• 17

2.4K 553 7
                                    

Haruto dan Justin kini duduk bersebelahan di dalam bis. Iya, keduanya sudah diizinkan untuk kembali dari dua hari penuh berada di rumah sakit.

Justin memfokuskan pandangannya ke arah luar, dimana pemandangan kota malam terlihat jelas di sana. Sedangkan Haruto, ia diam-diam memerhatikan Justin.
️️ ️️

️️ ️️

Haruto tidak pernah bosan memandang wajah Justin, entah itu dari depan atau hanya dari samping seperti saat ini.
ㅤ ️️

️️ ️️

"To."

Lamunan pemuda Jepang tersebut seketika buyar, ia pun baru sadar bahwa Justin sudah menghadap ke arah dirinya.

"Iya, kenapa?"

Justin hanya menggelengkan kepalanya pelan, "Dikit lagi gue turun."

Haruto melihat ke arah luar, ah benar dikit lagi Justin akan lebih dahulu turun.

"Gue antar sampai depan rumah lo."

"Iya, makasih."

Hening. Tidak ada lagi yang membuka suara kembali, keduanya sibuk dengan pikirannya masing-masing.

Bis berhenti, Justin pun bangkit begitupun dengan Haruto. Kedua pemuda itu melangkah menuju keluar.

Kini, keduanya berjalan beriringan di tengah sepinya malam. Suasana tenang mengisi keduanya, terpaan angin malam membuat kesan tersendiri.

"To."

"Iya?"

"Gue tanya sekali lagi, lo anggap gue Kak Jeongwoo atau Justin?"

Haruto lantas menengok ke arah Justin, hal itu membuat Justin seketika menghentikan langkahnya.

"Gue anggap lo Justin, lo beda dari Jeongwoo. Bagaimanapun, kalian bukanlah orang yang sama. Maka dari itu, lo adalah Justin, Park Justin."

Haruto menatap Justin dengan senyuman kecilnya, hal itu ia lakukan untuk meyakinkan Justin.

Justin mendengar hal itu hanya terdiam, kemudian menganggukkan kecil.

Tanpa disadari, Haruto telah menaruh tangannya di atas kepalanya. Membuat Justin seketika membalas tatapan Haruto.

Usapan kecil diterima, membuat segala pikiran buruk dalam kepala Justin seketika hilang.

Apa yang terjadi? Padahal Haruto hanya mengusap kepalanya seperti mengusap kepala anak berusia lima tahun.

Tapi hal itu berhasil membuat dirinya tenang.

"Udah, gak usah mikir aneh-aneh, lo. Jadi diri lo sendiri, jangan pedulikan perkataan orang lain. Ingat, lo hidup sebagai diri lo sendiri bukan sebagai Park Jeongwoo."

Lagi, perkataan Haruto membuat Justin terdiam. Ia bahkan hanya bisa mengerjapkan matanya saking bingungnya ingin berucap apalagi.

Setidaknya, sekarang dirinya bersyukur karena ada seseorang yang menganggap dirinya adalah Justin, bukan seorang Park Jeongwoo.

"Gue mau jujur aja deh, kadang gue emang terbayang Jeongwoo saat sama lo tapi gue selalu berusaha tepis pikiran itu karena yang gue hadapi ini itu lo, lo Park Justin."

Justin belum dapat berucap, seolah alat bicara miliknya dibungkam saat ini.

"Karena gue nyaman sama, lo Park Justin. Orang yang tiba-tiba datang dalam kehidupan gue saat gue dalam proses melupakan dan lo berhasil membuat gue melupakan hal itu."

Angin malam menerpa keduanya, terasa sejuk walaupun tahu semakin larut maka angin tersebut semakin tidak sehat untuk tubuh. Cahaya bulan dan lampu jalanan menambah kesan ketenangan disana.

"Justin."

"I--iya?"

"Lo yakin mau pulang?"

Justin seketika ragu, begitupun dengan Haruto yang khawatir kepada Justin saat ia berada di rumah. Apa yang akan terjadi jika Justin sampai nanti?

Tidak ada yang tahu, bahkan Justin sendiri pun tidak tahu 'kejutan' apa yang ia dapatkan nanti.

"Enggak apa-apa, gue yakin Ayah gue lagi keluar. Besok kan Sabtu tuh, biasanya dia ada pertemuan."

Justin tersenyum, Haruto pun berusaha yakin dengan membalas senyuman Justin.

Tanpa membuang waktu lagi, Justin pun menarik lengan Haruto dan keduannya berjalan dengan setengah berlari dimana Haruto kini tengah ditarik oleh Justin.

Keduanya tertawa bersama selama perjalanan, banyak hal yang dibahas. Bahkan mereka sempat berdebat perihal lubang sedotan.
️️ ️️

️️ ️️

ㅤ ️️

️️ ️️
Untuk malam ini, keduanya dapat menghabiskan malam dengan canda dan tawa. Ya, untuk malam ini, karena hari esok tidak akan ada tahu apa yang terjadi.

[✓] Different - HAJEONGWOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang