Love Scenario [BL NAMON]

Bagian 13

Love Scenario

"Mon, kamu yakin mau balik ke London?" Tanya mamahnya kepada sang anak yang sedang dalam pelukannya ini.

"Iya Mon, kan tanggal nikahan kamu juga udah di tentuin" sambung ayahnya.

Kini Chimon sekeluarga di tambah Nanon sedang berada di bandara. Menghantar kepergian pria jametz nan manis ini.

"Mah, yah. Chimon cuma sebentar kok. Ngurus proyek terakhir sama mau nucapin pisahan sama karyawan. Kan mereka juga yang bantu bisnis yang Chimon kelola di sana" -Cm

"Ya udah, mamah papah tunggu. Cuma 2 bulan kan?" Tanya mamahnya lagi.

"Iya"

"Kamu jangan oleng ya di sana. Awas aja kalo sampe kamu ketahuan selingkuh!" Ancam Nanon yang mendapat kekehan dari orang tua Chimon.

"Ya kalo ga ketauan berarti ga papa dong, awh.." goda Chimon yang mendapat cubitan di bagian perutnya.

"Sakit dong!" Keluhnya menjauhkan diri dari Nanon.

"Kepada penumpang pesawat kang_buchen.2r115 di harap segera naik ke pesawat. Kalo enggak naik biar saya tinggal sekalian!" -pengumuman dari penyiar bandara

"Harap maklum gan, gua ga pernah naik pswt" -auth

"Udah ya, Chimon berangkat. Bye"

Love Scenario

"Papa..pupu,,patapa" ucap baliat berusia kurang lebih 5 bulan.

"Aish anak papa,,kangen ga sama papa? Ututu.." kata lelaki itu mengambil alahi gendongan bayi laki-laki itu.

"Tuan, nona Glean telah menunggu tuan di dalam" ucap bibi yang sebelumnya menggendong bocah tadi.

"Hm"

.
.

Lelaki itu memasuki ruangan yang penuh dengan peralatan medis, masih dengan menggendong seorang bayi di tangannya.

"Duh Glena!! Aku yakin kamu pasti bisa sembuh! Kamu yang kuat dong. Emang kamu ga mau nyoba gendong Lenzo?" Ucap Chimon melihat sahabatnya yang masih terkulai lemah di ranjang itu.

Sekedar informasi. Glean melahirkan bayinya saat usia kandungannya memasuki 8 bulan. Tapi di karenakan fisiknya yang lemah karna dulu sering mengkonsumsi alkohol dan dia punya penyakit dalam. Kini dia di rawat. Sebenarnya buka setelah dia melahirkan. Tapi 2 bulan setelah melahirkan dia menderita sakit di tubuhnya.

Dan soal bocah yang memanggilnya nya papah. Memang Chimon yang menginginkannya. Dia tidak mau seorang anak tanpa dosa harus menanggung beban pikiran dengan kata 'di mana ayah bocah itu' itu menyayat hati Chimon. Terlebih lagi, anak itu anak dari sahabatnya sendiri.

"Chimon.." panggil Glean lirih namun masih terdengar oleh Chimon.

"Ada apa?" Tanyanya mendekatkan diri ke ranjang RS.

"Apa jika aku mat-"

"Jaga ucapan mu bodoh! Apa yang kau pikirkan?!" Bentak Chimon yang sudah tau arah bicara temannya ini.

"Chimon, biarkan aku bicara kali ini. Perasaan ku mulai tak enak" tentang Glean.

Chimon hanya menghela napasnya berat dan mulai mendengarkan apa yang ingin di bicarakan sahabatnya ini.

"Jika aku pergi. Tolong jaga anak ku untuk ku. Aku percaya kau orang baik dan akan mendapat pasangan yang cukup baik agar menerima anak ku yang tampan ini, hahaha" ucapnya di lanjut dengan tawa dengan suara rendah tentunya.

Chimon mengusik rambut cantik milik sahabatnya itu. Dia mengangguk dan tersenyum dengan manis.

Dua bulan berlalu

Hari ini seharusnya jadwal dia pulang ke Bangkok. Tapi kabar buruh terdengar. Belum lagi urusanya dengan collega di sana yang sempat tertunda beberapa saat. Dia menghubungi orang tuanya mengatakan bahwa sesuatu terjadi. Dia tidak bisa pulang dalam kurung waktu kurang dari satu Minggu.

Dia kini ada di sebuah rumah,, sederhana namun terbilang sangat nyaman.

Saat ini, di rumah ini, tengah di landa duka dan pilu. Kematian dari seorang Glean yang sebelumya di kira baik baik saja. Yang sebelumnya di lihat seorang yang bahagia. Namun ternyata sangat tersiksa di akhir hidupnya.

Glean telah berpulang meninggalkan keluarganya, dunia, meninggalkan Chimon. Dan yang paling menyediakan, dia meninggalkan putranya yang baru berusia 7bulanan.

'Selamat tinggal Glean. Aku berjanji akan menjaga putramu dengan baik.' -ch

"Nak, ucapkan selamat tinggal pada mamahmu. Kau anak yang baik"