"Nanon pulanglah-"
"Hey, kenapa kau mudah sekali menyerah nak?" Kata ayahnya yang di ikuti tawa meledek dari ibunya.
"A..apa maksud kalian?" Ucap Chimon gugup.
"Yah, sepertinya keputusan kita benar untuk menjodohkan mereka ya mah"
Chimon dan Nanon melongo. Benar benar seperti orang yang kehilangan akalnya.
"Chimon, Nanon.. Ibu dan ayah Nanon sudah kemari sekitar 2 Minggu lalu. Mereka bilang kalau anaknya memiliki tipe sexuality yang sedikit berbeda. Dan ibu mu juga mengatakan, bahwa kau tertarik pada Chimon," jelas ibunya yang kini mengusap ke dua wajah anak nya.
"J..jadi? Apa ini bisa di anggap sebagai restu?" Tanya Nanon memastikan.
"Tentu," jawab ibu Chimon.
"Tapi ada sesuatu yang ingin ayah katakan," raut wajah ayah Chimon kini mulai serius kembali.
"Apa kalian akan baik baik saja? Maksudku, Chimon dan kamu sama sama seorang lelaki. Aku takut kau-" ucap ayah Chimon tertahan.
"Ayah, ini sudah keputusan kami. Ini yang membuat kami bahagia. Tolong ayah jangan mengubah keputusan awal ayah. Aku mohon, yah"
Chimon bicara dengan tubuh sedikit bergetar. Dia takut ayahnya akan berubah pikiran. Namun dengan setia pula Nanon merangkul badan yang lebih kecil darinya itu untuk tetap berdiri kokoh.
"Baik jika itu sudah menjadi keputusan terakhir kalian. Ayah hanya bisa mengiyakan. Nanon-"
Sang pemilik nama pun menoleh kepada sang pemanggil.
"Aku serahkan Chimon sepenuhnya pada mu"
Nanon menunduk, menyanggupi perintahnya.
.
.
.
.
.
.
Chimon dan Nanon kini berada di apartemen Nanon. Sebelum kemari, Chimon dan Nanon menyempatkan untuk makan bersama keluarga Chimon.
Chimon yang dari tadi hanya diam, membuat Nanon merasa aneh. Dia pikir mungkin Chimon sakit(?).
"Kau kenapa, Mon?" Tanya Nanon setelah keduanya duduk di ruang tamu apartemen Nanon.
"Ak..emm...aku tak apa" katanya gugup.
"Lidah bodoh! Kenapa kau harus gugup segala sih?! Aish menyusahkan!" Gerutu Chimon dalam hati
Dia saat ini tidak sakit. Saat ini dia sedang gugup, sangat gugup. Dia bingung, canggung, takut. Entah apa yang ada di pikiran dia sekarang.
"Lalu kenapa kau hanya diam dari tadi?"
"Tidak ada. Sudahlah jangan terlalu banyak bertanya" protes Chimon.
Grep.
Nanon memeluknya.
"Aish kenapa kau memeluk ku?!"
"Kau yang kenapa? Jika kau tidak menjawab aku tidak akan melepaskan pelukannya"
Pipi Chimon memerah. Dia tidak tau harus menjawab apa. Apa dia harus menjawab 'aku gugup' shit! Itu memalukan.
Saat Chimon masih dalam lamunan nya. Dia merasa ada benda kenyal yang menempel pada bibirnya.
Cup
Mata Chimon membelak! Tapi tidak menolak. Dia terkejut. Sangat terkejut. Sampai waktu Nanon telah melepas kecupan singkat itu, dia masih setia dengan keterkejutan nya.
"Ke..kenapa kau menciumiku?!"
Tamat sudah! Pasti pipiku memerah! Ah ada apa dengan ku?
"Itu karna kau tidak menjawab! Sudahlah. Aku tau kau malu" ucap Nanon lalu melepaskan pelukannya.
"S..siapa yang malu?!" Ucap Chimon sedikit kesal
"Kau"
"Ap-"
"Jangan mengelak! Jantung mu sedang berdisko di dalam. Aku dapat mendengarnya"
Nanon memasang senyum kemenanganya. Dan langsung di balas timpukan bantal dari sang submissive.
.
.
.
.
.
Kini waktu telah menunjukan pukul 01.00
Namun yang terdengar bukanlah suara kesunyian. Melainkan suara desahan ke dua insan yang tengah di mabuk asmara.
"Mhhh"
"Percepat non! Ahh..."
"Aku keluar..."
Cairan putih memenuhi lubang si kecil.
"Istirahat lah. Dan terimakasih sayang," ucap Nanon di ikuti kecupan singkat pada bibir si Jamet.
Sorry kemarin ga up. Soalnya abis ngerjain tugas. Udah sebulan ga ngerjain tugas tau tau udah segunung. Sekali lagi maaf ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Scenario [BL NAMON]
RomanceEnd [re-uploaded] Di pertemukan karna takdir, di restui oleh waktu, dan di persatukan dalam satu ikatan. Inilah kisah NAMON #1 - chimonac 12/9/21 #4 - triplen 12/9/21 #1 - chimonac 15/9/21 #1 - triplen 15/9/21 #2 - namon 15/9/21 #71 - midyear 15/9/2...