Pagi ini Hyungsik harus berangkat lebih awal lagi. Itu artinya Jimin tak bisa berangkat bersamanya. Sebenarnya Jimin bisa saja menaiki bus umum. Tapi, setelah kejadian beberapa waktu lalu, ia jadi tak berani menaiki kendaraan umum. Bisa-bisa ia kambuh dan kembali merepotkan ayah dan kakak-kakaknya.
"Yolie hyung, a-apa kau bisa mengantar ku ke sekolah?" tanya Jimin ragu karena masih canggung dengan Chanyeol.
"Kaja, hyung mau ambil kunci mobilnya terlebih dahulu. Kau bisa tunggu di depan, ok?" sahut Chanyeol menyanggupi permintaan Jimin.
"Eung!" Jimin mengangguk lucu dan segera berlari kecil keluar rumah.
Setelah mengambil kunci dan berganti pakaian menjadi lebih casual, Chanyeol segera menghampiri Jimin yang sudah berdiri di samping mobilnya dengan ekspresi lucu.
"Kau umur berapa sih? Kenapa sangat menggemaskan heum?" tanya Chanyeol sambil menangkup pipi gembul adiknya.
"Enwan belwas hwung," jawab Jimin dengan susah payah.
"Hahaha, ayo masuk. Kau bisa terlambat jika terus berdiri di sini," suruh Chanyeol.
Sepanjang perjalanan mereka hanya saling diam. Jimin bingung mencari topik percakapan apa dan ia juga merasa canggung karena belum terbiasa dengan sikap kakaknya. Chanyeol pun tak berniat mencari topik percakapan karena ia fokus menyetir. Hingga akhirnya mereka sampai di depan sekolah Jimin. Jimin sendiri bernapas lega karena sebentar lagi ia akan terlepas dari atmosfer kecanggungan.
"Eum, hyung. Terima kasih karena sudah mau mengantar ku ke sekolah," ucap Jimin sambil mencengkram erat tali ranselnya.
"Kau tak perlu berterima kasih, Jimin. Aku ini hyung mu. Sudah sepantasnya aku begini bukan? Ini kewajibanku menjadi seorang kakak dan orang tua kedua bagimu. Sudah sana masuk. Belajar yang rajin, ok?" ujar Chanyeol sambil mengusak rambut adiknya gemas.
"Hyung, terima kasih karena kau mau berubah menjadi seperti ini. Jujur saja aku masih takut kalau kau ternyata berpura-pura. Tapi, aku tak bisa menyangkal kalau perlakuan mu akhir-akhir ini mampu membuat hatiku menghangat dan lebih bahagia. Terima kasih," kata Jimin dengan senyum sabitnya. Namun, di balik lengkung mata itu terdapat bulir bening kebahagiaan yang siap untuk tumpah kapan saja.
"Ayo membolos saja! Ayah tak akan curiga jika hari ini kau tak bersekolah. Hyung akan mengajakmu jalan-jalan keliling Seoul. Bagaimana?" rayu Chanyeol karena ia sudah kepalang gemas dengan adiknya.
"Tak mau! Ayah akan marah jika aku berbohong dan membolos!" tolak Jimin sambil mencoba membuka pintu mobilnya.
"Tidak akan jika aku yang memberi alasan kepada Ayah! Ayo kita pergi!!" Chanyeol langsung menjalankan mobilnya keluar dari area sekolah Jimin.
"Hyung!!" seru Jimin kesal.
"Hehe, maafkan hyung. Janji hanya kali ini saja," ucap Chanyeol dengan cengiran tanpa dosanya.
Sekarang Jimin sudah berganti pakaian. Ternyata Chanyeol telah menyiapkan rencana ini dengan matang. Dan sekarang mereka sedang ada di mall.
"Hyung, bagaimana jika Ayah tahu kalau aku membolos?" tanya Jimin cemas.
"Tak akan, mana mungkin Ayah tahu kalau di antara kita tidak ada yang bilang? Tenang saja, ok? Hari ini kita akan bersenang-senang, ayo kita ke sana!" ujar Chanyeol sambil menarik tangan Jimin pelan menuju ke area bermain, sementara Jimin hanya bisa pasrah mengikuti kakaknya.
Sementara sang ayah yaitu Hyungsik, kini sedang dilanda masalah. Bukan tentang rapat pagi ini yang berakhir dengan kegagalan, melainkan karena seseorang yang datang setelah sekian lama tak muncul di kehidupan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Park Family ✔
Fiksi PenggemarLika-liku kehidupan keluarga Park setelah kepergian salah seorang tercintanya.