Riana masih menginap, di rumah mantan suaminya. Tentunya karena permintaan putranya. Kasa juga. Dan pagi ini, anak itu begitu murung. Saat sarapan pagi tadi. Ia melihat Langit yang bahagia, disuapi oleh Riana.
"Lho, Kasa kenapa ?? kok mukanya sedih ??" tanya Riana tiba-tiba.
"Kasa mau ketemu mama. Tapi nggak tahu, mama perginya kemana," jawabnya dengan polos.
"Jangan sedih ya, nak !! suatu saat, kalian pasti bisa bertemu," ucap Riana. Mengusap sayang kedua pipi tembam itu.
Langit tersenyum, saat menemukan keberadaan sang mama. Ikut bergabung.
"Kasa kenapa, ma ??" tanya Langit.
"Ini. Kasa katanya kangen, pengen ketemu ibu kandungnya," jawab Riana.
"Kasa jangan sedih !! Kasa boleh kok, anggap mama dan papa orang tuanya Kasa," ujarnya pada Kasa.
"Boleh ??" tanya Kasa. Ia juga menatap Riana.
"Boleh sayang. Kan Kasa udah mau, jadi temannya Langit," jawab Riana disertai senyum.
"Ma...mama...hikss...makasih mama Riana," isaknya.
"Iya, udah ya jangan nangis !!" Riana mencoba menenangkan.
Kasa sedikit lebih tenang. Ia kembali tersenyum. Hidung dan pipinya memerah, karena menangis.
"Ikut kakak ke kamar, yuk !! kakak mau cobain PS barunya," ajak Langit, menggandeng tangan Kasa.
Kasa hanya menurut, mengikuti langkah teman barunya itu. Riana menggeleng heran. Ia memilih pergi ke dapur. Membuat secangkir kopi untuknya. Bima sendiri, sudah berangkat ke kantor.
---skip>>>
Selepas makan siang, Riana pamit pulang. Sebenarnya Langit merengek, tidak mau ditinggal. Tapi Riana menjelaskan. Ia tidak boleh lama-lama, berada disana. Takut menjadi fitnah. Langit pun mengalah.
Riana menitipkan anak-anak, pada bi Rahma. Wanita paruh baya itu menyanggupinya. Riana pun pulang naik taksi.
"Ughh !! sshh !!!" Langit merintih pelan, sambil mencengkeram dada kirinya.
"Kakak kenapa ?? kakak sakit ??" tanya Kasa panik.
"Bi-bibi...panggil bibi !!"
Kasa berlari ke dapur. Memanggil-manggil bi Rahma. Membuat wanita itu ikut panik.
"Ya allah !! den Langit tahan sebentar ya !!" bi Rahma meraih kotak P3K, di laci nakas samping sofa. Meraih oksigen portable.
Diarahkannya benda itu, pada Langit. Perlahan, Langit mulai menghirupnya. Mengatur nafasnya. Cukup lama. Dirasa lebih baik, bi Rahma menyudahinya. Kembali menyimpan benda itu.
"Maaf ya bibi. Langit ngerepotin bibi lagi," ucapnya.
"Aden nggak salah. Bibi seneng kok, bisa bantu ngerawat den Langit. Kasa temenin den Langit ya, istirahat di kamar !!"
"Iya bibi," balas Kasa.
Kasa membantu Langit, untuk berdiri. Lalu menuntunnya kearah kamar Langit. Menemaninya sampai benar-benar terlelap.
Tbc..
