• Bonus Chapter

3.4K 571 107
                                    

2 bulan kemudian...

"Tan, Ruto pergi dulu ya!" Pamit pemuda Jepang itu usai mengikat tali sepatunya.

"Iya!" Balasan didapatkan, lantas Haruto pun bergegas keluar rumahnya. Ternyata di depan gerbang sudah terdapat sang kawan, yang tak lain adalah Junghwan.

"Lama lo anjir, kaya anak perawan. Dadan dulu lo ya?" Celetuk Junghwan kala Haruto sudah berada di sebelahnya.

"Ngaco, dah lah ayo berangkat telat nanti."

Setalah mengucapkan kalimat tersebut, Haruto pun berjalan terlebih dahulu. Junghwan yang ditinggal hanya mendesus, detik selanjutnya pun pemuda So itu menyusul Haruto dengan cepat.

"Mampir dulu?"

Pertanyaan Junghwan membuat Haruto melirik sekilas dan kemudian menganggukkan kepala tanda mengiyakan.

"Pasti lah, yakali enggak."

Mendengar jawaban tersebut, lantas Junghwan hanya menganggukkan kepalanya juga.

Hingga sekian waktu, keduanya telah sampai pada tujuannya. Kediaman yang tentu tidak asing lagi bagi mereka.
️️ ️️

️️ ️️

ㅤ ️️

️️ ️️

Kediaman Park Jeongwoo--atau sekarang bisa kita sebut dengan kediaman Park Justin.

2 Bulan yang lalu...

Para dokter dan suster mulai berdatangan, ruangan yang sepi kini seketika ramai. Haruto hanya menatap kosong ke arah kakinya, ia terus menunduk di lorong rumah sakit.

Ia--masih tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.

"Haruto!" Pekikan suara Junghwan berhasil membuat dirinya mengangkat kepalanya.

"Hwan, Justin..."

Junghwan yang paham hanya menepuk pundak lelaki Jepang tersebut, pun mengelusnya sesaat.

"Mungkin memang ini takdirnya."

Haruto tidak membalas, ia hanya bisa menatap kosong. Entalah, semangat hidupnya seketika hilang.

Dokter dan para suster mulai keluar satu persatu, hingga paling terakhir seorang dokter lelaki paruh daya datang menghampiri Haruto dan Junghwan.

Senyuman kecil terukir, membuat Junghwan mengerutkan kening bingung sedangkan Haruto masih dengan tatapan kosongnya.

"Dia kembali."

Dua kata yang berhasil membuat Haruto mengerjapkan matanya dan menatap dokter tersebut.

"Mmaksudnya?"

Sang dokter mengelus kepala Haruto, lebih tepatnya mengacak rambutnya.

"Dia kembali. Tadi memang sempat detak jantungnya berhenti, tetapi Tuhan sepertinya punya rencana kembali. Dia sudah berhasil melewati masa kritisnya, kalian tunggu dia sadar."

Jelas sang dokter sebelum pergi meninggalkan dua pemuda yang masih mematung tak percaya.
️️ ️️

️️ ️️

Justin tidak benar-benar pergi. Dia kembali.
ㅤ ️️

️️ ️️
Butuh waktu satu bulan setengah untuk membuat Justin kembali sadar dan membutuhkan waktu tiga minggu untuk pemulihannya.

Justin hampir tidak bisa membedakan mana mimpi dan kenyataan, tak jarang ia menangis histeris karena terbayang kerasnya sang ayah.

Namun itu semua mereda perlahan dengan berjalan waktu. Justin akhirnya diizinkan untuk pulang, awalnya dirinya bingung ingin kembali kemana sebab sang ayah kini dalam tahanan.

Haruto pun berinisiatif untuk menjelaskan kepada Ibunda Jeongwoo perihal Justin. Tentu saja terkejut, ia tidak menyangka ada yang semirip putranya, parahnya lagi hal ini disembunyikan oleh mantan suaminya.

Setelah itu Justin pun dirawat oleh Ibunda Jeongwoo. Awalnya Justin menolak karena terbayang awal mula ia diangkat anak oleh sang ayah, namun Haruto berhasil meyakinkan Justin.

Justin benar-benar diperlakukan layaknya anak biasa. Tidak ada lagi pukulan, tidak ada lagi bentakan, tidak ada.

Flashback end.

"Justin!!" Teriak Haruto dan Junghwan di depan pagar.

"Berisik anjir, malu sama tetangga." Celetuk Justin sembari keluar dari kediamannya, membuat Haruto dan Junghwan terkekeh.

"Ayo sekolah, telat gue males bersihin toilet." Lanjut Justin berjalan terlebih dahulu, pun kemudian disusul oleh kedua kawannya.

Iya, masih dua kawan karana Haruto masih belum mengungkapkan perasaannya. Payah memang.

Haruto memilih berjalan di belakang, membiarkan Justin dan Junghwan melangkah lebih dahulu.

Memang sekarang tidak ada Jeongwoo, tetapi kehadiran Justin sudah cukup sebagai peran baru kehidupan untuk menutup luka lama.

Mereka memang berbeda, tetapi keduanya sama berarti bagi kehidupan Haruto.

"Haruto lama lo ah!" Pekikan Justin berhasil membuyarkan lamunan pada dirinya.

"Eh iy--" belum selesai berbicara tetapi lengannya sudah ditarik oleh Justin, bahkan Justin berlari dimana Haruto mau tidak mau harus ikut berlari juga.

Terpaan angin pagi membuat helai rambut ketiganya tertepa, membuat kesan tersendiri saat ini.

Ketiganya tertawa lepas selama perjalanan, membahas segala macam hal yang bahkan terkesan aneh dan random.

️️ ️️

️️ ️️

ㅤ ️️

️️ ️️

"Kalian bahagia terus ya." Ucapnya dari atas pohon besar, sebelum dirinya menghilang tertepa angin juga.


Selesai.

Ini beneran selesai guys... Gak ada lagi lanjutannya karena kalau dipikir-pikir aku gak ahli buat book dua gitu, jadi maaf banget kalau di kisah kali aneh terkesan aneh atau maksa.

Tapi aku berterimakasih banget buat reader yang selalu baca book ini. Enggak nyangka aja aduh hahaha.

Jangan lupa cek work aku yang lain ya! Ada prompt baru disana, semoga suka!

[✓] Different - HAJEONGWOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang