• 11

2.7K 639 103
                                    

️️Semoga enggak ada yang ketuker lagi, deh. Apalagi sekarang dua Park-nya nongol.

️️ ️️

ㅤ ️️

️️ ️️

Haruto mengusap wajahnya kasar, sudah tiga puluh menit ia berada di luar ruangan intensif menunggu hasil pemeriksaan Justin.

Sendari tadi, Haruto tak habis menyalahkan diri sendiri dalam hatinya.
️️ ️️

️️ ️️

"Seharusnya gue enggak ajak dia bolos."
ㅤ ️️

️️ ️️
"Seharusnya gue datang lebih cepat."
️️ ️️

️️ ️️

"Seharusnya..."
ㅤ ️️

️️ ️️
Helaan nafas berat lolos untuk kesekian kalinya, Haruto merogoh sakunya, ia mengeluarkan dua tiket festival musik yang seharusnya ia kunjungi bersama Justin.

Tapi takdir berkata lain.
️️ ️️
Klek.

Pintu terbuka, menampakkan para dokter dan perawat keluar dari ruangan intensif.

Haruto dengan cepat menghampiri dokter tersebut untuk menanyakan keadaan Justin sekarang.

"Bagaimana keadaannya?"

Dokter tersebut menghela nafasnya, kemudian mengusap pucuk kepala Haruto. Hal itu berhasil membuat Haruto bingung dan bertambah khawatir dengan kondisi Justin.

"Dia sedang tertidur, luka di sekujur tubuhnya dan kepala sudah ditangani oleh kami. Sekarang biarkan dia istirahat terlebih dahulu." Jelas Sang dokter membuat Haruto bernafas lega.

Setelah itu, sang dokter pun berpamitan meninggalkan Haruto yang masih terdiam di tempatnya.

Haruto menghela nafasnya panjang, kemudian barulah pemuda tersebut membuka pintu ruangan rawat dengan pelan.

Dilihat Justin tengah terpejam dengan tubuh yang banyak dikenakan perban. Haruto bahkan sampai meringis melihat keadaan Justin sekarang.

"Kok lo bisa hidup sama orang gila kaya gitu, sih? Gue jadi lo mungkin udah kabur." Monolog Haruto sembari menarik kursi dan duduk disana, tepat di sebelah ranjang Justin.

Haruto pun melipat tangannya di pinggir ranjang Justin, pun ia menenggelamkan kepalanya disana. Hari ini cukup lelah, mungkin ia bisa beristirahat sejenak sembari menunggu Justin sadar.

***

"Hai!"

Suara itu, Haruto tahu betul pemilik suara tersebut. Saat itu juga, ia menyadari bahwa dirinya berada di taman, bukan di rumah sakit tempat ia menemani Justin.

"Jeongwoo?"

Yang disebut namanya menganggukkan kepalanya, tidak lupa ia memberikan senyuman kecil kepada Haruto.

Kedua kini saling berhadapan, dimana Haruto tengah terduduk di ayunan dan Jeongwoo yang berdiri tepat di hadapan Haruto.

"Lama enggak ketemu, ya?"

Haruto menganggukkan kepalanya kikuk. Jujur, ia pun merindukan sosok dihadapannya ini.

"Gue baik-baik aja kok selama ini, jangan khawatir. Gue sudah bahagia, sekarang giliran lo untuk bahagia, To."

Haruto terdiam, ia berusaha untuk mencerna apa yang dikatakan oleh Jeongwoo barusan.

"Gue sedang berusaha bahagia kok, kan lo sendiri yang bilang waktu itu."

Jeongwoo tersenyum, kemudian mengusap kepala Haruto gemas. Lebih tepatnya, mengacak rambut Haruto.

Untuk pertama kalinya, Haruto mendapatkan sentuhan dari seorang Jeongwoo setelah sekian lama.

"Lindungi Justin, dia sudah tersiksa lama. Bahagiain Justin, sebagai Justin bukan gue."

Deg. Haruto seketika terdiam. Lagi, perkataan Jeongwoo membuat dirinya berpikir keras.

"Maksudnya apa? Kenapa lo bisa tau Justin?"

Jeongwoo tak menjawab, dia justru tersenyum kecil.

"Nanti lo juga tau, Haruto. Sekarang lo jagain Justin, ya."

Setelah mengatakan kalimat itu, Jeongwoo perlahan menghilang. Begitupun dengan Haruto yang berusaha menggapai namun sia-sia, karena perlahan pandangannya menghitam.
️️ ️️

️️ ️️

ㅤ ️️

️️Haruto terbangun dari mimpinya, bahkan begitu nyata untuk dikatakan sebagai mimpi.

Pandangan Haruto kini terfokus pada Justin yang masih terlelap. Perkataan dari Jeongwoo tadi berhasil membuat dirinya terkurung dalam teka-teki dua Park ini.

"Kalian ada hubungan?"

[✓] Different - HAJEONGWOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang