***
Di sebuah puncak yang tak jauh dari keramaian kota.
"Gimana? Bagus kan?" Ujar seorang bocah yang baru saja mengukir namanya dan nama sahabatnya disebuah pohon yang sangat besar.
"Bagus banget, Eda suka!" Ujar sahabatnya girang, yang dipuji pun tersipu malu.
"Mulai sekalang, kita halus seling main-main ke pohon ini. Soalnya pohon ini udah jadi milik kita" ujar si bocah yang tadi mengukir namanya dan nama sahabatnya.
"Iyah..."
.
.
.
.
.
.
"Maeda? Mae" suara lembut orang itu membangunkan Maeda yang tadi tertidur pulas. Maeda tertidur di teras rumah Deva."Ngh..... Eh kak, maafin gue malah ketiduran. Gimana? tulisannya udah jadi?" Maeda pun segera mencari buku khusus milik Deva untuk melihat hasilnya. Tapi Deva menggeleng dan malah menahan lengan Maeda.
"Bukunya udah gue simpen dikamar gue. Dan gue minta maaf banget bikin lu ketiduran disini" ujar Deva dengan nada menyesal.
"Ah, gapapa kak. Justru harusnya gue yang minta maaf karena malah ketiduran disini. Kalau gitu, sekarang gue udah bisa pulang" Maeda pun akhirnya bangun dan membereskan barang-barang nya untuk bersiap pulang. Tapi Deva menahannya.
"Lu nginep aja disini. Lagian ini udah jam setengah satu malem lho" tawar Deva.
"Eh gapapa kak, gue pulang aja sekarang, lagian ada sepe-----"
"Sepeda lu kan ketinggalan disekolah" potong Deva dan sekarang Maeda baru ingat. Maeda semakin bimbang, haruskah ia ikut menginap dirumah Deva, atau ia harus paksakan pulang selarut ini.
"Udah gapapa, gak usah kek orang bingung gitu dah. Lagian juga jam segini biasanya rawan begal" ujar Deva yang akhirnya mau tak mau Maeda harus menginap dirumah Deva.
Ia pun membawa tasnya kedalam rumah Deva dan segera menuju ke kamar Deva. Sesampainya di kamar Deva, Maeda pun diperintahkan untuk menyimpan tasnya di dekat meja belajar Deva.
"Lu bawa baju ganti? Gak mungkin lu tidur pake baju seragam, karena besok masih dipake kan" Tanya Deva. Maeda hanya menggeleng sebagai jawaban.
"Oke bentar," Deva pun segera mencari baju di lemarinya yang kira-kira ukurannya pas untuk Maeda. Secara postur tubuh mereka jauh berbeda.
Setelah hampir 3 menit mencari, akhirnya Deva pun menemukan baju yang sekiranya pas untuk Maeda.
"Nah kayaknya ini pas deh buat lu, pake ya" Deva pun memberikan baju tersebut.
"Aduh kak, maaf jadi ngerepotin gini. Maaf banget kak, sekali lagi maaf banget" Maeda pun membungkukkan badannya tanda ia meminta maaf.
"Hei udahlah gapapa, lagian juga gue yang harusnya minta maaf karena malah ngerepotin lu" ujar Deva.
Jujur, disaat-saat seperti Maeda ingin menangis karena tak pernah ada yang memperlakukan ia sebaik ini. Dan malam itu pun Maeda dan Deva tertidur disatu ranjang.
***
Pagi harinya, disekolah.
"Hm, tumben si Mae belum datang jam segini" monolog Axel yang tengah menunggu kedatangan Maeda di kantin. Tak lama setelahnya, motor gunung yang kemarin dilihat Axel kini muncul lagi, dan masih menampilkan sosok yang sama yang kemarin ia lihat terakhir kali.
"Lho? Kok si Mae bisa barengan lagi sama si kakel itu sih?" Axel kembali bermonolog. Kini yang ia lihat Maeda tengah bercanda gurau dengan Deva. Pemandangan yang seperti ini sukses membuat Axel merasa marah dan panas.
'masa sih, gue cemburu liat mereka? Tapi kan.....' batin Axel.
Deva dan Maeda pun akhirnya berpisah, Maeda pun menuju kantin yang menjual minuman. Axel pun tanpa ragu menghampiri Maeda.
"Mae...." Panggil Axel. Maeda pun menoleh.
"Hm?" Tanya Maeda.
"Kok lu bisa berangkat bareng sama kakel itu?" Tanya Axel penuh penasaran.
"Ceritanya panjang, dan gue males jelasin" Maeda pun menolak untuk menjelaskannya, yang membuat Axel ingin kembali bertanya. Tapi niatnya ia urungkan.
"Sore ini bisa kan ke rumah gue? Buat ngerjain tugas Jepang?" Maeda pun baru ingat, hari ini hari dimana ia mengerjakan tugas bersama Axel, sedangkan ia sudah janji dengan Deva.
"Bisa" jawab Maeda seadanya. Kini Axel hanya tersenyum simpul. Dan mengacak rambut Maeda.
"Good. Yuk ke kelas" akhirnya mereka pun menuju kelas berdua menuju kelas mereka.
***
Jam pulang sekolah.
(Maafin author yang selalu skip waktu seenaknya ya).Kini di dekat lapangan Maeda tengah sibuk menelepon seseorang.
"Maaf kak....hari ini gak bisa dulu.... Ya....ah iya iya.......makasih kak.......ah gapapa, oke kak" akhirnya Maeda pun menutup teleponnya.
"Telepon siapa itu?" Suara itu sukses membuat Maeda terperanjat kaget.
Axel kini sudah ada dibelakangnya, dan tentu saja ia menguping pembicaraan nya."Oh, kakel yang tadi pagi bareng sama gue" jelas Maeda.
"Yaudah, yok kerumah gue" ajak Axel.
"Gue ambil sepeda dulu di parkiran"
"Sepeda lu kan udah gue simpen di rumah lu" terang Axel. Sesaat Maeda terpaku.
"Oh, makasih ya" ucap Maeda.
Akhirnya Axel menuju parkiran dan mengambil motornya diikuti oleh Maeda dari belakang. Akhirnya mesin motor di nyalakan dan mereka berdua pun meninggalkan area sekolah.
.
.
.
Selama perjalanan mereka tidak berbincang satu sama lain. Mereka terlarut dengan pikiran masing-masing.Kini Maeda tengah melamun, Axel yang melihatnya dari kaca spion berniat menjaili nya. Ia pun menancapkan gasnya untuk meningkatkan kecepatan, yang sukses membuat Maeda terperanjat dan memeluk erat tubuh Axel.
"HEH LU GILA! LU PENGEN GUE MATI SEKARANG!? TURUNIN KECEPATANNYA GAK!?" teriak Maeda yang sukses mengembangkan senyum di wajah Axel, ternyata rencana nya berhasil.
"APA!? NAMBAH KECEPATAN!? BOLEH" tanya Axel yang harus berteriak karena suara mereka terpendam oleh suara motor yang berisik. Axel pun menambah kecepatannya dan membuat Maeda harus benar-benar memeluk tubuh besar milik Axel. Maeda pun memukul punggung Axel, tapi Axel hiraukan.
"AXEL!!! MATI LU BANGSAT!!!" Teriak Maeda, Axel hanya mengembangkan senyumnya, ia pun merasakan sesuatu yang hangat di hatinya. Momen ini mungkin tak akan pernah terlupakan ketika mereka nanti lulus.
-TBC-
#Isuu
Halo gais, apakabar? Dimanapun kalian berada dan sedang ngapain.
.
Maaf kalau di chapter kali ini lebih sedikit karena ya faktor kemalasan saya meningkat, ehe.
.
Oh iya, sebenarnya aku kebingungan untuk nyari visual diantara Maeda dan Axel, tapi kalau untuk Deva aku udah dapet nah, kalau kalian ada saran visual boleh DM aku di Wattpad ini. Tapi PLEASE, aku tidak menerima visual artis Thailand (apalagi Korea) only Indonesia ya.
.
Oke kalian kalau suka cerita ini, boleh dong tinggalin vote nya sebagai tanda kalian support cerita ini, dan kalau ada kesalahan entah itu dari segi kalimat atau bagian, boleh ingetin author lewat kolom komentar.
.
.
sekian dan terimakasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alasanku, Maybe? (Tamat)
Genç KurguWARNING: CERITA BxB/HOMO/SEMACAMNYA!!!! 🔞🔞🔞 HOMOPHOBIC DILARANG KERAS UNTUK MEMBACANYA!!! ❌❌❌ . . "Sekarang gue tanya, hubungan kita ini apa?" tanya pria yang lebih tinggi. . "Entah... temen? Maybe?" jawab si pria yang lebih pendek dari si jangku...