Chapter 2

3.7K 376 87
                                    

"Nuna, bisa antar Jimin ke sekolah tidak?" pagi ini Jimin berinisiatif untuk meminta Joy mengantarnya ke sekolah. Ia ingin lebih dekat lagi dengan Joy karena selama ini kakak perempuannya lebih sering bersikap acuh padanya.

"Aku ada jadwal kuliah pagi. Akan membuang waktu jika aku harus mengantarmu terlebih dahulu," sahut Joy tanpa menatap Jimin yang sudah memasang wajah sedihnya.

"Owh, kalau begitu aku berangkat dulu ne? Sampai jumpa, Joy nuna!" pamit Jimin dan segera pergi.

"Menyebalkan!"











"Hari ini ayah ada meeting pagi. Tolong  pastikan si bungsu sarapan dan antar dia ke sekolah ya..."

Chanyeol berdecak malas ketika mendapat pesan dari ayahnya. Pagi ini ia berniat bangun lebih siang setelah begadang hingga larut malam. Tapi, bunyi dering ponselnya membuat Chanyeol mengurungkan niatnya untuk bangun siang. Lagi-lagi ayahnya membuat Chanyeol berurusan dengan Jimin.

"Joy, mana Jimin?"

"Dia baru saja pergi. Kenapa?" sahut Joy sambil menikmati roti selainya.

"Aku di suruh ayah untuk mengantarnya," ujar Chanyeol sambil menghela nafas.

"Ck! Merepotkan!" desis Joy.

"Lebih merepotkan lagi kalau ayah sampai tahu anak kesayangannya berangkat sendiri ke sekolah kan?" tambah Chanyeol sambil menuangkan air bening ke gelas yang ada digenggamannya.

"Kau berangkat dengan siapa?" tanya Chanyeol setelah meneguk minumannya.

"Seulgi. Dia diantar supirnya kali ini. Jadi, aku bisa ikut dengannya," jawab Joy sambil memasukkan buku-bukunya ke dalam tas.

"Ok, kalau begitu oppa pergi dulu," Chanyeol langsung mempercepat langkahnya agar bisa menyusul Jimin.

Jangan pikir Chanyeol seperti itu karena dia peduli dengan Jimin. Salah jika kalian berpikir demikian. Chanyeol hanya tak mau kalau sampai Hyungsik marah ataupun kecewa padanya.










Jimin duduk di halte bus sambil mengayunkan kedua kakinya. Ia agak sedikit lesu karena pagi ini Hyungsik tak bisa mengantarnya ke sekolah dan jadilah sekarang ia sedikit kesiangan. Semoga saja bus terakhir belum berangkat. Biasanya Hyungsik selalu mengantarnya ke sekolah meski terkadang terlalu pagi. Maklum, ayahnya itu seorang CEO J Corp. Selama ia bersekolah, Chanyeol ataupun Joy tak pernah mau mengantarnya kecuali atas dasar paksaan atau ancaman yang Hyungsik berikan. Kalau sudah begitu, Jimin jadi merasa bersalah karena selalu merepotkan keluarga Park.

"Kau mau membolos?" suara yang terdengar familiar bagi Jimin membuatnya mendongak secara perlahan.

"Chan-

"Setidaknya jika ingin membolos kau harus mencari tempat yang pas! Bus terakhir tak lewat di jam ini," potong Chanyeol dengan tatapan mengintimidasi yang mampu membuat Jimin menunduk takut. Padahal tadi ia sudah senang karena hari ini Chanyeol akan mengantarnya ke sekolah.

"Cepat masuk mobil!" perintah Chanyeol, Jimin langsung berdiri dan melangkah masuk ke mobil kakaknya.

Chanyeol menutup pintu mobilnya sedikit keras membuat Jimin tersentak. Ia hanya bisa meremat almamaternya untuk mengurangi rasa takut.

"Pasang sabuk pengamanmu karena aku tak mau berurusan dengan polisi," ucap Chanyeol datar sambil menyalakan mesin mobilnya. Di Korea sendiri, memakai sabuk pengaman itu wajib karena sangat penting bagi keselamatan. Jadi, apabila salah satu pengendara mobil tak memakai sabuk pengaman, maka ia akan berurusan dengan polisi.

Park Family ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang