Bima masuk ke kamar Langit. Dipandanginya seisi kamar, dengan nuansa baby blue itu. Warna lembut kesukaan Langit. Bima duduk di tepi ranjang. Diraihnya figura foto sang anak.
Foto ini diambil, saat mereka liburan ke puncak. Bima masih ingat betul. Langit terus saja merengek, karena bajunya terlalu tebal. Karena memang udara di puncak, sangat dingin.
Ia letakkan kembali, foto itu diatas nakas. Beranjak dari duduknya. Ia beralih melihat meja belajar. Buku-buku tersusun rapi disana. Kebanyakan adalah buku sains. Karena memang, Langit mengambil jurusan IPA di sekolah.
Langit pernah bilang padanya. Cita-citanya ingin menjadi dokter. Tentu saja, setelah ia benar-benar sembuh. Dan Bima, hanya bisa mengiyakan.
Tak ingin berlama-lama disana. Ia keluar dari kamar. Kembali menutup pintunya.
"Bim, kamu dari kamarnya Langit ??" tanya Fahri.
"Iya mas," jawab Bima.
"Di ruang tamu, ada Riana. Dia mau bicara penting, sama kamu. Mas mau istirahat sebentar,"
"Iya makasih mas,"
Bima langsung menemui Riana. Duduk di hadapannya. Sepertinya memang penting.
"Mas. Ada yang mau aku bicarain," ucap Riana.
"Boleh. Ada apa ??"
"Begini. Kalau aku lihat. Langit sama Kasa, sangat akrab. Bahkan Langit lebih banyak tertawa, saat bersama Kasa. Sepertinya, Langit nyaman dengannya. Menganggapnya adik sendiri," jelas Riana.
"Iya, kamu benar. Semenjak anak itu hadir, Langit jadi lebih ceria. Bahkan jarang mengeluh sakit. Aku tak tahu lagi, harus bagaimana," balas Bima.
"Aku mau minta saran mas !! gimana kalau, aku adopsi Angkasa, jadi anak aku ?? selagi aku masih cari, anak kandung aku,"
"Kalau kamunya memang sanggup, aku dukung keputusan kamu. Aku lihat, Kasa anak yang sopan dan baik," ucap Bima.
"Makasih banyak sarannya, mas. Aku jadi lega. Kalau gitu, aku harus temui dia dulu. Kalau dia mau, aku langsung mengurus surat-surat adopsinya," jelas Riana. "Aku pulang dulu mas !! assalamu'alaikum !!!"
"Wa'alaikum salam !!"
Dengan hati lega, Riana pun pulang ke rumah. Ia ingin bertemu dengan Kasa.
Tbc..