MDIMH - 33

96.7K 6.9K 970
                                    

Kalau ada typo,tolong dikoreksi....

|HAPPY READING|














Saat ini El sedang duduk di depan mamanya yang sibuk mengobati luka-luka di wajahnya.

"Bikin masalah apa lagi anak kamu itu?belum puas dia nyakitin Zila," tanya Papa sinis tanpa mau menoleh ke arah anaknya.

"Pa," tegur Mama saat mendengar ucapan sinis suaminya.

Sedangkan El hanya diam mendengar ucapan sinis papanya. Segitu besarkah kesalahannya? sampai semua orang menyalahkan dirinya, apa dirinya tidak berhak untuk meminta maaf dan memulai semuanya dari awal?.

"Udah ma, biar aku obatin sendiri. Aku ke kamar dulu," pamit El kemudian bangkit dan berjalan menuju kamarnya.

Saat di tangga, El tak sengaja berpapasan dengan Ervan yang memandang dirinya sinis dan dibalas tatapan dingin dari El.

Sesampainya di kamar, El duduk di sisi ranjang. Tangannya bergerak mengambil sebuah bingkai foto di atas nakas. Dalam foto itu terdapat gambar dirinya dan Zila yang diambil saat hari pertunangan Ervan dan Sandra.

"Kamu dimana?" gumam El dengan memandang sendu pada wajah Zila yang tersenyum manis kearah kamera.

"Aku kangen banget sama kamu sama Ara. Aku nggak tau harus berbuat apa supaya kamu kembali ke aku," ucap El dengan setetes air mata yang jatuh ke bingkai tersebut.

"Sekarang semua orang benci sama aku karena aku udah nyakitin kamu. Apa aku harus mati dulu, supaya kamu dan semua orang mau maafin aku?" kata El tanpa menyadari bahwa mamanya ikut meneteskan air mata mendengar ucapannya.

"Aku bodoh banget karena udah percaya sama semua ucapan Mira. Bahkan, aku tega ngatain kamu pembunuh dan wanita murahan. Aku juga bodoh karena nggak mau dengerin mama, papa, Arga yang udah peringatin aku buat nggak percaya sama wanita itu. Andai aku dengerin mereka, mungkin sekarang kamu masih ada di samping aku," ujar El yang menyalahkan dirinya atas perginya Zila dari hidupnya.

" Ohh iya, tadi Ayah juga bilang sama aku, kalau kamu minta Ayah buat urus surat perceraian kita. Tapi, aku yakin kamu nggak mungkin ngelakuin itu dan aku juga nggak akan pernah menceraikan kamu sampai kapan pun. Kamu inget nggak sama pertemuan pertama kita dulu, konyol banget, kamu yang nabrak aku tapi kamu juga yang marah-marah sama aku," ucap El sambil terkekeh mengingat pertemuan pertamanya dulu dengan Zila.

"Aku ngantuk banget, aku pengen tidur sambil peluk kamu. Tapi, karena kamu nggak ada disini, aku peluk foto kamu aja," lanjut El sambil merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur kemudian memeluk erat bingkai foto yang sejak tadi ia pegang.

"El," gumam Mama Vina yang memandang anaknya dengan penuh kekhawatiran. Dirinya takut trauma anaknya akan kambuh lagi.

🍁🍁🍁

Dipagi hari, Zila bangun dan berjalan ke kamar mandi untuk mencuci muka. Setelah itu, ia keluar dari kamar menuju dapur untuk menyiapkan sarapan.

"Biar abang aja yang masak, kamu mending duduk aja," ucap Nathan yang baru saja masuk ke dalam dapur.

"Abang aja yang duduk, biar aku yang masak," tolak Zila yang masih asik melanjutkan pekerjaannya.

"Ck. Kamu itu lagi hamil Zila, jadi nggak boleh capek-capek," decak Nathan yang sedikit kesal dengan sifat keras kepala sang adik.

"Ya Allah bang, aku cuma masak doang, nggak akan capek. Apa kabar kalau lari sambil salto," ucap Zila yang tetap pada pendiriannya.

"Terserah kamulah, capek abang ngomong," kata Nathan sambil duduk di atas meja pantry dengan tangan memegang apel dan mata yang terus mengawasi pergerakan Zila.

Mr. Lecturer [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang