Chapter 1

7.5K 433 125
                                    

Semua terasa begitu sulit bagi Hyungsik. Mengurus ketiga anaknya yang mulai beranjak dewasa di tengah kesibukannya setelah kepergian sang istri. Ada kalanya ia benar-benar di titik terendahnya dan butuh sandaran tapi tak ada si penguat selain anak-anaknya. Kepergian sang istri membuat keluarganya yang harmonis sedikit mengalami konflik yang begitu klasik menurutnya.

"Yolie hyung," panggilan seseorang membuat Hyungsik yang sedang melamun di ruang tengah seketika menoleh.

"Kau bisa melakukannya sendiri kan? Tak usah manja, Jimin. Kau sudah besar!"

Hyungsik hanya bisa menghela nafas pelan. Selalu saja begini- berdebat.

"Ada apa?" tanya Hyungsik menghampiri kedua anaknya.

"Dia merengek padaku!" jawab Chanyeol ketus.

"Aku hanya meminta Yeolie hyung menemaniku bermain sepeda, ayah. Maaf karena sudah mengganggu ayah dan juga hyungie," cicit Jimin sambil menunduk lesu.

"Yeol-

"Aku sibuk! Tugas kuliahku banyak dan anak ini malah semakin membuatku pusing!" potong Chanyeol dan langsung masuk ke kamar dengan membanting pintunya.

"Ay-ayah," lirih Jimin sambil memeluk pinggang Hyungsik erat.

"Mau bersepeda dengan ayah hm?" tawar Hyungsik sambil mengelus kepala Jimin sayang.

Jimin membalas dengan gelengan dan mendongak untuk menatap manik sang ayah.

"Ayah sibuk tidak?" tanya Jimin pelan.

"Sepertinya tidak. Kenapa?" sahut Hyungsik sambil mengelus pipi gembul anaknya.

"Temani aku tidur ya? Aku mengantuk," ujar Jimin dengan mata yang mengerjap pelan.

"Baiklah, ayo tidur," Hyungsik melepaskan pelukan anaknya dan menggantinya dengan menggenggam tangan anaknya.


Setelah memastikan anaknya tidur, Hyungsik turun perlahan dari ranjang dan keluar dari sana. Ia berinisiatif untuk menghampiri si sulung yang sedang mengurung diri di kamar.

"Yeol, boleh ayah masuk?" tanya Hyungsik sambil mengetuk pintu kamar anaknya.

"Masuk saja, pintunya tidak aku kunci!"

Setelah mendapat izin, Hyungsik langsung membuka pintu dan menghela nafas sejenak ketika melihat anaknya yang sedang berlatih boxing.

"Tadi kau bilang ada banyak tugas kuliah ketika adikmu meminta bersepeda bersama. Kenapa sekarang jadi berolahraga?" heran Hyungsik.

"Mood ku terlanjur berantakan," jawab Chanyeol tanpa menatap ayahnya yang berdiri dua meter dari dirinya.

"Yeol, ayah tahu kau itu sudah bisa berpikir dewasa. Bisa tidak jangan bersikap dingin pada adikmu?" Chanyeol langsung berhenti memukul samsak dan membuang nafasnya kasar.

"Memangnya aku harus bagaimana? Memanjakan anak itu?" tanya Chanyeol dengan nada tak suka.

"Dia sudah besar, ayah. Kau harus melatihnya untuk belajar mandiri," lanjutnya sambil menatap sang ayah.

"Iya, ayah tahu. Tapi, bagaimana pun juga kau tak boleh bersikap seperti itu," sanggah Hyungsik sambil duduk di ranjang Chanyeol.



"Dia pantas mendapatkannya, ayah," ucapan seorang wanita membuat mereka menoleh bersamaan.

"Ayah meminta kami bersikap selayaknya saudara untuk menjaga perasaannya, sedangkan ayah sendiri tak mau mengerti tentang perasaan kami," lanjutnya dengan nada penuh kekecewaan.

Park Family ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang