Chapter 3

3.1K 345 89
                                    

"Ayah," lirih Jimin.

"Maaf, tolong beri mereka waktu ya?" ujar Hyungsik sambil mengelus kepala Jimin lembut.

"Tapi, yah-

"Ayah akan berusaha meyakinkan kedua kakakmu. Sudah jangan terlalu dipikirkan hm," Jimin mengangguk ragu meski dalam hatinya ia semakin merasa bersalah.

"Tapi, ayah, aku memang pantas mendapatkannya," lirih Jimin tanpa menatap manik milik Hyungsik.

"Jiminie, maafkan ayah. Maaf karena dulu, ayah tak bisa berbuat apapun," Hyungsik merendahkan posisi duduknya agar bisa mengecup dahi anak bungsunya. Air matanya pun tak bisa lagi ia bendung.

"Ini bukan salah ayah. Yang terpenting sekarang aku bersama ayah kan?" sahut Jimin sambil menghapus air mata Hyungsik.

"Ayah janji! Apapun yang akan terjadi nanti, ayah tak akan pernah mengulangi kesalahan yang sama lagi," ucap Hyungsik penuh keyakinan membuat Jimin menitikkan air matanya.

"Ayah hiks, terima kasih hiks," lirih Jimin sambil mencoba memeluk Hyungsik.


Hyungsik kembali menangis karena mendengar tangisan anaknya. Sebagai orang tua, ia merasa bersalah karena tak bisa menjadi orang tua yang baik bagi mereka terutama Jimin. Andai saja dulu ia bisa bertahan sedikit lebih lama, pasti tak akan ada masalah dalam keluarganya.

Ia melonggarkan pelukannya ketika mendengar dengkuran halus dari Jimin. Kemudian ia membaringkan tubuh kecil anaknya dan menyingkirkan anak rambut yang menutupi dahi Jimin.

"Tidur yang nyenyak, jagoan. Ayah menyayangimu," bisik Hyungsik setelah mengecup dahi Jimin kembali.  Lalu, ia keluar dari kamar sang anak tanpa menimbulkan suara.






.

.

.

.


"Yeol," panggil Hyungsik ketika melihat anaknya yang melengos pergi tanpa mau menatapnya.

"Ayah perlu bicara denganmu," ujarnya sambil menatap si sulung penuh harap.

"Besok saja. Aku sudah lelah, yah," tolak Chanyeol halus.

"Tapi, ini penting," sahut Hyungsik.

"Tentang apa?" tanya Chanyeol.

"Jim-

"Tidak, terima kasih," tolak Chanyeol dan langsung pergi ke kamarnya.

"Bagaimana caranya agar aku bisa meyakinkan mereka, chagi?" lirih Hyungsik sambil memandangi foto pernikahannya bersama dengan sang istri.





"Bagaimana caranya agar aku bisa meyakinkan mereka, chagi?" lirih Hyungsik sambil memandangi foto pernikahannya bersama dengan sang istri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Keesokan harinya, Hyungsik kembali dibuat pusing karena si bungsu yang terus merengek meminta untuk sekolah. Awalnya, Hyungsik menolak permintaan sang anak karena ia merasa khawatir dengan keadaannya yang belum membaik. Tapi, bujuk rayu Jimin mampu membuat Hyungsik bimbang.

Park Family ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang