Jika biasanya, 'kesayangan' Langit sering kambuh. Belakangan ini, jarang sekali kambuh. Sejak mengenal Angkasa, ia jadi punya semangat untuk sembuh. Rajin check-up ke rumah sakit.
Angkasa juga merasa lega. Ia sudah bertemu ibu kandungnya. Wajahnya bahkan lebih ceria.
Sedangkan Riana. Ia sendiri masih ragu, menerima tawaran Bima. Takut mengecewakannya lagi.
"Kakak !! stroberi adek jangan dihabisin !! mama !! kakak nih !!" rengek Kasa, mengadu pada sang mama.
"Langit, jangan ledekin adeknya sih !!" perintah Riana.
"Iyadeh iya, nih kakak balikin,"
Langit mengembalikan mangkuk berisi stroberi, yang tinggal setengah. Kasa menerimanya, dan pergi ke dapur. Melanjutkan makan disana.
Langit duduk di samping mamanya. Melihat Riana yang tampang kebingungan.
"Mama kenapa ?? ada yang mengganjal perasaan mama ??" tanya Langit.
"Lang. Papa kamu, ngajak mama rujuk kembali. Tapi...mama masih ragu. Mama takut, suatu saat ngecewain papamu lagi," jawab Riana.
"Itu semua, tergantung keputusan mama aja. Tapi kalau buat Langit. Langit bakalan seneng banget, punya keluarga yang utuh lagi. Dan apalagi sekarang, bertambah ada Angkasa," jelas Langit.
Riana tersenyum mendengar ucapan anaknya. Lama tidak jumpa bertahun-tahun, membuat pemikiran Langit semakin dewasa. Riana jadi tambah menyesal, sudah menyia-nyiakan anak sebaik Langit.
"Mama bangga sama kamu, Lang. Kamu udah makin dewasa. Sehat-sehat terus ya nak,"
"Amiin !!"
"Mama !!! Kasa lapar nih !! ayo makan sama-sama !!" seru Kasa dari arah dapur.
"Iya sayang !! ayo Lang !!"
"Ayo ma, Langit juga lapar !!"
Mereka bertiga pun makan bersama. Sesekali Langit menjahili Kasa. Membuat anak itu merengek kesal, dan Riana tersenyum.
Tbc...