Perkataan Junghwan barusan berhasil membuat Haruto membeku seketika, bahkan sampai terjadi keheningan antara keduanya untuk beberapa saat.
Haruto juga berusaha mencari kebohongan di mata Junghwan, namun hasilnya tidak ada karena bagaimanapun tatapan Junghwan itu benar-benar serius.
Tangan yang tadi digenggam oleh Junghwan pun ditepis secara kasar oleh Haruto. Membuat Junghwan seketika terkejut.
"L--lo bercanda kan? Gue sama Justin hari ini janjian kok disini, jangan ngelucu lo!"
"Menurut lo gue bercanda, iya gitu? Situasi kaya gini ngapain gue bercanda Haruto?!"
Keduanya seketika naik pitam. Haruto berusaha untuk menyanggah kenyataan, begitupun dengan Junghwan yang berusaha meyakinkan Haruto.
Junghwan menghela nafasnya, "Datang ke rumah sakit kemarin, untuk lengkapnya lo bisa tanya disana karena gue enggak tahu Justin ada di ruangan mana."
Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Junghwan pun langsung meninggalkan Haruto. Ia sudah lelah seharian berlari di tengah hujan hanya untuk mencari keberadaan Haruto.
Tanpa membuang waktu lagi, Haruto pun segera bergegas pergi juga. Tujuannya kini beralih, yang sebelumnya ke rumah Justin kini mengarah ke arah rumah sakit.
Junghwan yang menyadari Haruto telah berlari pun menyempatkan diri membalikkan tubuhnya guna menatap kepergian Haruto secara perlahan.
"Gue mengalah walaupun itu sakit karena gue tahu dia pasti begitu berarti buat lo, Haruto."
Ditengah rintikan hujan, Junghwan tersenyum kecil—lebih tepatnya senyuman itu adalah senyuman getir.
Sebuah fakta lain terungkap, bahwa Junghwan pun diam-diam menyukai Justin.
Ia tidak akan melakukan sejauh ini jika bukan karena perasaannya, tapi dia bisa apa jika Justin dan Haruto sudah jelas saling menyimpan rasa?
Tidak ada.
***
Derapan langkah kaki berhasil memenuhi satu koridor, Haruto sudah tidak peduli dengan tatapan para perawat atau pasien lain yang terganggu oleh suara langkah kakinya.
Tubuhnya yang masih basah pun berhasil menjadi pusat perhatian, hal itu membuat pasang mata tak jarang menatap dirinya.
Tapi sekali lagi, Haruto tidak peduli. Bahkan amat tidak peduli.
Nafasnya memburu, pintu ruang ICU telah ada dihadapannya. Dimana ruangan tersebut Justin tengah berbaring kembali.
'Apa yang terjadi sebenarnya?'
Itulah pertanyaan yang ada dalam benak Haruto, sebab semalam ia baru saja kembali dari rumah sakit ini dan merasa baik-baik saja.
Nyatanya? Ia dapat melihat Justin dengan berbagai alat bantu di dalam sana dari balik kaca ruangan intensif itu.
"Dah, ah. Mau tidur gue, lo pulang sana."
Seketika Haruto ingat perkataan Justin semalam sebelum dirinya kembali ke rumah.
Dengan cepat, gelengan kepala cepat ia lakukan. Bukan, bukan ini yang dimaksud.
Bukan tidur seperti ini yang Haruto inginkan kepada Justin.
"Seharusnya gue enggak pulang secepat itu kalau hal ini akan terjadi."
Monolog Haruto sembari menyandarkan tubuhnya di sisi dinding; kakinya kini begitu lemas, alhasil tubuhnya merosot berakhir ia terduduk di lantai.
Haruto memeluk lututnya yang kini sudah terlipat, pun pemuda tersebut menenggelamkan wajahnya dalam-dalam.
Apakah dirinya akan kehilangan lagi untuk kedua kalinya?
Tidak, ia tidak ingin.
"Pssst."
Suara bisikan itu berhasil membuat Haruto mengangkat kepalanya kembali.
Di hadapannya, terdapat pemuda dengan senyuman kecil yang tengah berjongkok. Tanpa Haruto sadari, lengan pemuda itu mengusap rambutnya walaupun lengan tersebut menembus.
"Jeongwoo?"
Jeongwoo memberikan tepukan kecil di atas kepalanya, "Lo kenapa nangis? Jangan gitu dong, gue kan mau lo bahagia."
"Bagaimana gue bahagia kalau gue akan kehilangan orang lagi?"
Yang disebut Jeongwoo menggelengkan kepalanya, menyangkal apa yang barusan Haruto katakan.
"Lo mau Justin pergi juga? Jangan berpikir gitu, dia juga sedang berjuang di alam sana supaya kembali---"
Jeongwoo memilih untuk menjeda kalimatnya, roh tersebut pun bangkit dari jongkoknya guna melihat salah satu tujuh kembarannya yang kini tengah berbaring lemah.
Namun, menit kemudian berbalik kembali guna menatap Haruto.
"Untuk lo, dia bertahan hidup hingga sekarang karena lo, Watanabe Haruto."
Haruto membalas tatapan roh tersebut, kemudian ia bangkit dari duduknya guna menghampirinya.
"Seharusnya gue sadar lebih awal. Jeongwoo udah tenang gak mungkin muncul lagi, dihadapan gue sekarang adalah lo, Park Justin."
Nahloh, bingung? Sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Different - HAJEONGWOO
Fanfiction"Ingat, To. Dia berbeda, Ber-be-da." Haruto masih tidak bisa merelakan dari kepergian Jeongwoo waktu itu, dan kini ia harus berhadapan dengan seseorang yang mirip dengan Jeongwoo, dia Park Justin. ━━━━━━━━━ • • • Sequel dari: Ghost - HAJEONGWOO. C...