Kasa merasa bingung. Belakangan ini, Langit seperti menghindar darinya. Sekedar menyapa saja tidak. Hal itu semakin mengganjal, di hatinya.
Kebetulan sekali. Ia bertemu dengan Bima, di sebuah cafe. Ini kesempatannya untuk bertanya.
"Papa Bima. Kak Langit baik-baik aja kan ??" tanya Kasa.
"Nak. Maaf ya sebelumnya. Untuk saat ini, Langit tidak mau bertemu siapapun. Termasuk papa. Suasana hatinya sedang buruk," jelas Bima.
"Yaudah deh gapapa. Mungkin lagi nggak enak badan. Kasa paham kok. Lain waktu, Kasa yang samperin sendiri," balas Kasa.
Bima tersenyum tipis dan mengangguk. Satu tangannya, mengusap pucuk kepala Kasa. Anak yang baik dan pengertian, pikirnya.
Langit pasti sangat beruntung, memiliki teman seperti Kasa. Hadirnya Kasa, bagai kekuatan untuk Langit tetap bertahan.
"Papa duluan ya, sayang !! Langit sendirian di rumah," pamit Bima.
"Hati-hati di jalan, papa Bima !!" balas Kasa.
Bima mengangguk sebagai jawaban. Segera meninggalkan cafe. Kasa pun, juga segera membereskan buku-bukunya. Ia juga akan pulang. Tak bisa berlama-lama, jauh dari mama barunya.
------>>>>>>
Angga hari ini, tidak membawa mobil. Ia pulang jalan kaki. Ia sempatkan mampir minimarket, untuk membeli sekaleng soda.
Duduk di kursi, depan minimarket. Tak sengaja bertemu Hendra, yang kebetulan habis isi bensin.
"Mas Angga, sendirian aja disini. Baru pulang, mas ??" sapa Hendra.
"Iya nih. Hari ini nggak bawa mobil. Dipakai sama Reza," jawab Angga.
"Bareng aja kalau gitu, ayo !! aku juga mau pulang nih," ajak Hendra. Menepuk jok motornya.
"Boleh deh, makasih banyak ya !!" ucap Angga.
"Nggak masalah,"
Angga pun membonceng Hendra. Memakai helm dengan benar. Lalu berpegangan pada Hendra. Kebetulan rumah mereka, berada di satu komplek. Dan rumah mereka bersebelahan.
Tbc..