Chapter 6

2.5K 341 60
                                    


Senyum Jimin semakin mengembang kala ia tahu Chanyeol yang menjemputnya di rumah sakit. Meskipun tak ada obrolan di dalam mobil, tapi Jimin sangat bersyukur karena itu artinya Chanyeol tak menghindarinya lagi. Ah, mungkin bukan seperti itu. Lebih tepatnya tak bisa menghindar karena hyungnya itu dipaksa oleh sang ayah agar selalu ada di samping Jimin seperti sekarang ini.

"Jika mengantuk tidur saja, ayah bilang kau masih butuh istirahat," celetuk Chanyeol membuat Jimin sedikit tersentak.

"Eum.. aku tak mengantuk, hyung. Hanya bosan saja," lirih Jimin sambil menunduk dan tangannya yang menggenggam erat sabuk pengamannya.

"Kau sa-sakit apa?" tanya Chanyeol ragu.

Jimin sedikit kaget mendengar pertanyaan yang Chanyeol lontarkan padanya,"Ne?" ia menatap Chanyeol dengan pupil yang melebar.

"Kau-


Ckit!

"Yak!" pekik Chanyeol ketika tiba-tiba saja ada mobil yang menyalipnya dengan cara ugal-ugalan.

"Apa dia mau mati?" sinis Chanyeol.

"Kau tak-

"Jimin?" perkataan Chanyeol terpotong ketika melihat Jimin memejamkan matanya dengan keringat dingin yang keluar membasahi dahinya.

"Ibu hiks, takuthh. Sakit hiks," rintih Jimin sambil menutup kedua telinganya.

"Jim-

"Andwe hiks, ibu~" Chanyeol yang melihat itu segera melepas sabuk pengamannya dan juga Jimin, lalu ia langsung memeluk tubuh bergetar Jimin.

"Tenanglah, kau aman bersamaku. Tak perlu ada yang ditakutkan, Jimin," Jimin memeluk Chanyeol erat sambil mencengkram jaket jeans miliknya.

"Ada apa dengan anak ini?" batin Chanyeol bingung.












Entah ada angin dari mana, sekarang Joy sedang membuat cake mengandalkan tutorial dari youtube. Ia hanya terpikirkan tentang Jimin yang menyukai cupcakes. Beberapa waktu lalu ia tak sengaja melihat Jimin yang begitu senang ketika ayahnya membelikan ia cupcakes. Jangan berpikir kalau sekarang ia sudah mulai menerima Jimin sebagai adiknya. Dia hanya ingin terkesan sebagai orang yang baik saja, juga ingin membuat ayahnya senang.

"Apa dia akan menyukainya?" tanya Joy pada dirinya sendiri.

"Ah! Kenapa aku jadi begini?!" rutuknya sambil mengusak rambutnya.

"Harusnya sekarang aku tidur atau bersantai di salon! Kenapa sekarang aku jadi ada di dapur hanya untuk membuatkannya cupcakes!" kesal Joy.

"Tak apa. Sesekali kau harus membuatkan adikmu kejutan agar dia senang," tiba-tiba Hyungsik muncul dan menghampiri Joy.

"Ini cupcakes pertamamu kan?" tanya Hyungsik sambil mengambil salah satu cake itu dan menggigitnya.

"Pasti dia akan merasa spesial karena bisa merasakan cake pertamamu yang begitu enak," ucap Hyungsik penuh keyakinan dan senyum bangganya setelah mencicipinya.

"Aku tak yakin. Pasti anak itu akan berpura-pura menyukai cake ini, lalu setelah sampai di kamar dia langsung memuntahkannya di kloset," sahut Joy dengan nada sedikit kesal.

"Kenapa kau berpikir seperti itu? Adikmu tak akan mungkin berbuat sesuatu yang bisa menyakiti hati orang yang dia sayangi, termasuk nunanya yang sudah bersusah payah membuat semua ini," jawab Hyungsik dengan wajah tak senang.

Park Family ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang