Chapter 5

3K 356 90
                                    

Jimin membuka matanya secara perlahan dan mengernyit kala manik sabitnya berhadapan langsung dengan sinar lampu yang begitu menyilaukan. Setelah dirasa matanya bisa menyesuaikan cahaya, ia merotasikan bola matanya untuk mencari seseorang.

"Ay-ayah," Hyungsik terkesiap dengan panggilan lirih dari Jimin. Ia tersenyum hangat, sedangkan tangannya terangkat untuk mengusak surai hitam pekat milik anaknya.

"Syukurlah kau sudah sadar. Bagaimana, apa sekarang sudah lebih baik?" Jimin mengangguk lemah sebagai jawaban.

"Lepas," pinta Jimin karena merasa terganggu dengan masker oksigennya.

"Apa sudah tidak sesak? Pakai dulu ya?" tanya Hyungsik memastikan.

"Tak nyaman," Hyungsik mengangguk dan segera memencet tombol merah di atas brangkar Jimin.


Setelah masker oksigen terganti dengan nassal canula, kini Hyungsik bisa melihat wajah anaknya yang pucat dan  bibirnya yang kering. Ia tersenyum sendu melihatnya.

"Kenapa kambuh hm? Apa ayah terlalu keras padamu tadi? Maaf ya?" tanya Hyungsik lembut.

"Ani, hanya serangan kecil karena menangis," jawab Jimin lemas.

"Aigo, ayah jadi merasa bersalah karena membuatmu menangis. Padahal ayah hanya ingin kau istirahat," sesal Hyungsik.

"Ini bukan salah ayah. Aku saja yang keras kepala. Maaf karena selalu membuat ayah repot," ucap Jimin lirih sambil menundukkan pandangannya.

"Eiy, kau tak pernah merepotkan ayah, Jimin."

"Tap-

"Sudah jangan bahas itu lagi. Sekarang ayah ingin bercerita," potong Hyungsik sambil memperbaiki posisi duduknya.

"Tahu tidak?" Jimin menggeleng polos membuat Hyungsik tersenyum tipis,"Hyung dan nuna mu ada di luar. Mereka terlihat khawatir melihatmu seperti ini," Jimin sedikit terkejut mendengarnya. Mungkin karena selama ini mereka tak pernah mau berurusan dengan Jimin.

"Be-benarkah?" Hyungsik mengangguk mantap sambil tersenyum.

"Mau ayah panggilkan? Sepertinya ini momen yang pas," Hyungsik berdiri dan Jimin mencekal tangan sang ayah karena ragu.

"Tak perlu, ayah. Lebih baik suruh saja mereka pulang. Lagi pula ak-aku mengantuk," cegah Jimin.

"Kau menghindari mereka?" tanya Hyungsik sambil duduk kembali.

"Aniyo, badanku masih lemas. Lebih baik aku tidur sekarang dari pada nanti mereka datang tapi aku malah mengacuhkannya," jelas Jimin tak sepenuhnya bohong. Hyungsik hanya bisa menghembuskan nafasnya pelan dan mengangguk setuju.

"Ya sudah, kau istirahatlah. Ayah akan keluar sebentar," Jimin mengangguk pelan kemudian memejamkan matanya.









Hyungsik menatap Chanyeol dan Joy yang sedang duduk sambil bersandar di tembok. Tersenyum tipis lalu menghampiri mereka.

"Tak jadi pulang?" Joy yang sedang bersandar di bahu Chanyeol pun mendongak, begitu pula dengan Chanyeol yang terpejam, ia membuka matanya sehingga bisa bertatapan langsung dengan manik ayahnya.

"Kami pikir ayah tak mengizinkan kami pergi karena tak menjawab perkataanku tadi. Jadi, kami terpaksa menunggu di sini," ujar Joy malas.

"Ayah hanya terlalu khawatir sampai-sampai mengacuhkan kalian tadi," sahut Hyungsik merasa bersalah.

"Apa... Dia baik-baik saja, yah?" tanya Chanyeol ragu.

Hyungsik tersenyum tipis mendengarnya, "Adikmu baik-baik saja, kalian bisa menjenguknya jika mau. Pasti Jimin akan sangat senang," jawab Hyungsik.

"Ku rasa tak perlu. Lagi pula dia akan pulang ke rumah, kan?" balas Joy sambil berdiri.

"Pasti! Ya sudah kalau kalian tak mau menjenguknya, ayah akan kembali masuk. Kalian jaga diri baik-baik di rumah.










Hyungsik kembali masuk ke ruang rawat Jimin dengan senyum lelahnya. Ia merasa bodoh karena belum bisa memberitahu yang sebenarnya pada mereka. Seharusnya ia bisa berkata jujur agar tak ada lagi kesalahpahaman di antara keluarganya.

Hyungsik duduk di samping brankar dan memandang Jimin sendu.

"Bukankah ayah terlalu pengecut, Jim?"

"Kenapa rasanya sangat sulit untuk memberitahu semuanya pada kedua kakakmu?" lanjut Hyungsik sambil memandangi pejam damai anak bungsunya.

"Ayah takut kalau ibumu marah karena ayah tak bisa menjagamu dengan baik," Hyungsik menenggelamkan wajahnya di antara lipatan tangannya.

"Ibu orang yang baik, ayah. Mana mungkin dia marah hanya karena Jimin sakit. Harusnya ibu marah karena ayah sering berkencan dengan kertas laporan tanpa tahu waktu!" celetuk Jimin membuat Hyungsik mendongak.

"Kau berbohong pada ayah? Katanya ingin tidur," ujar Hyungsik sambil mengelus pucuk kepala Jimin lembut.

"Tadinya begitu. Tapi ngantuknya mendadak hilang karena suara ayah," sahut Jimin jujur.

"Maaf karena suara ayah mengganggumu," sesal Hyungsik.

"Tidak apa, ayah.  Jangan merasa begitu karena aku tak suka melihat wajah sedih ayah," sahut Jimin lembut.

"Iya, ayah minta maaf," Jimin mengangguk kecil sebagai balasannya.

"Apa besok aku boleh pulang? Rasanya sangat membosankan karena tak ada hyung dan nuna," ujar Jimin dengan sajah sedih.

Hyungsik mengulum bibirnya sambil menatap Jimin ragu, "Menginap satu hari lagi ya? Kau masih butuh istirahat," balas Hyungsik sambil mengelus kepala Jimin sayang.

"Apa semakin parah, ayah?" tanya Jimin dengan nada bergetar.

"Aniya, ayah hanya ingin kau benar-benar sembuh saja. Tak apa kan kita tak pulang besok?" Jimin akhirnya mengangguk pasrah meski ia ingin sekali menolak. Rumah sakit sungguh membuatnya muak.

"Sekarang kau tidur lagi ya?"

"Temani," Hyungsik mengangguk dengan senyum manisnya.












"Oppa, ayah menyuruh kita menjenguk anak itu besok. Apa kau mau?" ujar Joy sambil menscroll ponselnya.

"Harus kah?" tanya Chanyeol malas.

"Kenapa tidak bibi saja yang datang untuk menjemput anaknya? Bukan kah dia sudah keluar dari penjara?" lanjutnya.

"Ayah melarang keras Jimin untuk bertemu dengan bibi," sahut Joy sambil meletakkan ponselnya.

"Kenapa? Aneh sekali," heran Chanyeol.

"Entah."

"Ah, oppa. Aku lapar," rengek Joy.

"Lalu?"

"Aish! Aku ingin makan nasi goreng kimchi buatanmu, ayo buat!" sahut Joy kesal.

"Bukan kah ini terbalik? Seharusnya kau yang memasak bukan aku," ucap Chanyeol sambil mendengus.

"Kau tau sendiri kan aku tak bisa masak?!"

"Pantas saja tak ada laki-laki yang mau mendekatimu selain oppa dan Jimin," cibir Chanyeol sambil bangkit dari sofa.

"Yak!!" seru Joy.

"Ngomong-ngomong, rumah ini sepi juga kalau anak itu tak ada," ujar Chanyeol tanpa sadar.

"Bukan kah itu bagus?" jawab Joy.

"Hah?"

"Sudahlah! Kenapa oppa jadi membahas anak itu sih?!" kesal Joy.

"Maaf, hanya rasanya aneh saja," gumam Chanyeol.

















I'm back😂
Gimana sama konsernya kemarin? Aku ikut mewek pas Jimin nangis?

Jangan lupa vomment ya😉

Annyeong💜💜💜💜💜💜💜

Park Family ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang