1 minggu berlalu.
Sudah satu minggu lebih, keberadaan Ray disekolah tidak pernah terlihat. Tentunya ini menjadi sebuah tanda tanya besar bagi para siswa-siswi sekolah, termasuk Deva sang kekasih.
Deva kini sedang berada di kantin, diam termenung, dan malas berinteraksi dengan siapapun. Deva sudah tau dengan apa yang terjadi pada Ray, ketika mendengar nya, Deva amat sangat kecewa kepada Ray dan ingin mengakhiri hubungan keduanya, namun setiap kali ia ajak berinteraksi via ponsel, tidak pernah sekalipun terhubung.
"Kak Dev?" sapa Axel kepada Deva. Axel sudah mulai bersekolah semenjak satu minggu yang lalu.
"Eh, Xel. Apa kabar lu? Baru nongol lagi ya? Ahaha" Deva berusaha ramah kepada Axel, karena suatu alasan.
"Mana ada, orang gue udah masuk dari seminggu yang lalu. Lu sih yang sibuk ujian mulu" ujar Axel yang mulai akrab dengan kakak kelasnya itu. Deva sudah melewati Ujian Nasional, dan kini ia hanya bisa duduk-duduk santai disekolah.
"Haha iya bro. Mumet banget otak gue waktu ujian" Deva terus mengoceh kepada Axel.
Mereka terlalu asyik bercerita. Maeda pun datang bersama dengan Tony.
"Xel gue cariin lu kemana-kemana, ternyata ada disini!" kata Tony yang baru datang langsung marah-marah.
"Ish apaan sih lu, nempel sama gue mulu" Axel berpura-pura memasang ekspresi yang jijik.
"Gak boleh gitu ya..." Maeda memberi tatapan tajam kepada Axel.
"I-iya Mae" nyali Axel seketika menciut. Deva maupun Tony hanya bisa tertawa melihat tingkah dua sejoli itu.
Tony sudah tau akan hubungan keduanya. Axel yang menjelaskan semuanya, awalnya Maeda berpikir bahwa Tony akan menjauhi keduanya, tapi ternyata Tony termasuk orang yang santai, selagi mereka berdua tidak mengusik kehidupan Tony, Tony tidak masalah.
"Kita ikut duduk disini ya?" tanya Maeda.
"Oh iya sini" tawar Axel kepada Maeda, saat Maeda hendak duduk, tiba-tiba saja Tony menyerobot duduk disebelah Axel.
"Ih apaan sih lu Ton! Daritadi ye bikin gue kesel aja" ujar Axel sembari menggeser-geser tubuh Tony. Tapi Tony enggan bergerak sedikit pun
"Yaudah, aku duduk sebelah kak Deva aja" ujar Maeda dengan tenang. Deva menyadari sesuatu yang aneh. Tak biasanya Maeda menggunakan kata 'aku-kamu'.
Axel memasang wajah cemberut melihat pujaan hatinya duduk disebelah orang lain, terlebih lagi orang tersebut sempat dibenci Axel.
"Kamu udah makan belum Mae?" tanya Axel kepada Maeda. Kecurigaan Deva pun menjadi-jadi.
"Belum sih, aku nyari dulu deh" Maeda pun beranjak dari tempat duduknya dan pergi mencari makanan seorang diri.
"Ekhem, Xel..." panggil Deva kepada Axel.
"Ya?" Axel menyahut.
"Gue mau nanya, tapi...." ia pun melirik kearah Tony yang sibuk memakan batagor di tangannya. Yang dilirik pun langsung tersadar.
"Apa? Mau nanya Axel sama Maeda jadian? Iya mereka udah jadian" Tony kembali melahap batagornya. Deva memasang ekspresi cengo. Axel terlihat santai.
"Iya kak, gue sama Maeda jadian" jawab Axel dengan santai. Tadinya Deva hendak bertanya lebih lanjut, tapi ia lebih memilih bertanya kepada Maeda secara empat mata.
"Selamat ya..." Deva memberi senyuman kecut. Axel yang melihatnya langsung bertanya.
"Kenapa kak?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Alasanku, Maybe? (Tamat)
Ficção AdolescenteWARNING: CERITA BxB/HOMO/SEMACAMNYA!!!! 🔞🔞🔞 HOMOPHOBIC DILARANG KERAS UNTUK MEMBACANYA!!! ❌❌❌ . . "Sekarang gue tanya, hubungan kita ini apa?" tanya pria yang lebih tinggi. . "Entah... temen? Maybe?" jawab si pria yang lebih pendek dari si jangku...