Hendra sampai di rumah, tepat jam 15.00 WIB. Rumahnya masih nampak sepi. Adiknya pasti pulang malam. Ia pun segera mandi, agar tubuhnya kembali segar.
Seusai mandi, ia langsung berkutat di dapur. Ia akan memasak sop ayam, juga tempe dan tahu goreng. Menu seadanya. Karena baik ia maupun Reza, masih harus mengumpulkan uang. Agar bisa mencari tempat tinggal, yang lebih nyaman lagi.
Karena rumah peninggalan ini, sudah mulai mengelupas catnya. Juga mulai ditumbuhi lumut.
"Hufftt !!! ya allah !! semoga esok lebih baik. Amiin," do'anya.
---skip>>>
Perkiraannya salah. Ternyata Reza pulang lebih awal. Mereka makan bersama.
"Mas Hendra. Aku ada kabar baik," ucap Reza.
"Apa itu, Za ??" tanya Hendra.
"Kita bisa punya rumah baru. Hari ini, aku baru gajian. Dan pak bos, ngasih kunci rumah ini, ke aku. Beliau bilang, kita bisa tinggal disana," jelas Reza.
"Beneran, kamu nggak bohong kan ??"
"Beneran lah, mas. Rumah lama pak Bima, emang jarang dipakai. Daripada kita pusing-pusing, gimana ngumpulin uangnya. Ini rezeki buat yatim piatu, seperti kita," jelas Reza lagi.
"Alhamdulillah !!! masih ada aja, orang baik di sekitar kita," ucap Hendra.
"Kan lumayan toh, mas. Jaraknya nggak terlalu jauh, dari tempat mas mengajar," ucap Reza.
"Bener juga. Ndak sia-sia, mas sekolahin kamu sampai sukses. Bener kata almarhum bapak. Kamu itu cerdasnya selangit," balas Reza.
Keduanya pun tertawa. Lalu menghabiskan makanan mereka. Giliran Reza yang mencuci piring.
------>>>>>>
Langit melamun, di balkon kamarnya. Ia memikirkan Kasa. Bocah periang nan lugu. Ia senang, bisa berkenalan dengannya. Selama ini, teman langit hanyalah sahabat di sekolah, juga kakak sepupunya.
Sejak kenal dengan Kasa, ia merasa seperti punya adik. Hari ini ia absen, tidak masuk sekokah. Karena semalam sakitnya kembali kambuh. Mengharuskannya bed rest, selama kurang lebih 3 hari. Ia sangat bosan.
"Lho sayang !! ternyata kamu disini. Ngelamunin apa heum ??" tanya Bima.
"Gapapa. Langit keinget sama Kasa," jawabnya disertai senyuman.
Untuk 3 hari ini juga, Bima tidak ngantor. Pekerjaan kantor sudah ia serahkan, pada sekretarisnya. Langit lebih penting, dibanding pekerjaan kantor.
"Kamu mau ketemu dia ??" tanya Bima.
"Mau banget, pa. Tapi kayaknya, Kasa lagi sekolah deh. Kan masih pagi," jawab Langit.
"Sebentar, papa kirim pesan sama om Fahri," ucap Bima.
"Iya,"
Bima mengeluarkan ponselnya. Mengetik pesan pada kakaknya.
Me :
Mas Fahri. Nanti tolong jemput Kasa, ya !! Langit mau ketemu.Send.
Fahri :
Oke.
Send.
Bima sudah mengirimkan pesan, pada kakaknya. Kembali menyimpan ponselnya.
"Papa udah kirim pesan. Om Fahri bilang, nanti mau jemput Kasa. Nanti diantar kesini," jelas Bima.
"Makasih papa !!" Langit memeluk erat sang papa. Bima mengangguk membalasnya.
---skip>>>
Kasa terkagum-kagum, melihat rumah besar milik Langit. Ia sudah diantar oleh Fahri, sore ini. Karena besok hari minggu, Langit meminta Kasa untuk menginap.
"Kasa tolong temenin Langit, ya !! om ada perlu sebentar, di ruang kerja," perintah Bima.
"Iya silahkan om," balas Kasa. Ia beralih menatap Langit. "Rumah kakak besar dan luas," kagumnya.
"Biasa aja kok," sahut Langit.
Ia gemas pada Kasa. Pipi gembilnya minta dicubit.
"Kakak, kenapa lihat aku kayak gitu ??" tanya Kasa bingung.
"Kasa mau nggak, jadi adik kak Langit ??" tanya Langit.
Sontak kedua mata Kasa, membulat lucu. Langit jadi semakin gemas.
"Tapi kan, Kasa bukan siapa-siapanya kakak," jawab Kasa.
"Kakak nggak maksa, kok. Jadi sahabat juga boleh. Habisnya kakak kesepian," jelas Langit.
"Kasa mau banget, jadi sahabat kak Langit. Kasa janji, selalu ada buat kakak," ucapnya lantang.
"Makasih ya," ucap Langit senang.
Berakhir keduanya berpelukan. Tanpa sadar, jika Bima memperhatikan mereka berdua. Ia tersenyum lega. Putra kesayangannya menemukan cahaya hidupnya.
Tbc..
Part paling panjang. Hope u like it.
💜💜💜💜💜
