"Belajarlah memiliki sebelum kehilangan yang menjelaskan."
— Humaira Azzahra
°
°
°[BAGIAN TUJUH]
Pagi ini cerah sekali. Mendung yang semalam menutupi langit Jakarta sudah sirna, digantikan oleh kicauan burung-burung yang beterbangan di udara. "Selamat pagi, Bun—""Ayah?" Aira mengerjapkan matanya beberapa kali, menatap tak percaya pada pasutri yang kini tengah asik bersenda gurau di meja makan, sampai-sampai tak menyadari kehadirannya.
Faisal menoleh ke asal suara, tersenyum tipis lalu merentangkan kedua tangannya. "Eh, anak gadis baru bangun, ya. Kok malah bengong? Kamu nggak mau peluk ayah? Oh jadi nggak kangen nih sa—"
Belum selesai menggoda anaknya, Aira sudah berlari kecil lalu berhambur ke dalam pelukan sang ayah. "Ih, Ayah kenapa pulang nggak bilang-bilang dulu sama Aira? Kan, bisa Aira jemput nanti, pasti Ayah sama Bunda sekongkol, ya?"
"Duh, anak Ayah udah kelas 12 masih manja aja nih, nggak malu diliatin bunda, Nak?"
Aira mengerucutkan bibirnya lucu, "biarin."
Bunda hanya menggelengkan kepala, tersenyum kecil melihat interaksi antara ayah dan anak di hadapannya. "Ayo sarapan dulu, bercandanya dilanjut nanti."
"Cie.... Bunda cemburu, ya, lihat Aira peluk-pelukkan sama Ayah?"
"Lihat, Nak. Bunda malah senyum-senyum gitu, pipinya merah tuh."
"Ih, Ayah, udah-udah ayo makan. Jangan godain Bunda terus dong. Inget umur, Yah."
"HAHAHAHAHA." Sarapan pagi ini cukup menyenangkan, dihiasi oleh lelucon Faisal yang mengundang gelak tawa. Tetapi masih ada yang kurang, Aira rindu Jovi.
※※※
Senyum secerah matahari menghiasi wajah cantik Aira. Ia berjalan menghampiri ketiga sahabatnya. "Assalamualaikum."
"Nah, ini nih anaknya udah dateng."
"Eh, Aira lo tau nggak?"
"Jawab dulu dong salamnya," ucap Aira.
"Waalaikumsalam," jawab ketiga sahabatnya kompak.
"Lo udah lihat mading belum?" tanya Kia.
Aira menggelengkan kepalanya, "belum, kenapa?"
"Pak Adi lagi buka pendaftaran buat pemilihan sekretaris osis yang baru. Vina baru aja pindah sekolah, Ra, Raga lagi butuh sekretaris buat bantu dia ngejalanin organisasi ini," jelas Bebby.
"Jadi?" Aira masih bingung dengan pembahasan teman-temannya.
Vio menepuk jidat, lupa kalau sahabatnya yang satu ini agak telmi, telat mikir. Percuma saja Bebby menjelaskan panjang lebar.
"Jadi lo mau nggak ikutan daftar buat jadi sekretaris osis?"
"Hah?"
"Astagfirullah, Aira sayang. Masih belum paham juga?" gemas Vio.
"Eh, enggak-enggak, aku paham kok. Barusan cuma kaget aja, refleks. Yaudah nanti aku coba, ya."
"Yeayyy."
"Sebenarnya gue pengen banget jadi sekretaris osis, jadi bisa deket-deket sama Raga, kan, ya? Tapi bukan bidang gue ih, kalo bisa langsung menjadi pendamping hidup kenapa harus sekretaris?" ucap Bebby yang membuat ketiga sahabatnya menatapnya dengan tatapan jijik, "kalian ngeliatinnya kenapa kayak gitu, sih? Emang ada yang salah sama ucapan gue barusan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
RAGA: BADBOY IS A GOOD HUSBAND
Teen Fiction"Satu ciuman satu batang rokok deh, gimana?" "Boleh, siapa takut!" [SEGERA TERBIT & PART MASIH LENGKAP] ______________________ Ini bukan cerita tentang sepasang kekasih yang saling mencintai. Bukan juga tentang kehidupan bahagia pasangan suami istri...