{Enam Belas}✓

207 15 1
                                    

***
.
Akhirnya, konflik antara Maeda dan Axel kini mulai memudar. Keduanya kembali berbaikkan dan seperti biasa, kemana-mana selalu berdua.

Dan seperti saat ini, keduanya sedang berada di sebuah alun-alun di kota mereka, yang dipenuhi oleh pengunjung.

"Tumben lu ngajak gue ke tempat ginian" ujar Axel kepada Maeda.

"Lah, napa emangnya? Kagak boleh nih?" tanya Maeda.

"Iya nggak sih, cuma heran aja gue, lu kan paling anti ke tempat-tempat begini" jawab Axel.

"Se anti sosialnya gue, gue juga butuh hiburan kali. Kayak pergi ketempat ini" Maeda sepertinya begitu menikmati ramainya tempat ini.

"Oh iya, Xel. Gue mau nanya, boleh?" Maeda mulai bertanya.

"Nanya mah nanya aja kali, gak usah ragu gitu. Kek ke siapa aja sih" kata Axel mempersilahkan.

"Lu kenal sama orang yang namanya Cecel?" tanya Maeda

DEG!

Disaat Axel mendengar nama 'Cecel', seketika tubuhnya menegang.

"C-cecel? Cowok apa cewek?" tanya Axel sedikit terbata.

"Cowok sih. Tapi ya emang nama panggilan nya kayak cewek" terang Maeda.

"K-kenapa nanya gue?" Axel masih terbata.

"Sini biar gue jelasin, soalnya ini ada sangkut pautnya sama lu. Jadi, si Cecel ini sahabat kecil gue, gue gak pernah tau nama asli dia siapa, soalnya dia selalu dipanggil Cecel sama orang rumahannya. Dia bukan asli orang sini, tapi sempet tinggal disini. Terakhir gue ketemu dia waktu gue TK, semenjak itu gue gak pernah ketemu lagi sama dia" Maeda menjelaskan secara rinci tentang anak yang bernama Cecel ini.

"Terus sangkut pautnya sama gue dimana?" tanya Axel yang penasaran.

"Nah ini, pas gue ketemu lu di sekolah, gue kaget bukan main. Gue awalnya mikir lu itu si Cecel, karena dari segi fisik kalian mirip, tapi ternyata dari segi sifat kalian beda jauh" lanjut Maeda menerangkan.

"Hm, gitu ya..." respon Axel.

"Jadi? Lu kenal kagak?" tanya Maeda memastikan.

"Ng-nggak... Gue gak kenal" jawab Axel dengan terbata.

"Oh ya udah..." Maeda sebenarnya curiga dengan cara Axel menjawab semua pertanyaan Maeda, tapi ia berusaha tak memperdulikan nya.

"Mau lanjut jalan atau pulang, Mae?" tanya Axel menawarkan.

"Pulang aja deh, Xel. Lagian ini juga udah jam 11 malem, sedangkan besok kita masih sekolah" kata Maeda sambil meregangkan otot-otot tubuhnya.

"Yaudah, yuk" Axel pun langsung berdiri dan bergegas menuju tempat dimana ia memarkirkan motornya.

"Eh, Xel! Tungguin gue" Maeda setengah berlari mengejar Axel dari belakang, tapi tak ada respon apapun dari Axel.

Nih anak kenapa dah, tumben-tumbenan kayak begini. Batin Maeda, ia pun tetap mengejar Axel dari belakang.
.
.
Di jalan pulang.

Jam telah menunjukkan pukul dua belas malam, namun Maeda dan Axel masih berada di jalanan, mengingat rumah Maeda yang lumayan jauh dari riuhnya suasana kota, membuat mereka pulang terlalu larut.

Dan Maeda masih terheran-heran dengan sikap Axel yang mendadak dingin dan kaku, tidak seperti biasanya pikir Maeda.

Dia kenapa ya? Coba gue tegur deh. Maeda pun menepuk pelan Axel dari belakang.

"Xel..." panggil Maeda dengan perasaan campur aduk.

"Apa?" jawab Axel dengan nada ketus.

"Lu kenapa sih? Tumben-tumbenan diem. Lu ngantuk? kalau ngantuk biar gue aja yang bawa motor" tanya Maeda berusaha mencairkan suasana.

Alasanku, Maybe? (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang