Kasa sangat bingung. Fahri dan keluarga kecilnya, mengajaknya ke rumah sakit. Hingga sampai di depan ICU, tubuhnya mematung. Di dalam sana, Langit tertidur dengan damai.
"Ng-nggak !! nggak mungkin. Itu pasti bukan kak Langit. Kakak !!!" tangisnya pecah.
Angga langsung memeluknya erat. Berusaha menenangkan Kasa. Jujur sebenarnya, ia pun sama terkejutnya. Bagaimana tidak. Adik sepupu kesayangannya, harus berjuang melawat penyakitnya.
"Kasa ikut kakak dulu, yuk !! kita cari minum ya !!" ajak Angga.
"I-iya,"
Angga pergi mengajak Kasa, ke cafetaria. Fahri dan Luna, masih tetap di tempatnya. Duduk di ruang tunggu.
"Aku yakin. Langit bisa bertahan. Langit itu hidupnya Bima," ucap Fahri.
"Iya mas. Langit anak yang kuat," balas Luna.
Sementara itu di kantin. Kasa meminum satu cup vanilla latte. Sedangkan Angga memesan americano.
"Kak Angga. Kak Langit pasti sembuh, kan ??" tanya Kasa penuh harap.
"Amiin !! pasti Langit bisa sembuh," balas Angga.
Kasa menatap sekitar. Cafetaria ini sangat ramai. Membuat Angga heran melihatnya.
"Kak Angga. Heum..boleh nggak, Kasa pesen bubur ??" tanya Kasa.
"Boleh banget, dong. Kasa emangnya belum sarapan ??" tanya Angga penuh perhatian.
"Belum, kak. Tadinya udah mau sarapan. Tapi panik banget, dengar kak Langit dirawat," jawab Kasa.
"Sebentar ya, kakak pesenin dulu !!"
Angga segera pergi, untuk memesan bubur. Kasa duduk diam menunggu. Tak lama, Angga kembali. Dengan dua mangkuk bubur ayam, dan dua gelas teh manis hangat. Mereka berdua sarapan bersama.
---skip>>>
Setelah sarapan, mereka kembali lagi. Fahri dan Luna bersiap pulang.
"Ayo kita pulang !!" ajak Luna.
"Kasa. Hari ini, saya kasih kamu cuti, ya. Untuk sehari aja," ucap Fahri.
"Makasih banyak, pak,"
Mereka pun pulang. Fahri lebih dulu mengantar Kasa, sampai depan rumah kontrakannya.
Tbc..
