diri lo sendiri."
※※※
"Gue turut berduka cita atas kepergian mertua sama kakak ipar lo, Ga."
"Untuk kepergian anak lo, jadiin ini sebagai sebuah pelajaran. Jangan gegabah, Ga. Disini yang jadi korbannya bukan lo doang, tapi Aira, dan juga anak dalam kandungannya."
"Iya, Nan. Makasi banyak."
Satria dan Bastian tengah bersantai di sofa ruang rawat Keenan. Mereka sudah sempat menjenguk cowok itu beberapa hari yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAGA: BADBOY IS A GOOD HUSBAND
Novela Juvenil"Satu ciuman satu batang rokok deh, gimana?" "Boleh, siapa takut!" [SEGERA TERBIT & PART MASIH LENGKAP] ______________________ Ini bukan cerita tentang sepasang kekasih yang saling mencintai. Bukan juga tentang kehidupan bahagia pasangan suami istri...