~ 6 ~

279 25 0
                                        

Riana  masih  menginap, di  rumah  mantan  suaminya. Tentunya  karena  permintaan  putranya. Kasa  juga. Dan  pagi  ini, anak  itu  begitu  murung. Saat  sarapan  pagi  tadi. Ia  melihat  Langit  yang  bahagia, disuapi  oleh  Riana.

"Lho, Kasa  kenapa ?? kok  mukanya  sedih ??" tanya  Riana  tiba-tiba.

"Kasa  mau  ketemu  mama. Tapi  nggak  tahu, mama  perginya  kemana," jawabnya  dengan  polos.

"Jangan  sedih  ya, nak !! suatu  saat, kalian  pasti  bisa  bertemu," ucap  Riana. Mengusap  sayang  kedua  pipi  tembam  itu.

Langit  tersenyum, saat  menemukan  keberadaan  sang  mama. Ikut  bergabung.

"Kasa  kenapa, ma ??" tanya  Langit.

"Ini. Kasa  katanya  kangen, pengen  ketemu  ibu  kandungnya," jawab  Riana.

"Kasa  jangan  sedih !! Kasa  boleh  kok, anggap  mama  dan  papa  orang  tuanya  Kasa," ujarnya  pada  Kasa.

"Boleh ??" tanya  Kasa. Ia  juga  menatap  Riana.

"Boleh  sayang. Kan  Kasa  udah  mau, jadi  temannya  Langit," jawab  Riana  disertai  senyum.

"Ma...mama...hikss...makasih  mama  Riana," isaknya.

"Iya, udah  ya  jangan  nangis !!" Riana  mencoba  menenangkan.

Kasa  sedikit  lebih  tenang. Ia  kembali  tersenyum. Hidung  dan  pipinya  memerah, karena  menangis.

"Ikut  kakak  ke  kamar, yuk !! kakak  mau  cobain  PS  barunya," ajak  Langit, menggandeng  tangan  Kasa.

Kasa  hanya  menurut, mengikuti  langkah  teman  barunya  itu. Riana  menggeleng  heran. Ia  memilih  pergi  ke  dapur. Membuat  secangkir  kopi  untuknya. Bima  sendiri, sudah  berangkat  ke  kantor.

---skip>>>

Selepas  makan  siang, Riana  pamit  pulang. Sebenarnya  Langit  merengek, tidak  mau  ditinggal. Tapi  Riana  menjelaskan. Ia  tidak  boleh  lama-lama, berada  disana. Takut  menjadi  fitnah. Langit  pun  mengalah.

Riana  menitipkan  anak-anak, pada  bi  Rahma. Wanita  paruh  baya  itu  menyanggupinya. Riana  pun  pulang  naik  taksi.

"Ughh !! sshh !!!" Langit  merintih  pelan, sambil  mencengkeram  dada  kirinya.

"Kakak  kenapa ?? kakak  sakit ??" tanya  Kasa  panik.

"Bi-bibi...panggil  bibi !!"

Kasa  berlari  ke  dapur. Memanggil-manggil  bi  Rahma. Membuat  wanita  itu  ikut  panik.

"Ya  allah !! den  Langit  tahan  sebentar  ya !!" bi  Rahma  meraih  kotak  P3K, di  laci  nakas  samping  sofa. Meraih  oksigen  portable.

Diarahkannya  benda  itu, pada  Langit. Perlahan, Langit  mulai  menghirupnya. Mengatur  nafasnya. Cukup  lama. Dirasa  lebih  baik, bi  Rahma  menyudahinya. Kembali  menyimpan  benda  itu.

"Maaf  ya  bibi. Langit  ngerepotin  bibi  lagi," ucapnya.

"Aden  nggak  salah. Bibi  seneng  kok, bisa  bantu  ngerawat  den  Langit. Kasa  temenin  den  Langit  ya, istirahat  di  kamar !!"

"Iya  bibi," balas  Kasa.

Kasa  membantu  Langit, untuk  berdiri. Lalu  menuntunnya  kearah  kamar  Langit. Menemaninya  sampai  benar-benar  terlelap.

Tbc..

Angkasa  Untuk  LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang