***
Keesokan harinya.
Maeda datang sangat pagi ke sekolah. Ia sangat tidak sabar akan hari ini, pembalasan yang dinanti-nanti pun tiba. Maeda sudah merancang semuanya dengan matang.
Ia pun bergegas menuju mading utama di sekolahnya. Diperhatikan nya setiap sudut dari mading tersebut, agar nantinya hasil 'karya'nya tersebut enak dipandang.
Dan ia pun mulai menata semuanya.
.
.
.
Jam istirahat pun tiba, Maeda kini sedang mengambil kotak makannya dan memilih makan dikelas.Saat ia hendak makan, datanglah Ray bersama para anak buahnya yang selalu mengganggu Maeda.
"Hai homo" sapa Ray dengan nada mengejek, anak buahnya ikut tertawa. Sedangkan Maeda tak berkutik sedikit pun.
"Mana pacar lu? Bolos lagi!? Lari dari masalah ya dia!? AHAHAHAHAHA" mereka semua tertawa dengan puas, namun Maeda masih tetap tenang.
Maeda pun hendak menyuapkan sesendok nasi kemulutnya, namun tangannya di cengkram kuat oleh Ray.
"Hargai gue kalau lagi ngomong ye, anak bangsat!" Ray berhasil memancing emosi Maeda. Maeda pun berdiri dari tempat duduknya dan...
PLAK.
Tamparan keras mendarat di pipi Ray. Ia pun menyeret paksa Ray menuju keluar kelas. Ray sudah dibantu para anak buahnya ditarik, tapi tenaga Maeda jauh lebih besar bersamaan dengan emosi nya yang memuncak.
"Lepasin gue homo! Gue jijik disentuh sama l--- ngh!" belum selesai Ray berbicara, mulutnya disumpal oleh setumpuk kertas yang dibulat-bulat.
Maeda terus menyeret Ray menuju mading utama, tempat ia mengabadikan 'karya' nya. Dari jauh pun sudah terlihat jelas banyak sekali segerombolan anak-anak yang tengah melihat mading tersebut.
"Gue udah bawa nih lonte nya~" dihempasnya tubuh Ray ke lantai oleh Maeda. Kini Ray jadi tontonan gratis anak-anak, dan Ray masih tidak tau apa yang sebenarnya terjadi.
"Seperti yang gue bilang Via chat. Jangan ada yang bersuara sampai dia lihat sendiri hasil karya gue" ucap Maeda dengan mantap. Ray pun sibuk membuka sumpalan kertas yang ada di mulutnya dan bergegas melihat apa yang ada di mading.
DEG.
"A-a-apa..." Ray terkejut bukan main. Foto dirinya bersama pria tua tengah bersamaan terpampang jelas di hadapannya. Bukan hanya satu-dua foto, tapi hampir 20 lembar terpampang jelas disana.
"Oke karena tersangka sudah melihat sendiri, sesi hujat-menghujat pun dibuka" ujar Maeda penuh kemenangan. Anak-anak pun mengitari Ray dan mulai menghujatnya.
"Dasar simpenan om-om!"
"Cantik-cantik mainnya sama om-om!"
"Oh jadi gini artis yang sering tampil di TV tuh"
"Nggak nyangka banget gue Ray..."
"Lonte lonte, lonte lonte~"
"Dibayar berapa lu sama itu om!? Ahahaha"
"Eh, itu kan bapak gue..." Seketika semua suara pun hening. Aisyah si anak alim pun mengangkat suara.
"Oh jadi lu penghancur rumah tangga keluarga gue, gue gak nyangka banget Ray..." Aisyah pun mulai histeris dihadapan Ray.
"Asal lu tau ya Raydina Nathaniel. Ibu dan ayah gue sering berantem karena penyebab nya lu. Gue kira selama ini gue salah liat, makanya gue gak pernah bersuara. Tapi karena adanya Maeda gue merasa bersyukur karena elu lah penyebab semuanya Ray! Rasain ini!" Aisyah yang tak bisa menahan emosinya mulai menjambak rambut Ray dengan tak karuan.
![](https://img.wattpad.com/cover/221589002-288-k81145.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Alasanku, Maybe? (Tamat)
Teen FictionWARNING: CERITA BxB/HOMO/SEMACAMNYA!!!! 🔞🔞🔞 HOMOPHOBIC DILARANG KERAS UNTUK MEMBACANYA!!! ❌❌❌ . . "Sekarang gue tanya, hubungan kita ini apa?" tanya pria yang lebih tinggi. . "Entah... temen? Maybe?" jawab si pria yang lebih pendek dari si jangku...