Chapter 9

2.5K 316 121
                                    

Chanyeol memasuki ruangan Jimin dengan lesu membuat Joy yang duduk di sofa merasa heran. Sementara Jimin sudah tidur kembali, mungkin karena pengaruh obat.


"Oppa, waeyo?" tanya Joy pelan.

"Oh, hah? Aniyo," Joy menautkan kedua alisnya karena heran. Chanyeol mendekati Jimin yang terlelap. Nampak sekali anak itu tak nyaman karena masker oksigen yang menutupi area wajahnya.



Chanyeol mengelus surai hitam Jimin dengan lembut agar adiknya lebih nyaman. Entah kenapa hatinya tergerak untuk Jimin.
Egonya kini runtuh secara perlahan setelah melihat wajah polos adiknya.

"Eungh andwehh," lirihan Jimin membuat fokus Chanyeol buyar.

"Ib-ibu hhhhh," lagi-lagi Chanyeol mendapati Jimin yang seperti ini. Dirinya bingung juga cemas ketika adiknya mulai meracau.

"Ssstt, Jiminie. Tenang lah, hyung di sini," bisik Chanyeol sambil mengelus rambut dan pipi Jimin lembut.

"Andehhh," racau Jimin tanpa membuka matanya.

"Jiminie," panggil Chanyeol khawatir. Tangan kanannya sibuk memencet tombol merah. Sedangkan Joy hanya duduk terdiam di sofa.

Tak berselang lama dokter dan dua orang suster masuk ke ruangan Jimin bersamaan dengan Hyungsik yang terlihat khawatir dan cemas.

"Mohon untuk tunggu di luar," Chanyeol yang masih diam segera ditarik keluar oleh Hyungsik, begitu pula dengan Joy.

.


.



.





"Ayah, kau hutang banyak penjelasan padaku!" desis Chanyeol tanpa menatap Hyungsik yang terlihat kebingungan.

"Penjelasan apa, Yeol-ah?" tanya Hyungsik.

"Jimin," jawabnya singkat.

Beberapa saat kemudian dokter keluar membuat mereka semua langsung mendekat.

"Bagaimana, Dok?"

"Dia hanya mimpi buruk. Selain itu tak ada masalah yang cukup serius," ujar Haeso.

"Benarkah? Aku rasa adikku bukan hanya mimpi buruk biasa," celetuk Chanyeol dengan ekspresi kurang bersahabat.

"Ya, kami sudah memeriksanya dan kami tak menemukan hal yang janggal," sahutnya.

"Biarkan aku masuk," Chanyeol langsung menerobos ke ruangan Jimin diikuti oleh Joy.


"Oppa, kau ini kenapa?" tanya Joy sambil mencekal tangan Chanyeol.

"Maksudmu?" bingung Chanyeol.

"Setelah menerima telepon dari seseorang di luar, kau terlihat aneh. Bahkan kau terlihat begitu khawatir dan peduli pada anak itu. Kau ini kenapa?!" ujar Joy dengan ekspresi tak sukanya.

"M-mwoya?" Chanyeol menjawab dengan gugup karena sekarang Joy menatapnya penuh selidik.

"Aku tak mungkin khawatir bahkan peduli pada anak itu! Kau tahu sendiri setiap aku ada di dekatnya, emosiku tak bisa dikontrol dan selalu sial," bantahnya.


"Kau benar, hyung. Aku ini memang pembawa sial. Aku sudah menyebabkan ibu meninggal dan membuat hidup kalian susah karena penyakitku ini," batin Jimin miris. Ia mendengar semua itu. Rasanya sakit sekali saat kakaknya sendiri berucap seperti itu.
Tetes demi tetes air mata pun keluar tanpa permisi. Sebisa mungkin Jimin menahan isakannya meski terasa sesak.

Park Family ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang