️️Apa yang terjadi sebenarnya?
️️ ️️
ㅤ ️️
️️ ️️
️️ ️️️️ ️️
ㅤ ️️"Justin Jangan!"
️️ ️️️️ ️️
ㅤ ️️
️️ ️️
Haruto berhasil menarik tangan Justin yang hendak berdiri dari pembatas. Keduanya jatuh ke atas aspal atap rumah sakit dengan posisi Justin diatas tepat menindih tubuh Haruto.
Keduanya saling bertatapan selama beberapa detik. Jarak keduanya begitu dekat, bahkan Haruto dapat merasakan detak jantung Justin.
Junghwan yang baru datang lantas membeku dengan apa yang baru lihat.
"Ekhem, kesempatan." Junghwan berdeham, membuat kedua pemuda itu langsung bangkit dari posisinya.
Dibelakang Junghwan, terdapat beberapa perawat di sana. Yasudah, makin malu ini.
"Lo balik ke ruangan lo, jangan macam-macam. Sayang nyawa lo." Ucap Haruto sembari merapihkan pakaian, begitu pun dengan Justin yang berjalan dengan gontai karena malas.
Setelah itu Justin dibawa oleh perawat menuju ruangannya. Setelah itu Junghwan menghampiri Haruto yang masih sok sibuk merapikan pakaian, padahal sudah tidak ada lagi yang perlu dirapikan.
Dengan mudahnya, Junghwan menyikut Haruto. Membuat Haruto mengaduh kesakitan.
"Apaan sih njir."
"Gimana ceritanya lo tau Justin disini?"
"Kebetulan lihat dia disini, langsung gue lari aja."
Junghwan menganggukkan kepalanya pelan, tanda ia memahaminya.
"Yauda---"
Bruk!
Junghwan melebarkan kedua matanya, pasalnya kini Haruto pingsan!
"Heh! Bangun lo!"
Tidak ada sahutan saat Junghwan menepuk pipi Haruto. Wajah Haruto pun ternyata sedikit lebih pucat jika dilihat dengan teliti.
"Hadeh, kebiasaan kalau khawatirin orang suka lupa makan." Itulah monolog Junghwan sesaat sebelum berusaha membopong tubuh Haruto.
Berat, sih. Rasanya mau digelindingkan saja, tapi enggak jadi, kasihan anak orang.
***
Samar-samar pencahayaan mulai masuk ke dalam indra penglihatan Haruto. Matanya mengerjap, dengan perlahan ia membuka matanya.
"Udah bangun juga, lo."
Terdengar suara tidak asing, lantas Haruto mengalihkan pandangannya ke sumber suara tersebut.
Tepat disebelahnya, terdapat Justin yang tengah duduk di kursi sebelah ranjangnya.
Justin masih sama seperti terakhir Haruto lihat, ia masih menggunakan hoodie putihnya.
Haruto pun mengubah posisinya menjadi terduduk. Hal itu pun dibantu oleh Justin.
"Peduliin diri lo sendiri baru orang lain."
Haruto hanya menganggukkan kepalanya pelan sedangkan Justin hanya menganggukkan kepalanya pelan.
Tanpa sepengetahuan Haruto, Justin pun mengambil semangkuk bubur yang ternyata sudah ada di atas meja.
"Njir, kok ada bubur?"
"Tadi Junghwan yang beliin, katanya lo kalau khawatir suka enggak makan. Berarti selama jagain gue, lo enggak makan."
Haruto berdecak, bisa-bisanya Junghwan begitu mudahnya membocorkan hal itu ke Junghwan. Kan jadi tidak enak, seharusnya dirinya yang menemani Justin bukan Justin yang menemani dirinya.
"Makan dulu, gak lucu kalau lo jadi yang sakit."
Kali ini Haruto menghela nafasnya, kemudian ia membuka mulutnya guna menerima suapan bubur dari Justin.
"Terimakasih."
Haruto mengerutkan keningnya kala Justin mengatakan satu kata itu.
Justin tersenyum kecil, ia menatap Haruto dengan senyuman tersebut.
"Terimakasih sudah peduli dengan gue dan sudah menghentikan pemikiran buruk gue."
Dejavu lagi. Haruto merasakan sosok Jeongwoo di dalam sisi Justin, ditambah Justin yang tengah tersenyum persis seperti Jeongwoo.
"I--iya, sama-sama. Gue kan udah bilang dari awal."
Justin menganggukkan kepalanya, kemudian pemuda tersebut melanjutkan kegiatan menyuapi Haruto, begitupun dengan Haruto yang tanpa banyak bicara lagi ia melahap bubur pemberian Justin.
Tak jarang, dua pasang mata itu saling bertatapan. Berhasil membuat degup jantung dua kali lebih cepat dari biasanya.
Are they both feeling the same now?
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Different - HAJEONGWOO
Fanfic"Ingat, To. Dia berbeda, Ber-be-da." Haruto masih tidak bisa merelakan dari kepergian Jeongwoo waktu itu, dan kini ia harus berhadapan dengan seseorang yang mirip dengan Jeongwoo, dia Park Justin. ━━━━━━━━━ • • • Sequel dari: Ghost - HAJEONGWOO. C...