~ 7 ~

266 29 0
                                    

_@SMA BINUS_

Langit tengah mencatat materi, yang dijelaskan guru di depan. Namun fokusnya buyar seketika, kala dadanya kembali berulah. Bahkan lebih sakit dari biasanya.

Dan sebelum pandangannya gelap, seseorang tergesa menghampirinya. Langit jatuh pingsan.

------>>>>>>

PRANG !!!

"Awww !!!" pekik Kasa, karena jarinya terkena pecahan gelas.

"Astaga !! Kasa, jari kamu luka !!" pekik Davi.

Buru-buru ia bawa anak itu, ke ruang istirahat karyawan. Kasa meringis kesakitan. Dengan cekatan namun hati-hati, Davi mengobati luka itu.

"Kok bisa kayak gini sih, Kasa ?? kamu lagi mikirin apa ??" tanya cowok tampan itu.

"Nggak tahu, kak. Tapi perasaan Kasa nggak enak," jawab Kasa.

Davi selesai mengobatinya. Kembali menatap remaja tanggung itu.

"Lain kali tetap fokus, ya !! untung aja ini luka ringan. Coba kalau kena minyak," ucap Davi.

"Iya. Makasih kak Davi,"

"Iya sama-sama," Davi tersenyum. "Kakak kerja lagi ya," pamitnya, kembali ke dapur.

Kasa masih diam disana. Pikirannya kembali kacau. Apalagi 3 hari ini, ia belum bertemu Langit. Tak mau ambil pusing. Ia juga kembali bekerja.

------>>>>>>

_@Rumah Sakit_

Bima dan Riana, duduk cemas menunggu. Langit masuk ruang ICU lagi. Detak jantungnya sempat melemah. Bahkan Riana tak bisa berkata-kata. Ia masih shock. Begitupun dengan Bima.

"A-aku...aku ibu yang jahat, mas. Karena aku, Langit kembali kesana lagi," lirih Riana.

"Nggak, kamu nggak salah. Nggak ada yang salah. Semuanya udah diatur," balas Bima.

Cklek !!

Pintu ruang ICU terbuka. Tampak dokter Bayu, yang keluar dari sana. Menghampiri mereka berdua.

"Dokter. Bagaimana kondisinya ??" tanya Bima.

"Maaf pak, bu. Untuk saat ini, kondisi Lintang dinyatakan koma. Kami sudah berusaha maksimal. Anda yang tabah ya. Saya permisi,"

Penjelasan dokter Bayu, meruntuhkan semuanya. Riana kembali terduduk lemas, di kursi tunggu. Sedangkan Bima. Ia memandang sendu putranya, dari kaca pembatas.

Tubuh mungil putranya, penuh dengan alat medis. Selang ventilator melintang, di mulutnya yang terbuka. Berikut mesin EKG, yang berbunyi. Menambah sakitnya suasana hati.

Bima memilih pergi. Mengantar Riana pulang lebih dulu. Sembari menenangkan pikiran mereka. Bima pun, sudah mengabari kakaknya.

Tbc..

Angkasa  Untuk  LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang