Chapter 16

2K 287 29
                                    

"Apa kau sudah gila Park Sooyoung?!!" teriak Chanyeol setelah mendengar penjelasan dari adiknya.


Ia tak habis pikir, mengapa Joy dengan teganya bersekongkol dengan orang yang sudah membunuh ibu mereka. Memang ini bukan sepenuhnya salah Joy. Tapi, haruskah adiknya berpikir licik seperti itu hanya karena dirinya merasa Chanyeol dan Hyungsik sudah tidak lagi menyayangi nya?

"Jimin adikmu, Joy. Dia adik kandungmu! Dia pantas mendapatkan kasih sayang dari kita karena sejak dia lahir, Ayah dan Ibu tak bisa merawatnya. Tanpa kita tahu, Jimin sudah banyak berkorban untuk kita," ucap Chanyeol pelan dengan pandangan kosong.

"Oppa memang pernah membencinya tapi, oppa tak pernah berpikir licik sepertimu. Kau keterlaluan, Joy!" sedangkan Joy sendiri semakin tersedu karena rasa bersalahnya yang semakin membesar.

"Oppa akan menceritakan semua kebenarannya padamu. Kuharap setelah ini kau bisa menyayangi Jimin sepenuhnya tanpa ada dendam."







Sementara itu, Hyungsik kini sudah berada di sebuah motel yang ditempati oleh Hyuri sebagai tempat persembunyian. Ia dengan beberapa polisi sudah mengepung salah satu kamar motel yang disewa oleh Hyuri. Mereka sudah bekerja sama dengan pemilik motel untuk mengikuti alur permainan yang sudah dibuat. Namun, mendengar erangan sang anak bungsu yang ada di dalam, Hyungsik mendadak kalut dan segera mendobrak pintu itu dengan kasar.

"Brengsek kau, Kim Hyuri!!" teriakan Hyungsik berhasil menghentikan kebrutalan Hyuri terhadap Jimin yang sudah terkapar lemah di lantai.

"Yaish! Sibal!!" umpat Hyuri sambil melempar kayu balok ke sembarang arah.

"Ku bilang jangan ikut campur lagi dengan urusanku dan anakku. Apa kau masih tak mengerti juga hah?!!" seru Hyuri setelah dua orang polisi berhasil memborgol tangan nya.

"Dia anak kandung ku!! Berhentilah mengusik keluarga ku lagi, Kim Hyuri. Sekarang aku akan benar-benar membuatmu membusuk di penjara!!" tekan Hyungsik membuat Hyuri tertawa keras dan selanjutnya menatap Hyungsik tajam.

"Jika aku mati, anakmu juga akan mati, Park Hyungsik!" sahutnya dingin.

"Aku sudah mempercepat waktu sekaratnya. Harusnya kau berterima kasih padaku, hahahaha," Hyungsik tak mengindahkan suara Hyuri lagi. Ia segera menghampiri tubuh lemah anaknya yang sekarang sudah terpejam.

"Jimin-ah," panggil Hyungsik dengan nada bergetar.

"Jimin-ah."

"Ambulance datang, Anda boleh menepi terlebih dahulu agar petugas bisa menangani anak Anda, Tuan Park," Hyungsik hanya terian ketika seorang polisi membantunya untuk berdiri.

Tak lama kemudian beberapa petugas medis segera menangani Jimin untuk diberi pertolongan pertama.

"Pasien kesulitan bernapas. Luka memar di bagian dada dan juga banyak sayatan di lengan tangan," jelas salah seorang petugas sebelum memindahkan tubuh ringkih itu ke tandu.


Hyungsik segera mengikuti mereka dengan langkah tergesa. Ia benar-benar tak tega melihat keadaan anaknya yang begitu mengenaskan. Jika bisa, ia ingin semua rasa sakit yang Jimin terima berpindah padanya. Jimin yang kesulitan mengambil napas adalah salah satu ketakutan terbesar bagi Hyungsik.







Hal yang paling Hyungsik benci seumur hidupnya adalah melihat orang tersayang terbaring lemah di ruangan serba putih dengan bau khas. Rumah sakit. Kini ia harus kembali lagi ke tempat laknat karena ulah keji kakak iparnya yang menyakiti si bungsu. Sungguh, ia bersumpah akan membuat Hyuri jera dalam besi jeruji itu jika hal buruk terjadi pada anaknya!

"Hyungsik-ah!" merasa namanya dipanggil, Hyungsik segera mendongak dan menghampiri Haeso.

"Bagaa keadaan putraku, So?!" tanya Hyungsik khawatir.

"Keadaannya benar-benar mengkhawatirkan. Dengan terpaksa aku harus segera melakukan operasi pada Jimin," ayah tiga anak itu langsung mengusak rambutnya frustasi.

"Jimin baru berusia enam belas tahun, Haeso! Bukankah kau berkata jika Jimin baru bisa di operasi ketika umurnya tujuh belas tahun?!!" sentaknya.

"Tapi jika kami tak segera menanganinya, Jimin bisa dalam bahaya! Kau tau kan resikonya?!" tegas Haeso.

"Cepat ambil keputusan, Hyungsik! Waktumu tidak banyak!" lanjutnya.

Hyungsik mendesah berat dan mengangguk pelan. Ia harus segera mengambil keputusan agar sang anak tak lagi kesakitan nantinya. Meskipun resikonya sangat tinggi, ia harus optimis, kan?

"Lakukan. Lakukan yang terbaik untuk Jimin. Aku mohon selamatkan anakku, Haeso-ya." Haeso tersenyum sendu sambil menepuk bahu sahabatnya.

"Aku akan berusaha semaksimal mungkin untuk menyelamatkan anakmu. Berdo'a lah agar semuanya berjalan dengan lancar."






















TBC

Akhirnya aku bisa update walau pendek. Hutang aku lunas ya minggu ini, semoga aja bisa sering update lg...
Maaf belum bisa bales komen kalian juga tapi jangan berhenti buat komen ya, aku butuh semangat kalian soalnya..
Sampai jumpa lagi💜💜

Park Family ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang