{Tujuh Belas}✓

180 18 0
                                    

***

Gue gak kenapa-napa.

Ngapain juga begituan, gak guna.

Bisa biarin gue sendiri? Kepala gue sedikit pusing.

Kata-kata itu masih saja terngiang di kepala Maeda, dan bila di ingat kembali benar-benar menyakitkan.

Kini Maeda sedang berada di kantin. Ia tidak membawa bekal lagi karena sedari pagi tadi Nenek Maeda tak kunjung bangun, mungkin kelelahan, pikir Maeda.

Dan saat Maeda melamun, ia dikejutkan dengan kedatangan Ray ke meja nya.

"Eh? Ray?" Maeda menyambut kedatangan Ray.

"Hai, Mae. Gue boleh duduk disini gak?" tanya Ray.

"Oh, boleh kok" Maeda mempersilahkan Ray untuk duduk dihadapannya.

"Apa kabar, Mae?" tanya Ray mulai basa-basi.

"Gue sehat kok. Lu gimana?" tanya Maeda balik.

"Iya gue juga sehat kok. Oh iya, tumben lu gak barengan sama Axel?"
Maeda tau sebenarnya arah pembicaraan ini akan kemana.

"Dikelas nya. Lagi sibuk ngerjain Geografi" ujar Maeda yang jelas-jelas berbohong kepada Ray.

"Lu sendiri? Kenapa gak barengan sama kak Deva?" tanya Maeda balik.

"Ah, sok sibuk. Pacarnya dibiarin gitu aja" jawab Ray dengan ketus. Maeda hanya mengangguk sebagai tanda ia mengerti.

"Btw, lu tau gak kenapa si Axel masih jomblo sampe sekarang?" tanya Ray seakan-akan memancing sesuatu.

"Gue gatau juga sih. Mungkin dia emang lagi gak mau nyari pacar" jawab Maeda seadanya.

"Oh iya? Gue gak yakin sih, orang seganteng dia gak mau nyari pacar. Padahal kalian deket banget" ujar Ray dengan nada disengaja.

"Maksud lu?" Maeda mulai merasa tidak nyaman dengan obrolannya bersama Ray.

"Lu tau gak sih, banyak yang nyangka lu sama Axel tuh pacaran, lho. Soalnya kalian kemana-mana selalu berdua gitu, kek suami istri" kata Ray. Maeda yang mendengarnya hanya bisa terkekeh.

"Kenapa lu ketawa? Ada yang lucu?" tanya Ray.

"Hahahaha, aduh. Kalau gue sama Axel beneran pacaran kenapa? Rugi hidup kalian? Apa setelah denger berita ini kalian bakal mendadak mati? Nggak kan? Hahahahaha" Maeda tetap tak bisa menahan gelak tawanya.

Ray terlanjur kesal dengan sikap Maeda, seolah-olah dirinya direndahkan.

"Ya tapi kan, yang kayak gitu bisa ngerusak bangsa" elak Ray yang tidak ingin direndahkan. Maeda yang mendengarnya semakin menjadi-jadi tawanya.

"Emang lu udah berjasa apa sih sama negara ini sampe-sampe nge judge seseorang dari segi orientasi seksualnya? Ahahahahaha" Maeda benar-benar tidak bisa menahan gelak tawanya.

Ray tiba-tiba berdiri dari duduknya, dan menarik kerah baju Maeda. Membuat Maeda terangkat dari tempat duduknya juga.

"Lu-----"

"Ray!" panggil seseorang yang melihat aksi Ray dan Maeda. Ternyata yang memanggilnya Deva.

"Kamu, lagi apa sama Maeda?" tanya Deva yang tidak tau akan kejadian sebenernya.

"Oh, ini, kita lagi belajar akting. Kebetulan Ray minta diajarin akting ke gue" jawab Maeda sambil menghempaskan kedua tangan Ray dari kerahnya.

"Oh, kamu dapet kerjaan lagi, yang?" tanya Deva kepada Ray.

Alasanku, Maybe? (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang