CHAPTER 6

109 19 1
                                    

___________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

___________

Pagi ini Minjee datang ke sekolah seperti hari-hari biasanya, tidak ada teman yang menyapa dan tentu saja akan selalu ada yang mencemoohkan dirinya.

"Yak, Choi Minjee! Masih bertahan saja kau di sekolah ini, hebat sekali dirimu!" Teriak salah seorang siswi yang baru saja memasuki kelas Minjee.

Suara tepuk tangan mengiringi masuknya siswi itu dan di ikuti oleh ketiga teman lainnya yang berjalan di belakang siswi tersebut.

"Seberapa kuat mental mu mampu bertahan lebih lama lagi di sekolah ini, hah?" Wajah mendekati ke meja Minjee yang baru saja menyimpan tasnya di samping meja.

Minjee yang agak kaget sedikit memundurkan tubuhnya dan sedetik kemudian wajah siswi berambut merah itu berbalik.

"Ahh... Aku melupakan sesuatu—" ucapannya tertahan.

"Apa itu?" tanya ketiga temannya dengan kompak.

"Dia diajarkan untuk bermuka tebal di hadapan semua orang oleh kakaknya. Tentu saja hal itu di praktikkan dengan baik oleh adik kesayangannya ini."

Siswi rambut merah yang sedang menjadi pusat perhatian seluruh siswa di kelas Minjee itu mengusap dagu Minjee dengan tatapan menggoda namun mengolok dengan terselubung kebencian yang teramat.

"Menjauhlah jalang!"

PLAK.

Bunyi tepisan pukulan Minjee pada tangan siswi berambut merah yang berhasil mengusap dagu putihnya itu.

"Hei, kau!" Salah satu ketiga teman siswi itu mendorong bahu Minjee hingga tubuh belakang Minjee mengenai meja siswa lain.

"Sekali lagi kau sentuh bahu ku akan ku jatuhkan saham ayahmu! Camkan itu!" Suara penegasan dari mulut Minjee itu nampak tidak main-main.

Teman si berambut merah itu kembali mundur dan agak sedikit ketakutan dengan ucapan Minjee. Sementara Minjee segera membersihkan sidik jari yang menempel pada seragam bagian bahunya dan merapihkan rambutnya yang agak sedikit berantakan. Perlu di ketahui saja bahwa ketiga teman siswi berambut merah itu memang kasta di sekolah Minjee tidak berada tingkat 1 maka Minjee berani mengancam siswa itu dengan ucapan seperti tadi.

"Kau Choi Minjee, sialan! Berani sekali dirimu memanggil ku jalang! Tidakkah kau harusnya malu masih bersekolah disini?"

"Aku malu? Untuk apa aku malu? Aku tidak melakukan suatu pelanggaran apapun di sekolah ini."

"KAKAKMU SEORANG PECANDU NARKOBA!!! Jejak zat-zat narkotika mengalir dalam tubuhmu, Minjee-ah!"

Semua siswa di kelas Minjee seolah menikmati perdebatan pagi hari ini. Tidak ada satupun yang berniat melaporkan kegaduhan tersebut pada wali kelas ataupun guru kedisiplinan. Sungguh, suasana kelas sangat mendukung perdebatan panas ini. Mereka semua seperti sedang menonton perlombaan debat antar siswa.

RICH GUY | JAY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang