Chapter 12

2.1K 293 74
                                    

Mungkin ini saatnya bagi Chanyeol untuk menurunkan egonya. Jelas alasannya karena sekarang Jimin sudah membuat hatinya luluh. Ia juga tak mau hidup dengan segala kesalahpahaman yang ia taruh pada ayah dan juga adiknya. Chanyeol ingin memperbaiki semua perilaku buruknya pada Jimin. Maka dari itu, malam ini ia sengaja mengajak Hyungsik untuk minum teh bersama di halaman belakang rumah nya.

"Ceritakan semua rahasia tentang Jimin yang selama ini Ayah tutupi dari kami. Sekarang aku merasa menjadi hyung yang paling bodoh dan merasa bersalah karena selalu menyalahkan Jimin atas kematian Ibu," Chanyeol menatap Hyungsik yang masih bergeming di tempat duduknya dengan mug yang ada digenggaman nya.

"Dari mana Ayah harus memulai, Yeol-ah? Ayah selalu ingin menceritakan semuanya padamu. Tapi, entah kenapa rasanya sangat sulit dan juga menyakitkan. Ayah bingung, Yeol-ah," ucap Hyungsik putus asa.

"J-jimin," jeda Chanyeol.

"Siapa ibu kandung Jimin, Ayah?" tanya Chanyeol memberanikan diri. Pertanyaan itu selalu saja membuatnya frustasi.

"Park Boyoung, ibu kandung Jimin sama dengan ibu kandungmu dan Joy. Apa kau masih meragukan itu?" jawab Hyungsik sambil menatap lurus ke depan dengan sendu.

"Bu-bukan kah?" Chanyeol menatap ayahnya bingung.

"Maaf karena dulu, Ayah hanya diam ketika kau dan Joy terus menyudutkan Jimin-"

"Ayah membuat aku dan Joy terjebak dalam peran antagonis di keluarga kita sendiri," desis Chanyeol sebelum Hyungsik melanjutkan kalimatnya.

"Mian," lirih Hyungsik.




Flashback


"Nuna, aku mohon. Tolong bantu kami," ucap Hyungsik sambil menyatukan kedua telapak tangannya.

"Ck! Mintalah pada orang lain. Aku tak sudi membantumu!" tolak Kim Hyuri, kakak ipar Hyungsik.

"Adikmu sedang kritis, nuna. Apa kau benar-benar tak punya hati nurani? Aku tak tahu
harus meminta bantuan pada siapa karena ini sangat mendesak," kini Hyungsik sudah jatuh terduduk sambil menangis. Istrinya sedang kritis karena terjatuh di kamar mandi dan ia membutuhkan uang yang lumayan banyak untuk operasi saecar. Perusahaan nya sedang dia bang kebangkrutan membuat Hyungsik tak punya pilihan lain.

"Berikan anak mu yang akan segera lahir itu pada kami. Maka kami akan membantumu mengurus semua biaya nya," tiba-tiba saja suami dari Kim Hyuri keluar dan berucap demikian.

"Ap-apa?" lirih Hyungsik.

"Kau tahu kan kami tak memiliki keturunan setelah Hyuri keguguran empat tahun yang lalu? Maka sebagai gantinya, kau harus menyerahkan anak itu pada kami. Lagipula kau sudah memiliki dua anak," jelasnya menyeringai.

"Aku bisa mengganti uang itu, hyung. Aku tak mungkin menukarkan anakku hanya demi uang," ucap Hyungsik frustasi.

"Ingat, Hyungsik-ah. Perusahaan mu sedang di ujung tanduk dan hanya kami satu-satunya keluarga yang bisa membantumu. Pikirkan itu baik-baik atau kau akan kehilangan semuanya," Hyungsik termenung setelahnya. Apa ia harus merelakan anaknya yang selama ini kehadirannya selalu dinanti-nanti oleh sang istri? Tapi, jika ia tetap keras kepala, istri dan juga anaknya akan terancam keselamatan nya.


Drrtt...drrttt...

'Maaf, Tuan Park. Kami harus segera mengeluarkan bayinya agar bisa menangani istri Anda lebih lanjut.' Hyungsik memejamkan matanya sambil menikmati rasa sakit di hatinya.

"Lakukan, uisa. Lakukan yang terbaik untuk istri dan juga anak saya," ucapnya tegas.

'Baik. Kami akan segera menangani istri Anda,' ucap si suster sebelum memutuskan sambungan telepon nya.

Park Family ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang