***
.
Maeda sudah sampai disekolah terlebih dahulu sebelum Axel. Sepeda kesayangannya ia parkirkan di parkiran khusus sepeda dekat kantin. Setelah ia menyimpannya, ia pun segera bergegas menuju kelasnya. Pikiran dan hatinya sekarang benar-benar kacau.Tidak sampai 5 menit, ia pun sampai dikelasnya. Masuklah ia kedalamnya dan bergegas menuju meja Tony. Tony yang sedang asyik memainkan ponselnya, terkejut dengan sosok Maeda yang berdiri di depannya.
"Wuh! Bikin kaget gue aja lu, ah!" ujar Tony sambil mengusap-usap dada nya. Pagi-pagi jantungnya sudah dibuat senam irama.
"Rachel belum dateng kan?" tanya Maeda tanpa mau basa-basi. Rachel yang dimaksud adalah teman sebangku Tony.
"Belum. Napa emang?" tanya Tony balik.
"Lu pindah dulu gih, duduk berdua sama si Axel. Gue yang duduk dulu sama Rachel" titah Maeda.
"Tumbenan lu, biasanya nempel mulu kek perangko sama surat, canda~" canda Tony.
"Gue gampar ye, jangan banyak kepo lu. Udah buruan pindah" titah Maeda.
"Iye, iye, nih gue pindah. Bawel amat" Tony pun membereskan barang-barang nya dan segera menuju ke meja Maeda.
"Makasih" ujar Maeda.
"Yo, sama-sama" Tony pun kembali sibuk dengan ponselnya.
.
.
.
10 menit kemudian.Axel akhirnya sampai disekolah. Ia sedikit terlambat karena ia mampir sebentar ke sebuah warung untuk membeli segelas kopi. Ia pun langsung memarkirkan motornya di parkiran motor dan bergegas menuju ruang kelasnya.
Saat ia sedang berjalan menuju ruang kelasnya, tak sengaja ia bertemu Deva di koridor.
"Oi Xel!" panggil Deva. Yang dipanggil pun menoleh.
"Hm?" tanya Axel.
"Gimana? Udah baikan sama Maeda?" tanya Deva basa-basi.
"Kagak bro. Masih marah keknya" ujar Axel.
"Hm gitu ya. Yaudah deh, semoga kalian cepet baikan" pesan Deva sebelum meninggalkan Axel. Axel kembali bergegas.
.
Dan akhirnya, sampailah Axel di ruang kelas. Tapi ia dikejutkan dengan Tony yang duduk di bangku Maeda, dan Maeda yang duduk di bangku Tony.Axel mendekati bangku nya, dan langsung segera mengambil posisi duduk.
"Ton, kok lu yang duduk disini?" tanya Axel terheran-heran.
"Oh, ntu si Maeda sendiri yang minta. Ya gue mah mau-mau aja" ujar Tony seraya fokus dengan ponselnya.
Axel mengalihkan pandangannya ke Maeda, dilihatnya sosok malaikat kecil bagi dirinya. Namun sayang, ia masih tak berani untuk sekedar menyapa.
Dan bel masuk pun berbunyi, suasana kelas yang tadinya ricuh bagaikan pasar malam, kini hening seketika. Dan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia memasuki kelas mereka.
"Sikap! Berdoa dalam hati mulai!" perintah ketua kelas mereka sebelum memulai pelajaran.
.
.
.
.
Jam istirahat.Maeda sedang berada di kantin. Ia memilih makan di kantin daripada makan di kelas, padahal ia membawa bekal dari rumah, seperti biasa. Ini dilakukan agar dia tidak berpapasan lama-lama dengan Axel.
Saat sedang kebingungan memilih makanan yang ada di kantin, Maeda dikejutkan dengan sebuah tepukan pelan di pundak nya.
"EH BUJUK BUSTRAK!" latah Maeda mengundang perhatian orang-orang di sekitarnya. Deva yang ada di belakangnya hanya bisa terkekeh pelan. Dan kini, wajah Maeda bersemu merah.
![](https://img.wattpad.com/cover/221589002-288-k81145.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Alasanku, Maybe? (Tamat)
Roman pour AdolescentsWARNING: CERITA BxB/HOMO/SEMACAMNYA!!!! 🔞🔞🔞 HOMOPHOBIC DILARANG KERAS UNTUK MEMBACANYA!!! ❌❌❌ . . "Sekarang gue tanya, hubungan kita ini apa?" tanya pria yang lebih tinggi. . "Entah... temen? Maybe?" jawab si pria yang lebih pendek dari si jangku...